Ratusan lukisan, foto dan benda seni karya maestro Indonesia seperti Raden Saleh dan Anak Agung Gede Soberat dipamerkan di Museum of Contemporary Art Berlin.
Iklan
"Lukisan dan karya seni Indonesia di Museum ini adalah bukti hubungan sosial budaya antara Indonesia dan Jerman yang telah terjalin sejak abad silam, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka," kata Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, ketika menghadiri dan acara pameran bertajuk "Hello World" yang digelar di Museum tersebut, Rabu (25/07/).
"People to people contact Indonesia-Jerman, yang merupakan salah satu motor diplomasi antar kedua negara telah berlangsung lama. Fakta ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi kita untuk tetap bisa memelihara dan meningkatkan kerja sama seni dan budaya dalam konteks modern seperti saat ini," lanjut Dubes Oegroseno.
Raden Saleh yang pernah tinggal di Dresden, Jerman, pertengahan abad ke-19 adalah tokoh perintis lukisan Indonesia yang karyanya banyak dikoleksi di Jerman. Beberapa lukisannya yang dibuat di Jerman seperti ”Arab Horsemen Attack by a Lion" turut di dipamerkan.
Tidak hanya memamerkan karya maestro Indonesia, lukisan karya Walter Spies, seorang seniman Dresden yang pernah tinggal di Bali tahun 1927-1942 juga turut dipamerkan. Lukisan Spies banyak dipengaruhi oleh kelompok seniman Bali Pitamaha yang bisa dilihat pada karya-karyanya yang dipamerkan, seperti ”Sunlight in the Jungle” dan "Deer Hunt".
Spies termasuk ikut memperkenalkan kesenian Bali kepada dunia. Sejumlah tokoh terkenal pada masa itu pun mengunjungi Pulau Dewata, seperti aktor Charlie Chaplin, antropolog Margaret Meade dan musisi Colin Mcphee di sekitar tahun 1930an.
Beberapa lukisan Bali gaya Kamasan, Ubud, Batuan, juga dipamerkan di Museum ini. Selain itu, lukisan karya Anak Agung Gede Soberat, "Fisherman" dan "Deerhunt" yang dikoleksi orang Jerman juga menambah deretan lukisan Indonesia yang dipajang pada pameran itu.
Dalam kesempatan ini, Direktur Museum juga menyampaikan buku tentang Raden Saleh kepada Dubes Oegroseno.
Pelukis Jawa di Eropa
Raden Saleh, pelukis Jawa yang punya nama besar di Eropa termasuk terkenal di pula Jerman pada abad ke-19,
Foto: gemeinfrei
Kepribadian Artistik
Raden Saleh (1811 - 1880) adalah orang Asia pertama yang menikmati pendidikan melukis secara akademis di Eropa. Sosok eksotis yang berkarya seni adalah hal mengejutkan bagi Eropa di pertengahan abad ke-19. Ia juga turut melahirkan aliran lukis orientalis di Jerman. Penampilannya dalam karya Johann Carl Bähr disukai publik, seorang pelukis tampan berkostum pangeran oriental.
Foto: Lindenau-Museum Altenburg
Pelukis Berbakat
Lahir di bekas koloni Belanda di Jawa, pada usia muda Saleh melihat hobi favorit penguasa kolonial yakni: berburu. Aktivitas itu menjadi salah satu motif favoritnya. Pelukis kolonial keturunan Belgia, Antoine Payen, melihat bakat Saleh dan mendukungnya. Dengan bantuan hibah, Saleh berangkat ke Belanda pada tahun 1830, di mana ia mendapat pendidikan melukis.
Foto: gemeinfrei
Seniman Lepas
Pemerintah Belanda mengirimnya untuk studi keliling di Eropa, termasuk di Dresden. "Di sana tahun 1839 Saleh tertahan," kata Dr. Julia M. Nauhaus, direktur Museum Lindenau di Altenburg, yang pertama kali di Jerman memamerkan lukisan-lukisan Saleh. "Dia menerima banyak pesanan dan bisa bekerja sebagai seniman lepas, tanpa ketergantungan pada Belanda."
Foto: picture alliance/ANN/The Jakarta Post
Hewan Spektakuler
Harimau, anjing, singa, hewan- hewan ini sering muncul dalam karya Saleh. Di tanah kelahirannya Jawa, tidak ada singa. Tampaknya ia secara seksama meriset binatang liar itu selama berkeliling Eropa. "Dia telah melakukan perjalanan antara lain ke kebun binatang London dan sirkus di Den Haag," kata Dr. Nauhaus.
Foto: Lindenau-Museum Altenburg
Diakui di Kalangan Seniman
Di Dresden, Saleh dianggap setara sebagai seniman dan warga. Suatu hal yang tidak umum pada waktu itu, karena masih adanya diskriminasi latar belakang dan warna kulit. Saleh dan pesonanya membuat dia disambut kalangan bangsawan dan borjuis. Dia mendapatkan kontrak-kontrak yang menguntungkan.
Foto: gemeinfrei
Lukisan Bersejarah
Tahun 1851 Raden Saleh merasa terpanggil untuk pulang ke tanah Jawa. Fasih dalam lima bahasa, dalam lukisannya ia mengangkat peristiwa sejarah. Lukisan ini, sekarang dipamerkan di istana presiden di Jakarta dan menunjukkan penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1857.
Foto: gemeinfrei
Menggambarkan Realita
Saleh juga seorang arkeolog amatir. Selama berekspedisi ke Jawa Tengah, ia mengalami peristiwa letusan Gunung Merapi yang mengerikan. Kesaksiannya dalam bentuk lukisan. Hasil pantauannya ini tergantung di Museum Nasional Sejarah di Leiden, Belanda. Pada tahun tujuh puluhan, Saleh berwisata bersama istri keduanya sekali lagi ke Eropa.
Foto: Lindenau-Museum Altenburg
Lukisan Terkenal
Di samping lukisan penangkapan Diponegoro , lukisan "Berburu Singa" juga menjadi karya Saleh yang paling terkenal. Menurut Direktur Nauhaus lukisan itu dijual hampir dua juta Euro pada tahun 2011. Saleh yang bekerja di Jerman memicu daya tarik orientalis - bersama dengan publikasi sastra Goethe dan Lessing.
Foto: Lindenau-Museum Altenburg
Peran Pangeran
Saleh, potret pelukis Jawa karya Frederick Schreuel tahun 1840 itu. Ia dianggap sebagai bapak seni lukis modern Indonesia dan meninggal pada tahun 1880 di rumahnya setelah mengalami stroke.