1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Museum Baru di Denmark untuk Dunia Dongeng H.C. Andersen

Philipp Jedicke
3 Juli 2021

Penggemar dongeng sekarang dapat mengunjungi museum baru Hans Christian Andersen House di Odense, Denmark, yang menampilkan dunia sang pendongeng terkenal ini dengan cara baru.

Museum baru Hans Christian Andersen House di Odense, Denmark
Museum baru Hans Christian Andersen House di Odense, DenmarkFoto: Kengo Kuma & Associates

Putri Salju, Putri Duyung, Baju Baru Sang Raja atau Gadis Penjual Korek Api, ini hanya beberapa dongeng paling terkenal karya Hans Christian Andersen. Secara keseluruhan, dia menulis sekitar 160 cerita, yang diterbitkan dalam delapan volume dari tahun 1835 hingga 1848 dan telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 120 bahasa di seluruh dunia.

Banyak cerita penulis kelahiran Denmark itu yang sudah difilmkan, dijadikan drama atau dijadikan musikal. Tidak hanya itu, banyak figur-figurnya yang menginspirasi gambar-gambar animasi populer. Dongeng H. C. Andersen sudah menjadi bagian dari sastra dunia.

Hingga beberapa waktu lalu, rumah tempat dia dilahirkan menjadi tempat ziarah para penggemarnya. Pada 30 Juni 2021, sebuah museum baru dibuka di kota kelahirannya Odense: "The H.C. Andersen House", atau dalam bahasa Denmark "H.C. Andersen Hus."

Hans Christian Anderso, 1860Foto: picture-alliance/Glasshouse Images

H. C. Andersen terinspirasi cerita rakyat

H. C. Andersen terinspirasi oleh banyak cerita tradisional Skandinavia, Jerman dan Yunani, dari zaman kuno hingga Abad Pertengahan. Dongeng, kejadian nyata dan fenomena alam juga memicu imajinasinya. Dengan cara yang luar biasa, dia merangkai berbagai bahan dan pengaruh untuk menciptakan dongeng-dongengnya yang sekarang sangat dikenal.

Sang pendongeng lahir dalam keluarga sangat miskin pada tahun 1805. Dia sebenarnya tidak hanya menulis dongeng. Sangat sedikit orang yang tahu bahwa HC Andersen juga menulis puisi, drama, novel, dan catatan perjalanan. Selain itu, dia juga seniman siluet yang sangat berbakat.

H. C. Andersen memang senang bepergian, terutama ke Jerman untuk mengunjungi teman-teman dan pelanggannya Friederike dan Friedrich Anton Serre. Dia bahkan lebih dulu menjadi terkenal di Jerman, sebelum orang-orang di negara asalnya mengenal dia dan karya-karyanya. Pada usia 70 tahun, H. C. Andersen meninggal di Kopenhagen. Saat itu dia sudah menjadi penulis yang terkenal di kancah internasional.

Rumah kelahiran Hans Christian Andersen (kiri) di kota Odense, DenmarkFoto: imago images

Museum yang baru bertujuan menyajikan kehidupan H. C. Andersen dengan cara baru, yang memungkinkan pengunjung mendapat pengalaman indrawi tentang dunianya. Lansekap, arsitektur, dan desain pameran dirancang dengan cermat oleh arsitek bintang Jepang Kengo Kuma dan timnya, yang juga menciptakan stadion Olimpiade yang baru di Tokyo.

Kolaborasi seniman internasional

Di ruang lebih dari 5.000 meter persegi di museum yang terang benderang, pengunjung diundang menyelami dunia sang pendongeng. Dua pertiga museum ini berada di bawah tanah, dan di atasnya ada taman dongeng.

Arsitek Jepang Kengo Kuma dan timnya tidak hanya ingin memperkenalkan H. C. Andersen, tapi lebih jauh lagi memperkenalkan konsep, gagasan dan pemikirannya. Dari dalam museum bawah tanah, pengunjung dapat melihat langit, seperti putri duyung kecil dari cerita dongengnya. Di atas museum bawah tanah juga dibangun danau.

Taman dan danau di atap bangunanFoto: Kengo Kuma & Associates

Untuk interior museum, diundang 12 seniman internasional yang menciptakan karya-karya eksklusif hanya untuk gedung ini. Pemandu audio ditulis oleh penulis Denmark Kum Fupz Aakeson dan rekannya dari Amerika Daniel Handler, alias Lemony Snicket. Komposer Louise Alenius menginterpretasikan cerita-cerita dongeng secara musikal.

Hans Christian Andersen memang tidak menganggap dirinya hanya sebagai pendongeng anak-anak. Penting baginya bahwa elemen sosio-kritis atau satir selalu ada dalam ceritanya. Tapi museum yang baru tentu saja memiliki "area anak-anak", termasuk studio dengan nama "Ville Vau", di mana anak-anak dapat berkreasi dan berpartisipasi dalam lokakarya.

(hp/yp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait