1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SejarahJerman

Museum Perang Dingin Dibuka di Berlin

Scott Roxborough
29 November 2022

Rudal, ancaman nuklir, skenario spionase, perlombaan ke luar angkasa: Museum baru di Berlin seakan menghidupkan kembali era Perang Dingin, dilengkapi banyak fitur interaktif untuk menarik kaum muda.

Foto di Museum Perang Dingin di Berlin, Jerman
Foto di Museum Perang Dingin di Berlin, JermanFoto: @Cold War Museum

Selama lebih dari 40 tahun, Berlin berada di garis depan Perang Dingin. Di sinilah para pembangkang Jerman Timur merencanakan pelarian mereka ke Jerman Barat. Berlin juga menjadi pusat kegiatan spionase Amerika Serikat dan Uni Soviet. Sekarang, di Berlin ada museum yang bertujuan untuk menghidupkan kembali sejarah Perang Dingin.

Museum Perang Dingin yang pertama di dunia ini terletak di jalan Unter den Linden nomor 14, hanya beberapa ratus meter dari lokasi Tembok Berlin dulu, dan mulai dibuka untuk umum pada 26 November 2022. Tujuannya untuk memberikan gambaran kepada pengunjung tentang bagaimana periode kritis ini berdampak bagi dunia. Banyak pengunjung belum mengetahui banyak tentang masa itu.

Dinding depan di pintu masuk museum ditutupi oleh sebuah "Tirai Besi" yang bisa dilewati melalui terowongan yang memuat gambar-gambar politisi Perang Dingin, dari Harry S. Truman, Winston Churchill, dan Joseph Stalin sampai era Helmut Kohl, Mikhail Gorbachev dan Ronald Reagan. Montase foto juga menyatukan aktor-aktor ikonik era Perang Dingin: John F. Kennedy, Fidel Castro, seorang prajurit yang melompati Tembok Berlin, astronot, tank, dan awan nuklir.

Di bagian Spionase, Perlombaan Luar Angkasa, Perang Vietnam, dan Pelucutan Senjata Nuklir, pengunjung bisa melihat video dan rekonstruksi virtual yang dramatis dari momen-momen penting di era Perang Dingin.

Museum Perang Dingin di Berlin juga menyediakan aplikasi augmented realityFoto: @Cold War Museum

Museum untuk generasi muda

Pendekatan dengan teknologi mutakhir ini adalah gagasan Carsten Kollmeier dan Harald Braun, Direktur Museum Prang Dingin. Mereka bermaksud menarik pengunjung yang lebih muda, terutama yang tidak memiliki ingatan, ataupun sosiasi sedikit pun, tentang era Perang Dingin. .

"Harapan saya adalah, kami dapat menjangkau lebih dari sekadar pengunjung museum biasa yang lebih tua," kata Carsten Kollmeier, tetapi juga "cucu mereka, yang lahir setelah Perang Dingin, untuk datang bersama kakeknya, yang mengalami itu semua."

Terlepas dari semua teknologi yang mencolok, masih banyak yang menarik bagi para ahli sejarah dan kepala museum kuno. Bernd Stöver, profesor sejarah internasional di Universitas Potsdam dan penulis beberapa buku tentang Perang Dingin, mengepalai komite penasehat yang menyertai desain tersebut, memastikan semua yang ada di pameran tersebut diinformasikan oleh penelitian sejarah terkini.

"Sejarah yang seharusnya tidak pernah terulang ”

Di antara artefak yang dipamerkan adalah roket S75 era Soviet — misil berbahaya yang tergantung di pintu masuk — dari jenis yang digunakan untuk menembak jatuh pilot Amerika dan mata-mata CIA Garry Powers di Uni Soviet pada tahun 1960, sebuah peristiwa yang memicu insiden internasional (dan digambarkan dalam film karya Steven Spielberg "Bridge of Spies").

Ada pula salah satu mesin Telex yang menyediakan hubungan langsung antara Moskow dan Washington selama Krisis Rudal Kuba, dan pakaian antariksa era Perang Dingin dari astronot NASA dan kosmonot Soviet.

Perang Rusia di Ukraina, yang dianggap banyak orang sebagai pembuka era Perang Dingin yang baru, memang tidak terlihat di pameran ini - museum ini dirancang jauh sebelum invasi Rusia 24 Februari. Tapi Sergei Tchoban, arsitek kelahiran Rusia yang berbasis di Berlin yang merancang Museum Perang Dingin, mengatakan bahwa Tirai Besi di pintu masuk dirancang oleh seniman grafis Ukraina.

Dan beberapa elemen desain - mulai dari lantai museum yang berwarna merah darah hingga model bom nuklir seukuran aslinya yang tergantung di samping tempat penitipan mantel – memperlihatkan apa yang bisa terjadi kalau konflik di ukraina meluas menjadi perang Rusia dengan Barat. Sergei Tcoban dengan tegas mengatakan: "Ini adalah sejarah yang tidak boleh terulang kembali."

(hp/gtp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait