Cina: Muslim Hui Tolak Rencana Pembongkaran Masjid Najiaying
31 Mei 2023
Bentrokan antara warga dan polisi pecah di barat daya Cina menyusul aksi penolakan rencana pembongkaran sebuah masjid. Pihak berwenang kini mengimbau para pendemo untuk menyerahkan diri.
Iklan
Pemerintah Cina mengerahkan ratusan polisi dan melakukan penangkapan di Kota Nagu, sebuah daerah mayoritas muslim di Provinsi Yunnan. Hal ini menyusul adanya bentrokan yang terjadi pekan lalu akibat protes atas rencana pembongkaran sebagian Masjid Najiaying.
Persidangan pada tahun 2020 dilaporkan telah mengeluarkan perintah pembongkaran kubah beserta empat menara masjid lantaran pembangunannya tidak mengantongi izin resmi. Kawasan tersebut merupakan rumah bagi etnis Hui, sebuah kelompok etnis muslim terbesar yang berada dalam tekanan menghadapi tindakan kekerasan.
Berdasarkan sejumlah video yang tersebar di media sosial pada Sabtu (27/05), puluhan polisi dengan tongkat pemukul dan pelindung anti huru-hara membubarkan sebuah kerumunan di halaman masjid yang melemparkan berbagai benda ke arah petugas.
Seorang pengunjuk rasa terlihat memukul helm petugas, tetapi tak banyak kekerasan yang terlihat. Video yang menunjukkan aksi protes itu kini telah dihapus dari sosial media di Cina.
Uighur - Diskriminasi di Cina dan Terdesak di Turki
Akibat banyaknya tekanan dari Cina sebagian warga Uighur pindah ke Turki. Awalnya itu tampak seperti solusi bagus, tetapi kini mereka terdesak karena tidak mendapat izin tinggal dan tidak dapat memperbarui paspor Cina.
Foto: Reuters/M. Sezer
Kritik terhadap Cina
Dunia internasional telah berkali-kali mengeritik Cina karena mendirikan sejumlah fasilitas yang digambarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai tempat penahanan, di mana lebih sejuta warga Uighur dan warga muslim lainnya ditempatkan. Beijing menyatakan, langkah itu harus diambil untuk mengatasi ancaman dari militan Islam. Foto: aksi protes terhadap Cina di halaman mesjid Fatih di Istanbul.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Tekanan ekonomi
Pada foto nampak seorang perempuan menikmati santapan yang dihidangkan restoran Uighur di Istanbul, Turki. Pemilik restoran, Mohammed Siddiq mengatakan, restorannya mengalami kesulitan karena warga Uighur biasanya menyantap makanan di rumah sendiri, dan warga Turki tidak tertarik dengan masakan Uighur.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Suara perempuan Uighur
Gulbhar Jelilova adalah aktivis HAM dari Kazakhstan, dari etnis Uighur. Ia sempat ditahan selama 15 bulan di tempat penahanan yang disebut Cina sebagai "pusat pelatihan kejuruan." Ia mengatakan, setelah mendapat kebebasan ia mendedikasikan diri untuk menjadi suara perempuan Uighur yang menderita.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Mencari nafkah di Turki
Dua pria Uighur tampak bekerja di toko halal di distrik Zeytinburnu, di mana sebagian besar warga Turki di pengasingan bekerja. Ismail Cengiz, sekjen dan pendiri East Turkestan National Center yang berbasis di Istanbul mengatakan, sekitar 35.000 warga Uighur tinggal di Turki, yang sejak 1960 menjadi "tempat berlabuh" yang aman bagi mereka.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Merindukan kampung halaman
Gulgine Idris, bekerja sebagai ahli rpijat efleksi di Istanbul. Ketika masih di Xinjiang, Cina, ia bekerja sebagai ahli ginekolog. Kini di tempat prakteknya ia mengobati pasien perempuan dengan pengetahuan obat-obatan dari Timur. Turki adalah negara muslim yang teratur menyatakan kekhawatiran tentang situasi di Xinjiang. Bahasa yang digunakan suku Uighur berasal usul sama seperti bahasa Turki.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Tekanan bertambah sejak beberapa tahun lalu
Sexit Tumturk, ketua organisasi HAM National Assembly of East Turkestan, katakan, warga Uighur tidak hadapi masalah di Turki hingga 3 atau 4 tahun lalu. Tapi Turki pererat hubungan dengan Cina, dan khawatir soal keamanan. Pandangan terhadap Uighur juga berubah setelah sebagian ikut perang lawan Presiden Suriah Bashar al Assad, yang berhubungan erat dengan Cina.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Kehilangan orang tua
Anak laki-laki Uighur yang kehilangan setidaknya salah satu orang tua mengangkat tangan mereka saat ditanya dalam pelajaran agama di madrasah di Kayseri. Sekolah itu menampung 34 anak. Kayseri telah menerima warga Uighur sejak 1960-an, dan jadi tempat populasi kedua terbesar Uighur di Turki. Sejak keikutsertaan warga Uighur dalam perang lawan Assad, Cina memperkeras tekanan terhadap mereka.
Foto: Reuters/Murad Sezer
Mengharapkan perhatian lebih besar
Sebagian warga Uighur di Turki berharap pemerintah Turki lebih perhatikan kesulitan mereka, dan memberikan izin bekerja, juga sokongan dari sistem asuransi kesehatan. Foto: seorang anak perempuan menulis: "Kami, anak Turkestan, mencintai kampung halaman kami" dengan bahasa Uighur, di sebuah TK di Zeytinburnu. Warga Uighur di pengasingan menyebut kota Xinjiang sebagai Turkestan Timur.
Foto: Reuters/M. Sezer
Situasi terjepit
Warga Uighur juga tidak bisa memperbarui paspor mereka di kedutaan Cina di Turki. Jika kadaluarsa mereka hanya akan mendapat dokumen yang mengizinkan mereka kembali ke Cina, kata Munevver Ozuygur, kepala East Turkestan Nuzugum Culture and Family Foundation. (Sumber: reuters, Ed.: ml/hp)
Foto: Reuters/M. Sezer
9 foto1 | 9
Bagaimana reaksi pemerintah?
Sebuah peringatan dikeluarkan pada Minggu (28/05) oleh pemerintah daerah yang menyatakan pihaknya bakal melakukan sebuah investigasi atas "sebuah kasus yang sangat mengganggu manajemen dan ketertiban sosial."
Iklan
Peringatan itu juga memerintahkan para pihak yang terkait untuk "segera menghentikan seluruh kegiatan ilegal dan kriminal" seraya berjanji untuk "menghukum seberat-beratnya" siapa saja yang menolak untuk menyerahkan diri. Sementara itu, para pihak yang secara suka rela menyerahkan diri sebelum 6 Juni 2023 akan diberikan keringanan hukuman, tambah isi peringatan itu.
Pihak kepolisian telah melakukan sejumlah penangkapan usai kejadian tersebut dan setidaknya ratusan petugas masih berjaga di kota itu sampai Senin (29/05), kata seorang saksi.
Kekerasan Atas Nama Agama
02:05
Tindakan keras Cina terhadap muslim
Cina berupaya untuk menerapkan kontrol yang lebih ketat terhadap komunitas agama sejak Presiden Xi Jinping berkuasa satu dekade silam. Dalam tindakan kekerasan terhadap muslim, Beijing mengaku bahwa itu adalah cara yang ampuh untuk memberantas teroris dan pihak ekstremis.
Sementara itu di tempat lain, rezim Xi telah membongkar masjid maupun kubah, menara, dan segala bentuk ciri khas muslim lain supaya bangunan tersebut bergaya bangunan Cina, sehingga tidak menarik perhatian.
Diperkirakan satu juta warga Uighur, Huic, dan minoritas lainnya telah ditahan di kawasan barat Xinjuang sejak 2017 dengan alasan kampanye pemerintah, yang disebut Amerika Serikat dan aktivis hak asasi manusia sebagai sebuah genosida.