Pemerintah mewanti-wanti musim kemarau akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus. Bersamaan dengan itu kebakaran hutan diyakini akan meningkat, terutama di Sumatera dan Kalimantan.
Iklan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mewanti-wanti terhadap meningkatnya ancaman kebakaran hutan menyusul musim kemarau yang bakal mencapai puncaknya dalam waktu dekat. Saat ini pun sejumlah titik api di provinsi Aceh telah menimbulkan kabut asap yang signifikan.
Api yang membakar sekitar 64 hektar lahan dan hutan di Aceh dikabarkan menyebabkan gangguan pernafasan. Sebagai akibatnya sejumlah penduduk harus dirawat di rumah sakit, klaim BNPB. "Puncak musim kemarau diprediksi jatuh pada Agustus dan September. Sehingga ancaman kebakaran hutan, lahan dan kekeringan akan meningkat," kata Sutopo Purwo Nugroho, Jurubicara BNPB.
Kebakaran lahan di Aceh dideteksi pertamakali pertengahan pekan lalu. Hingga kini BNPB, Polri, TNI dan sejumlah organisasi lokal masih berupaya memadamkan api.
7 Fakta Mengerikan Kebakaran Hutan di Indonesia
Bukan saja memukul perekonomian, kebakaran hutan di Indonesia juga mendatangkan berbagai masalah besar lainnya, terutama masalah kesehatan dan lingkungan.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Hutan Musnah
Sekitar 1,7 juta hektar hutan dan perkebunan di Sumatera dan Kalimantan musnah dilalap api. Demikian menurut data yang dikeluarkan pemerintah.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Udara Tercemar
Sejauh ini, kebakaran hutan di Indonesia tahun telah melepaskan sekitar 1,7 miliar ton karbon dioksida (CO2). Jumlah ini dua kali lipat dari jumlah karbon dioksida yang diproduksi Jerman per tahunnya. Tahun 2014 lalu, sekitar 800 juta ton CO2 dilepaskan Jerman di udara.
Foto: Reuters/S. Teepapan
Emisi Tinggi
Para peneliti memperkirakan, pada bulan September dan Oktober, emisi CO2 dari kebakaran hutan di Indonesia per harinya melebihi emisi rata-rata harian dari seluruh kegiatan ekonomi di Amerika Serikat.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Indahondo
Senyawa Mematikan
Penelitian di Kalimantan Tengah menunjukkan adanya senyawa berbahaya di udara, termasuk ozon, karbon monoksida, sianida, amoniak, formaldehida, oksida nitrat dan metana.
Foto: Getty Images/AFP/A. Qodir
Korban Kebakaran Hutan
Sampai sekarang, kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan sedikitnya telah menewaskan 10 orang. Dan akibat kabut asap, 500.000 orang terserang penyakit, terutama masalah pernafasan.
Foto: Getty Images
Partikel Halus Berbahaya
Di wilayah lahan gambut yang terbakar, level partikulat atau partikel halus meningkat menjadi lebih dari 1.000 mikrogramm per meter kubik udara. Angka ini tiga kali lebih besar dari tingkat yang dianggap berbahaya.
Foto: Reuters/Antara Foto/N. Wahyudi
Biang Keladi
20 persen dari penyebab kebakaran hutan di Indonesia diperkirakan akibat pembalakan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Tahun 2014, Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, memasok setengah dari kebutuhan minyak sawit dunia.
Foto: CC/a_rabin
7 foto1 | 7
Nugroho mengatakan berdasarkan citra satelit, Indonesia pada Senin (24/7) memiliki 170 titik api. Sumber kebakaran terbanyak berada di Nusa Tenggara Timur dengan 44 titik api dan Kalimantan Barat dengan 21 titik api.
Pemerintah telah berjanji akan mencegah terulangnya kebakaran hutan masif seperti yang terjadi pada 2015. Saat itu Bank Dunia mencatat sebanyak 2,6 juta hektar hutan menghilang antara Juni dan Oktober 2015, menyebabkan kerugian ekonomi senilai 16 milyar Dollar AS atau melebihi 200 trilyun Rupiah.
Saat yang bersamaan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, mengatakan pihaknya berniat memperpanjang moratorium pemberian izin pengelolaan hutan secara permanen. "Saat ini sifatnya hanya diperpanjang. Saya ingin permanen," katanya. "Hutan kita tidak boleh dibabat habis."
Selain mengurangi risiko kebakaran hutan yang sebagian berasal dari aktivitas pembukaan lahan, langkah tersebut juga diniatkan sebagai upaya Indonesia menepati komitmennya untuk mengurangi jejak karbon dari sektor perhutanan. Saat ini luas hutan Indonesia yang dilindungi oleh moratorium pemerintah sebesar 66 juta hektar.
Bagaimana Ambisi Iklim Eropa Membunuh Hutan Indonesia
Ambisi Eropa mengurangi jejak karbonnya menjadi petaka untuk hutan Indonesia. Demi membuat bahan bakar kendaraan lebih ramah lingkungan, benua biru itu mengimpor minyak sawit dari Indonesia dalam jumlah besar.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Oelrich
Hijau di Eropa, Petaka di Indonesia
Bahan bakar nabati pernah didaulat sebagai malaikat iklim. Untuk memproduksi biodiesel misalnya diperlukan minyak sawit. Sekitar 45% minyak sawit yang diimpor oleh Eropa digunakan buat memproduksi bahan bakar kendaraan. Namun hijau di Eropa berarti petaka di Indonesia. Karena kelapa sawit menyisakan banyak kerusakan
Foto: picture-alliance/dpa/J. Ressing
Kematian Ekosistem
Organisasi lingkungan Jerman Naturschutzbund melaporkan, penggunaan minyak sawit sebagai bahan campuran untuk Biodiesel meningkat enam kali lipat antara tahun 2010 dan 2014. Jumlah minyak sawit yang diimpor Eropa dari Indonesia tahun 2012 saja membutuhkan lahan produksi seluas 7000 kilometer persegi. Kawasan seluas itu bisa dijadikan habitat untuk sekitar 5000 orangutan.
Foto: Bay Ismoyo/AFP/Getty Images
Campur Tangan Negara
Tahun 2006 silam parlemen Jerman mengesahkan regulasi kuota bahan bakar nabati. Aturan tersebut mewajibkan produsen energi mencampurkan bahan bakar nabati pada produksi bahan bakar fossil. "Jejak iklim diesel yang sudah negatif berlipat ganda dengan campuran minyak sawit," kata Direktur Natuschutzbund, Leif Miller.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/Y. Seperi
Komoditas Andalan
Minyak sawit adalah komoditi terpanas Indonesia. Selain bahan bakar nabati, minyak sawit juga bisa digunakan untuk memproduksi minyak makan, penganan manis, produk kosmetika atau cairan pembersih. Presiden Joko Widodo pernah berujar akan mendorong produksi Biodiesel dengan campuran minyak sawit sebesar 20%. Di Eropa jumlahnya cuma 7%.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/Y. Seperi
Menebang Hutan
Untuk membuka lahan sawit, petani menebangi hutan hujan yang telah berusia ratusan tahun, seperti di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Riau, ini. "Saya berharap hutan ini dibiarkan hidup selama 30 tahun, supaya semuanya bisa kembali tumbuh normal," tutur Peter Pratje dari organisasi lingkungan Jerman, ZGF. "Tapi kini kawasan ini kembali dibuka untuk lahan sawit."
Foto: picture-alliance/dpa/N.Guthier
Kepunahan Paru paru Bumi
Hutan Indonesia menyimpan keragaman hayati paling kaya di Bumi dengan 30 juta jenis flora dan fauna. Sebagai paru-paru Bumi, hutan tidak cuma memproduksi oksigen, tapi juga menyimpan gas rumah kaca. Ilmuwan mencatat, luas hutan yang menghilang di seluruh dunia setiap enam tahun melebihi dua kali luas pulau Jawa