Tingkat kemacetan di Jakarta pada 2018 disebut menurun delapan persen dibandingkan tahun 2017. Apakah tingkat kemacetan Jakarta akan terus menurun di tahun-tahun mendatang?
Iklan
Sebuah situs yang menyoroti masalah transportasi di kota-kota besar, TomTom Traffic Index, baru merilis survei tingkat kemacetan di kota-kota di dunia. Jakarta diklaim sebagai kota dengan perbaikan kemacetan terbaik dari 403 kota yang tersebar di penjuru dunia.
Musababnya, tingkat kemacetan di kota ini disebut turun sebesar delapan persen, yaitu menjadi 53 persen pada 2018 dari sebelumnya 61 persen pada 2017. Jakarta pun memperbaiki posisinya sebanyak tiga peringkat dari peringkat ke-4 menjadi peringkat ke-7 kota termacet di dunia.
Apakah survei tersebut benar-benar merepresantasikan kemacetan di kota yang berulang tahun tiap 22 Juni ini? Lantas, akankah kemacetan mampu terus dikurangi pada tahun-tahun mendatang?
Kepada DW Indonesia pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen S. Tangkudung, menyampaikan pandangannya.
DW: Survei TomTom Traffic Index menyebutkan tingkat kemacetan Jakarta turun delapan persen di tahun 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Jakarta berhasil memperbaiki posisi sebagai kota termacet ke-4 menjadi kota termacet ke-7 di dunia. Apakah Anda setuju dengan survei tersebut?
Ellen Tangkudung: Harus dilihat lebih detail lagi hasil dari Tom Tom itu. Ada kemacetan di jam sibuk dan kemacetan bukan jam sibuk. Yang turun itu di jam sibuk atau bukan? Ini sebenarnya baik karena dia membandingkan dengan yang lalu. Kemudian ini kemacetan di mana, apakah itu rata-rata dari seluruh jalan? Karena tidak salah indikator yang digunakan oleh TomTom itu aplikasi navigasi arah. Bisa diterima juga. Mengatakan macet atau tidak itu memang ada caranya dan cara yang dibuat akademisi bukan dari aplikasi, tetapi dari perhitungan waktu tempuh. Disebut macet kalau waktu tempuhnya lebih panjang.
Kemacetan Lalu Lintas Punya Banyak Dampak
Selain buruk bagi lingkungan, kemacetan lalu lintas juga berdampak negatif pada ekonomi dan kesehatan kita. Berikut beberapa konsekuensi terburuk akibat kemacetan lalu lintas.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Kadobnov
Jalan yang paling sering macet
Selama tahun 2018, di Jerman terjadi sekitar 745.000 kemacetan lalu lintas, menurut klub mobil Jerman ADAC. Menurut survei terakhir pembuat sistem navigasi GPS TOMTOM, jalan di kota Köln adalah yang paling padat (foto di atas). Rata-rata waktu perjalanan meningkat lebih dari sepertiganya karena kemacetan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Vennenbernd
Kemacetan terparah di Los Angeles dan Moskow
Kota yang mengalami kemacetan terparah bukan Jakarta, melainkan Los Angeles. Di kota ini pengendara mobil mengalamai kemacetan 102 jam dalam setahun, diikuti oleh Moskow dan New York, masing-masing dengan 91 jam kemacetan. Ini data yang dikumpulkan pembuat sistem navigasi INRIX.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Kadobnov
Menguji kesabaran
Terjebak dalam kemacetan adalah mimpi buruk bagi setiap pengemudi kendaraan. Menit demi menit berlalu seperti tanpa akhir, tidak ada yang bergerak maju. Perjalanan yang seharusnya sebentar saja molor menjadi pengembaraan yang seperti tidak akan pernah berakhir. Jalan-jalan yang padat tidak hanya mengganggu para penumpang kendaraan. Masih ada konsekuensi yang lebih jauh.
Foto: picture-alliance/dpa/A. März
Emisi CO2 tinggi
Mesin mobil yang menyala membakar satu liter bahan bakar per jam. Tingkat konsumsi bahan bakar yang lebih tinggi berarti bahwa lebih banyak CO2 dilepaskan ke atmosfer. Padahal ini harus dihindari jika kita ingin menanggulangi pemanasan global. Jika mungkin, matika mesin mobil Anda ketika mengalami kemacetan parah.
Foto: picture-alliance/dpa/I. Fassbender
Tidak baik bagi kesehatan
Orang yang sering terjebak kemacetan mudah mendapat masalah kesehatan yang serius. Ketika lalu lintas tidak mengalir sebagaimana mestinya, tubuh Anda melepaskan hormon stres. Sistem kekebalan Anda bisa melemah dan tekanan darah Anda naik. Orang-orang yang sering terjebak kemacetan lalu lintas juga cenderung mengalami sindrom kelelahan.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Cirou
Kerugian besar bagi ekonomi
Menurut INRIX, biaya yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas di Jerman mencapai 80 miliar euro pada 2017. Barang-barang tidak mencapai penerima yang dituju tepat waktu dan terjadi pemborosan bahan bakar yang dibakar. Perusahaan dan pengemudi mengalami kerugian finansial. Kemacetan lalu lintas "mengancam pertumbuhan ekonomi," kata Direktur Ekonomi INRIX, Graham Cookson.
Foto: picture-alliance/Zumapress/G. Falvey
Aplikasi seperti Uber bisa perparah kemacetan
Tadinya orang berharap, aplikasi perjalanan seperti Uber akan menurunkan lalu lintas, karena pengendara mobil akan menggunakan layanan itu. Tetapi peneliti menemukan bahwa yang terjadi di AS justru sebaliknya. Orang-orang yang menggunakan Uber adalah penumpang kereta bawah tanah atau sepeda motor, sementara pemilik mobil tetap mengendarai kendaraan mereka sendiri. (Teks: Carla Bleiker/hp/ap)
Foto: picture alliance/dpa/Imaginechina/Da Qing
7 foto1 | 7
Apakah faktor utama timbulnya kemacetan di Jakarta?
Sebenarnya faktor utamanya adalah kendaraan, jadi banyak kendaraan di jalan atau volume kendaraan pada satu waktu tertentu. Bila pada waktu yang bersamaan di jalan banyak sekali kendaraan itu yang membuat macet. Kalau kendaraannya banyak tapi terdistribusi merata dari pagi sampai 24 jam mungkin enggak akan membuat macet. Tapi karena menumpuk di waktu tertentu yang disebut jam sibuk itulah kemacetan.
Banyak sarana infrastruktur jalan dibangun dalam beberapa tahun terakhir, seperti flyover, underpass, serta pelebaran jalan. Masihkah Jakarta memerlukan infrastruktur jalan baru?
Itu kalau bagaimana mengurangi kemacetan. Kalau mau mengurangi kemacetan ada namanya push and pull: mendorong penggunaan angkutan umum dan menarik dari penggunaan kendaraan pribadi. Secara teori yang kita pakai seperti itu. (Makin) banyak orang yang beralih ke kendaraan umum, lebih berkurang perjalanan dengan kendaraan pribadi, hingga waktu di jalan juga berkurang. Itu yang biasanya menjadi tolak ukur.
Selain itu yang membuat macet juga adanya persimpangan-persimpangan sebidang, baik dengan kereta maupun dengan sesama kendaraan. Yang lain lagi adalah gangguan samping atau side friction, misalnya parkir pinggir jalan, bus yang berhenti di halte/ngetem. Memang kalau persimpangan itu sebidang lalu dibuat tidak sebidang itu akan mengurangi kemacetan karena tidak ada antrean lampu ataupun antrean kereta.
Muak Kena Macet, Pria Jerman ini Tiap Hari Berenang ke Tempat Kerja
01:25
Di Jakarta, simpang yang dipisahkan sudah cukup banyak, tapi masih banyak juga yang belum seperti simpang-simpang sebidang dengan kereta. Itu yang membuat signifikan. Jadi jika dikatakan perlu infrastruktur lagi atau tidak menurut saya memang itu simpang yang krusial. Tapi yang paling penting adalah mengurangi kendaraan di jalan, dibuat traffic restraint, dibatasi perjalanan dengan kendaraan pribadi antaranya dengan ganjil genap. Jika ganjil genap sudah diberlakukan tapi tidak ada penurunan kemacetan berarti gagal.
Apa saja jenis pembatasan kendaraan tersebut?
Pembatasan kendaraan di jalan ada berbagai macam cara, ada menaikkan parkir yang tinggi, tapi bersamaan dengan itu mendorong penggunaan angkutan umum dan itu sudah bertahap sudah terjadi dengan jaringan Transjakarta yang cukup baik kemudian sudah ada MRT dan LRT. Transjakarta seperti menggelontorkan proyek baru supaya memberi kesempatan orang untuk naik walaupun bus-bus itu masih kosong. Banyak sekali trayek baru yang belum terlalu dipergunakan orang. Jika itu bisa dipergunakan orang, bus-bus feeder itu terisi, siginifikan mengurangi kemacetan.
Mengapa masyarakat sepertinya sulit sekali beralih ke transportasi publik?
Kenyamanan membuat masyarakat enggan menggunakan transportasi publik. Kalau pakai sistem transportasi umum harus ada waktu tunggu, di halte dan di stasiun. Kalau kendaraan pribadi 'kan point to point. Oleh karena itu harus dibatasi kendaraan pribadinya. Salah satunya menggunakan ganjil genap. Kalau bisa diperluas sehingga penggunaan kendaran pribadi jadi lebih sulit hingga beralih menggunakan kendaraan umum.
Perbandingan Sistem MRT di ASEAN
Jakarta kini memiliki sistem transportasi massal berbasis rel alias MRT. Namun ibukota Indonesia ternyata jauh tertinggal dibandingkan sejumlah negeri jiran di ASEAN. Simak perbandingannya.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Light Rail Transit di Manila
Ibukota Filipina adalah yang pertama membangun sistem transportasi massal berbasis rel alias LRT di ASEAN. Mulai beroperasi sejak akhir 1984, LRT kini melayani 2,1 juta penumpang setiap hari, dengan panjang jalur 33,4 kilometer dan 31 stasiun yang terbagi dalam dua koridor. Harga tiket untuk perjalanan paling panjang berkisar 5.500 Rupiah.
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
Investasi Masa Depan
Saat ini pemerintah Filipina sudah berencana melakukan ekspansi pada koridor 1 LRT sepanjang 11,7 kilometer dengan 10 buah stasiun. Selain itu Manila kelak juga akan memiliki dua koridor tambahan LRT sepanjang 30 kilometer. Di samping LRT, ibukota FIlipina ini juga memiliki kereta Metro yang saat ini memiliki satu koridor sepanjang 17 kilometer dengan 10 buah stasiun.
Foto: Getty Images/AFP/J. Directo
Singapore Mass Rapid Transit
SMRT adalah jaringan transportasi kota berbasis kereta paling besar di Asia Tenggara. Saat ini MRT di Singapura mencakup jalur sepanjang 170 kilometer yang terbagi dalam delapan koridor. Untuk proyek raksasa tersebut pemerintah negeri jiran itu harus mengucurkan dana sebesar 6 miliar Dollar AS atau sekitar 80 triliun Rupiah.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Lonjakan Penumpang
Saat ini sistem MRT di Singapura mengangkut sekitar 2,8 juta penumpang setiap hari. Nantinya jumlah penumpang diperkirakan akan berlipatganda menjadi sekitar 6 juta orang setiap hari jika proyek perluasan MRT tuntas.
Foto: picture alliance/dpa/H. Bäsemann
Perluasan Berbiaya Selangit
Pemerintah Singapura tengah memperluas jaringan MRT sepanjang 82,3 kilometer. Proyek raksasa tersebut direncanakan tuntas selambatnya pada tahun 2025. Keunikan terbesar sistem MRT Singapura adalah stasiun bawah tanah yang bisa digunakan sebagai bunker anti serangan udara dan jaminan akses internet di semua stasiun.
Foto: picture-alliance/Arcaid/R. Bryant
Sistem Terintegrasi ala Malaysia
Kuala Lumpur menyatukan berbagai moda transportasi berbasis rel dalam konsep Klang Valley Integrated Transit System. Secara umum KVIT memiliki dua jalur kereta listrik, lima koridor MRT dan sebuah jalur kereta bandar udara. Saat ini jalur MRT di Kuala Lumpur sudah membentang sejauh 170 kilometer dengan kapasitas hingga dua juta penumpang per hari.
Foto: picture alliance/dpa/F. Ismail/EPA
Ekspansi Tanpa Henti
Kuala Lumpur sudah merencanakan ekspansi jalur kereta dalam kota sebanyak 160 kilometer yang selambatnya akan tuntas pada tahun 2025. Untuk itu pemerintah menyiapkan dana lebih dari 70 miliar Ringgit atau sekitar 200 triliun Rupiah.
Foto: picture alliance/dpa/F. Ismail/EPA
Kereta Metropolitan di Bangkok
Moda transportasi kota berbasis rel di Bangkok baru diresmikan tahun 2004 silam dengan panjang 43 kilometer yang terbagi dalam dua koridor, ungu dan biru. Sejak 2010 silam ibukota Thailand juga meresmikan koridor bandar udara sepanjang 28,7 kilometer yang setiap hari digunakan oleh sekitar 60.000 penumpang.
Foto: picture alliance/dpa/S. Reboredo
Terkendala Krisis Ekonomi
Sistem MRT di Bangkok sebenarnya telah direncanakan sejak pertengahan 1990an. Tapi pembangunannya tertunda lantaran krisis moneter pada 1997. Untuk itu pemerintah Thailand mengucurkan dana sebesar 1,8 miliar Dollar AS atau sekitar 28 triliun Rupiah. Hingga 2025 sistem MRT di ibukota Thailand akan dilengkapi dengan enam koridor baru sepanjang 180 kilometer yang sebagiannya berupa monorel. (rzn/hp)
Foto: picture-alliance/ZB
9 foto1 | 9
Upaya agar orang menggunakan angkutan umum itu kan kelihatannya sering membandingkan dengan kenyamanan menggunakan angkutan umum. Makanya MRT termasuk laku karena nyaman apalagi orang merasa seperti di luar negeri. Walau masih terbatas stasiunnya tapi kenyamanannya bisa dirasakan, selain itu cepat. Kalau LRT (sepi) bisa saja rutenya tidak sesuai dengan kebutuhan. Harus diperpanjang dari Kelapa Gading – Rawamangun. Kalau MRT memang sepanjang dari Blok M sampai ke HI banyak tempat tujuan orang yang setiap hari mereka gunakan.
Rekomendasi apa yang bisa Anda sampaikan agar tingkat kemacetan terus menurun kedepannya?
Angka kemacetan itu hanya bisa diturunkan jika kendaraan yang berlalu-lalang di jalan berkurang. Itu yang paling utama. Kalau misalnya jumlah kendaraan yang digunakan tetap, ya sama juga. Ke depannya memang harus ada peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum. Caranya dengan memberikan fasilitas yang cukup dan pelayanan yang sangat baik sesuai dengan kenyamanan yang diinginkan.
Akankah tingkat kemacetan di Jakarta dapat terus menurun?
Sebenarnya DKI atau Jabodetabek punya target tahun 2029 sebanyak 60 persen orang menggunakan angkutan umum. Jadi targetnya lebih kepada menggunakan angkutan umum dan target turunannya adalah mengurangi kemacetan. Ketika orang sudah banyak menggunakan angkutan umum hasilnya adalah macet berkurang karena tidak semua angkutan umum ada di jalur khusus seperti busway. Di luar busway itu kalau misalnya lebih baik dan berkualitas kalau mereka bisa mengejar travel time dari perjalanan orang. Oleh karena itu mesti ada perencanaan sebaik-baiknya khususnya di angkutan umum dan sarana infrastruktur di jalan harus lebih diperbaiki dan dilengkapi seperi jalan layang atau underpass. Persimpangan sebidang dengan kereta harusnya tidak ada lagi karena di Jakarta kereta lewat lima menit sekali. Kalau sebentar-sebentar ditutup itu sangat membuat macet.
(Ed: ae/ts)
Impian Tentang Kota Tanpa Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor yang dulu menjadi simbol kemajuan, kini mencekik kehidupan penduduk kota lewat polusi dan kemacetan. Sebab itu sejumlah kota di dunia membuka ruang bagi sepeda yang murah dan ramah lingkungan.
Foto: Monk Mackenzie Architects
Kopenhagen, Denmark
Ketika didesain ulang, stasiun kereta Norreport di Kopenhagen tidak hanya memanjakan calon penumpang, tapi juga pesepeda. Selain tempat parkir yang berlimpah, pengguna sepeda juga dimanjakan dengan stasiun pengisian baterai yang berbasis energi ramah lingkungan. Konsep serupa yang diterapkan di sejumlah titik lain di pusat kota menegaskan niat Kopenhagen membebaskan diri dari asap kendaraan
Foto: L. R. Mortensen
Ruhr, Jerman
RS1 bisa jadi jalan bebas hambatan pertama buat sepeda. Jalur sepanjang 101 kilometer ini menghubungkan sejumlah kota besar di negara bagian Nordrhein-Westfallen di Jerman. Konsep RS1 antara lain mengutamakan pegawai kantoran, turis, mahasiswa dan sukses mengurangi angka kemacetan dan polusi udara.
Foto: Opterix/J. Kassenberg
Auckland, Selandia Baru
Te Ara I Whiti alias jalur cahaya dalam bahasa Maori adalah jalur sepeda di Auckland, Selandia Baru, yang dibangun di atas bekas jalan layang. Warna merah jambu yang menjadi ciri khas jalur sepeda ini berasal dari material resin ramah lingkungan yang juga digunakan untuk banyak jalur sepeda lain di dunia.
Foto: Monk Mackenzie Architects
Utrecht, Belanda
Setiap hari sebanyak 7.000 pengguna sepeda melintasi jembatan Dafne Schippers di Utrecht, Belanda. Jembatan sepeda yang dibangun dengan biaya sekitar 120 milyar Rupiah ini merupakan bagian dari jaringan jalur sepeda Utrecht yang membentang sepanjang 400 kilometer. Hingga 2025 pemerintah kota memperkirakan sebanyak 100.000 dari 345.000 penduduk akan menggunakan sepeda untuk keperluan sehari-hari.
Foto: NEXT architects /Photo: Jeroen Musch
Barcelona, Spanyol
Passeig De St Joan adalah sebuah bulevar di jantung kota Barcelona, Spanyol, yang menjadi proyek percontohan untuk pembangunan berbagai ruas jalan di kota-kota besar di Spanyol. Selain empat jalur kendaraan bermotor, bulevar ini menampung dua jalur sepeda, taman dan zona pejalan kaki. Untuk merampungkan bulevar St Joan, pemerintah kota harus merubuhkan sejumlah bangunan.
Foto: Adrià Goula
Portland, Amerika Serikat
Dengan jaringan jalur sepeda sepanjang 580 kilometer, Portland termasuk satu dari sedikit kota paling ramah sepeda di Amerika Serikat. Jalur sepeda yang menghubungkan pusat kota Portland dengan kawasan urban Milwaukie ini adalah yang paling modern dan tergolong paling ramai dilintasi pesepeda. Berkat investasi pemerintah kota, kini sebanyak 7,5% perjalanan di Portland dilakukan dengan sepeda.
Foto: C. Bruce Forster
Houston, Amerika Serikat
Selain Portland, kota ramah sepeda di Amerika adalah Houston yang memiliki 640 kilometer jalur sepeda, termasuk di antaranya Buffalo Bayou Park Trail sepanjang 6,4 kilometer yang melintasi kawasan hijau di jantung kota. Rute sepeda ini pernah tercatat sebagai salah stau jalur sepeda dalam kota paling indah di dunia.(rzn/ap)
Foto: Photo by Jim Olive, courtesy of Buffalo Bayou Partnership