Organisasi-organisasi muslim di Jerman menggelar aksi menentang penyalahgunaan Islam. Mereka menolak khotbah kebencian, ekstrimisme dan fanatisme dengan motto: Melawan Kebencian dan Ketidakadilan.
Iklan
Empat organisasi muslim terbesar di Jerman menggalang aksi menolak kebencian, mempromosikan toleransi dan perdamaian. Aksi tersebut melibatkan lebih dari 2000 masjid di Jerman.
Aksi dengan motto "Melawan Kebencian dan Ketidakadilan" akan digelar hari Jumat, 19 September 2014. Masjid-masjid akan membuka pintunya untuk masyarakat umum dan menggelar berbagai acara temu masyarakat.
Delapan masjid terbesar di Jerman akan menggelar diskusi terbuka dengan wakil-wakil masyarakat dan politik. Di Hannover akan hadir antara lain Menteri Dalam Negeri Thomas de Maiziere, dan di Berlin Walikota Klaus Wowereit.
Tema utama dalam sholat Jumat pada hari itu adalah perdamaian dan menolak kebencian.
Jangan berdiam diri
"Pada hari ini kami warga muslim ingin unjuk diri dan memberi sinyal tegas, apa yang sebenarnya menjadi nilai-nilai Islam. Nilai-nilai dan keyakinan kami tidak boleh disalahgunakan untuk membawa penderitaan kepada orang lain", kata Zekeriye Altug, wakil Ditib, salah satu organisasi muslim terbesar di Jerman.
Toleransi Beragama di Jerman
Toleransi beragama semakin digalakkan di Jerman. Itu diwujudkan antara lain dengan perayaan religi bersama, pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah, juga aktivitas kebudayaan lain.
Foto: picture-alliance/ZB
Merasa Anggota Masyarakat
Seorang perempuan muslim di Jerman mengenakan sebagai hijab sehelai bendera Jerman, yang berwarna hitam, merah, emas untuk menunjukkan keanggotaannya dalam masyarakat Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Poetry Slam Antar Agama
Perlombaan ini digelar 17 Agustus 2013 di Berlin. Pesertanya : penulis puisi dari kelompok agama Islam, Yahudi dan Kristen. Mereka membacakan sendiri karyanya. Pelaksananya yayasan Jerman, Friedrich Ebert Stiftung.
Foto: Arne List
Jurusan Teologi Yahudi
Jurusan ini diresmikan 19 November 2013 di Universitas Potsdam. Pada semester pertama, jurusan yang berakhir dengan gelar Bachelor ini memiliki mahasiswa 47 orang dari 11 negara. Jurusan ini juga terbuka bagi orang non-Yahudi, yang berniat mempelajari teologi Yahudi.
Foto: picture-alliance/dpa
Hari "Open Door" Mesjid 2013
"Tag der offenen Moschee" diadakan setiap tahun di Jerman, pada tanggal penyatuan Jerman, 3 Oktober. Pelaksanaannya dikoordinir berbagai perhimpunan Islam di Jerman. Lebih dari 1.000 mesjid di Jerman menawarkan ceramah, pameran, brosur informasi dan acara pertemuan serta tur di dalam mesjid. Setiap tahun lebih dari 100.000 warga menggunakan kesempatan untuk lebih mengenal Islam itu.
Foto: DW/R. Najmi
Mencari Informasi dan Berkenalan
Pengunjung pada hari "open door" di Mesjid Sehitlik, Berlin. Sebanyak 18 mesjid di Berlin, setiap tanggal 3 Oktober membuka pintunya bagi semua orang.
Foto: picture-alliance/dpa
Saling Menerima
Suster dari tiga ordo Katolik mengunjungi mesjid Yavuz Sultan Selim di Mannheim, pada "Hari Katolik" ke-98, tanggal 17 Mei 2012. Bertepatan dengan Hari Katolik tersebut, mesjid Yavuz Sultan Selim mengadakan hari pembukaan pintu.
Foto: picture-alliance/dpa
Pelajaran Agama Islam di Sekolah Jerman
Guru Merdan Günes berdiri bersama murid-murid di sekolah dasar kota Ludwigshafen-Pfingstweide, pada pelajaran agama Islam. Foto dibuat 09.12.2010. Pelajaran agama Islam mulai dilaksanakan di sebuah sekolah di negara bagian Rheinland Pfalz sejak tahun ajaran 2003/2004, dan sejak itu semakin diperluas.
Foto: picture-alliance/dpa
Belajar Toleransi
Guru Bülent Senkaragoz dalam pelajaran agama Islam di sekolah Geistschule di kota Münster. Foto dibuat 25/11/2011. Senkaragoz mengatakan, "Tugas saya bukan mengajarkan kepada murid, bagaimana cara sembahyang yang benar bagi seorang Muslim." Murid-murid di sini belajar tentang pentingnya toleransi. Pelajaran agama Islam dimulai di negara bagian Nordrhein Westfalen sejak 1999.
Foto: picture-alliance/dpa
"Mein Islambuch"
"Mein Islambuch“ (buku pelajaran Islam saya). Ini adalah buku pelajaran agama Islam baru untuk sekolah dasar. Ditulis oleh Serap Erkan, Evelin Lubig-Fohsel, Gül Solgun-Kaps dan Bülent Ucar. Di sebagian besar negara bagian yang dulu termasuk Jerman Barat, pelajaran agama Islam sudah termasuk kurikulum sekolah.
Berjalan Bersama
Buku pelajaran lain berjudul "Miteinander auf dem Weg" (bersama dalam perjalanan). Tokoh utama dalam buku itu hidup di dalam masyarakat, di mana pemeluk agama Kristen, Yahudi dan Islam hidup bersama dengan hak-hak sama. Seperti tampak pada salah satu ilustrasinya.
Foto: Ernst Klett Verlag GmbH, Stuttgart/Liliane Oser
Guru Agama Islam Orang Jerman
Annett Abdel-Rahman adalah guru pelajaran agama Islam di sekolah tiga agama di Osnabrück. Guru perempuan ini mengenakan jilbab, sementara rekannya yang Yahudi memakai kippah. "Bagi saya penting untuk memaparkan persamaan agama-agama Samawi kepada para murid," kata Annett Abdel-Rahman.
Foto: DW
Buka Puasa Bersama
Sebelum buka puasa bersama, para tamu membeli makanan dan manisan khas Turki, di Lapangan Kennedy di kota Essen. Dalam kesempatan ini umat berbagai agam bisa menikmati makanan bersama. Selama bulan puasa, hingga 500 orang, terdiri dari warga muslim dan non muslim datang ke tenda besar di lapangan tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Sama-Sama Warga Kota
Di bawah moto ”Wir sind Duisburg” (kitalah Duisburg), penduduk sekitar rumah tempat tinggal warga Roma di kota Duisburg dan sejumlah ikatan masyarakat serta persatuan warga Roma mengundang imigran untuk bersama-sama menyantap sarapan.
Foto: DW/C. Stefanescu
Pekan Antar Budaya
Seorang perempuan Senegal berdiri di lapangan pusat kota Halle an der Saale, di sebelah gambar gedung pemerintahan Rusia, Kremlin. Dalam "Interkulturellen Woche Sachsen-Anhalt" diadakan berbagai pesta, pameran, ceramah di negara bagian itu. Tujuannya mengembangkan toleransi bagi warga asing dan pengungsi. Pekan budaya ini adalah inisiatif gereja Jerman, dan diadakan akhir September setiap tahun.
Foto: picture-alliance/ZB
14 foto1 | 14
Aiman A Mazyek dari Dewan Pusat Muslim mengatakan: "Kita tidak mau berdiam diri, jika nama Islam disalahgunakan oleh para penjahat dan teroris". Ia menunjuk pada tindakan-tindakan kejam yang dilakukan teroris ISIS di Irak dan Suriah.
Mazyek menambahkan, warga muslim "harus menegaskan, bahwa teroris dan pembunuh tidak bertindak sesuai dengan Islam, bahkan menginjak-injak Islam. Mereka tidak punya tempat dalam Islam".
Bendung ekstrimisme
Organisasi-organisasi muslim di Jerman juga menyatakan kekhawatiran dengan meluasnya ekstrimisme dan makin banyaknya relawan yang bergabung dengan ISIS.
"Setiap remaja yang hilang ini merupakan kehilangan bagi seluruh masyarakat", kata Zekeriye Altug. Banyak remaja yang terseret propaganda kelompok ekstrim sebenarnya menghadapi masalah sosial, tambahnya.
Komunitas masjid tidak punya kapasitas yang cukup untuk membantu para remaja dan mencegah tersebarnya propraganda kelompok-kelompok ekstrim, terutama lewat internet dan jaringan sosial. Organisasi muslim meminta bantuan pemerintah Jerman untuk melancarkan program-program membendung radikalisme dan ekstrimisme, tidak hanya di kalangan masjid.