Musim Panas Tak Menentu bagi Euro
12 Juli 2011Krisis ekonomi yang melanda Eropa dan mengancam zona mata uang Eropa dikomentari berbagai harian internasional. Harian Spanyol El Pais yang terbit di Madrid menulis di tajuknya: Euro sedang berada dalam jurang yang dalam sekali. Ketidaksepakatan pemerintahan Eropa mengenai paket bantuan tahap kedua bagi Yunani membahayakan situasi Italia dan pelan-pelan mencekik Spanyol, serta mengancam terpecahbelahnya zona mata uang Eropa. Berbagai institusi Uni Eropa telah menjalankan manajemen krisis yang buruk, sekarang situasinya menjadi semakin kritis. Kekacauan ini mengakibatkan kemiskinan dan pengangguran. Untuk menyelesaikan krisis ini, Eropa harus segera meloloskan paket bantuan kedua bagi Yunani. Ini tidak boleh ditunggu sampai September. Proses tambal menambal ini harus segera berakhir.
Mengenai krisis ekonomi di Eropa Harian Ceko Hospodarske Noviny berkomentar: Eropa sedang menghadapi musim panas yang tidak menentu. Ini bukan masalah cuaca, melainkan mengenai masa depan Uni Eropa dan mata uang bersamanya. Diskusi menteri-menteri keuangan zona mata uang Euro Senin lalu hanyalah merupakan sebuah langkah di hutan berduri ini, untuk mengakui, bahwa masalah ini tidak boleh ditutup-tutupi lagi. Kalau tidak, situasi labil ini tidak akan berubah. Sekarang Italia, kekuatan ekonomi ketiga dalam zona Euro, sudah mulai terancam. Paket bantuan terbaru bagi Yunani baru akan diputuskan September mendatang. Kalau melihat, bagaimana pasar keuangan sudah mulai menyerang Italia, sepertinya ini bisa terlambat.
Sementara itu harian Jerman Berliner Zeitung berkomentar mengenai jalan keluar dari krisis ekonomi di zona Euro. Harian tersebut menulis:Konsep mata uang bersama, yang mengatur bahwa sebuah negara tidak boleh bertanggung jawab atas negara lain, merupakan sebuah kesalahan. Mata uang Euro membuat semua negara rentan, karena Euro tetaplah sebuah mata uang asing, yang tidak bisa dikeluarkan sendiri oleh Jerman maupun Italia. Karena itu sudah tiba waktunya untuk berhutang bersama dan saling menanggung satu sama lain. Ini paling bisa dilakukan melalui sistem obligasi bersama. Ini akan memberi pertanda kepada dunia dan para investor serta spekulan, bahwa tidak ada yang bisa menghancurkan zona Euro. Sistem ini bahkan akan segera menjadikan zona Euro wilayah yang paling kokoh diantara negara-negara industri. Karena tidak ada negara besar lainnya yang mempunyai posisi lebih baik dalam krisis hutang, dibandingkan negara-negara zona Euro.
Kekhawatiran yang timbul karena krisis hutang di Eropa juga dikomentari oleh harian konservatif Perancis Le Figaro. Harian yang terbit di Paris ini menulis dalam tajuknya:Tidak ada yang terhindar dari jatuhnya harga di bursa efek. Krisis hutang menular ke seluruh penjuru Eropa. Hanya ada satu jalan keluar: Setiap negara Eropa harus menunjukkan, bahwa mereka sanggup mengatasi masalah hutangnya. Ini juga berlaku bagi Perancis, yang seperti negara-negara lain harus mengencangkan ikat pinggangnya. Janji pemerintah Perancis untuk menurunkan defisit sampai tahun 2013 harus ditepati, agar mereka tidak kehilangan kepercayaan. Perancis tidak bisa membahayakan rating yang terbaik, yang menjamin negara ini untuk bisa berhutang dengan bunga rendah tanpa batas.
Sementara itu harian Austria Die Presse berkomentar mengenai pertanyaan apakah para kreditor juga harus berkontribusi dalam paket bantuan bagi negara-ngera Uni Eropa yang dililit hutang. Harian ini menulis:Setiap investor bisa dicap gila kalau mereka tidak mengambil kesempatan. Dan setiap menteri keuangan juga dianggap gila kalau tidak menghentikan hal ini. Pasar keuangan butuh sebuah pertanda jelas, sehingga resiko yang diambil bisa disebut “membakar jari“. Ini artinya, harus segera diberlakukan penjadwalan kembali hutang Yunani dengan mengikutsertakan para kreditor secara total. Ini akan membantu Yunani, menenangkan pasaran secara sementara dan membuat spekulasi domino atas negara-negara Euro lainnya lebih sulit, dan terutama lebih riskan. Karena zona Euro tidak mampu membantu Italia secara permanen, mereka harus cepat memberikan pertanda jelas.
Anggatira Gollmer/dpa/afp
Editor: Hendra Pasuhuk