1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Myanmar Rintangi Bantuan,Cina Tunjukkan Solidaritas

19 Mei 2008

Rejim militer Myanmar masih mempersulit penyaluran bantuan bagi korban angin topan. Sementara rakyat Cina menunjukkan solidaritas dengan korban gempa bumi.

Bendera setengah tiang dilapangan Tian An Men, Beijing, tandai hari berkabung nasional mengenang korban gempa bumi di CinaFoto: AP


Penyaluran bantuan bagi para korban angin topan " Nargis" dikawasan delta Irawady di Mynmar tetap buruk. Menurut laporan sebuah organisasi bantuan Jerman, sekarang terjadi gelombang pengungsian pertama. PBB memperkirakan, lebih dari setengah juta orang , berusaha melarikan diri dari kawasan delta Irawady. Sementara itu hujan lebat semakin memperparah situasi. Hancurnya infra struktur , terutama jalan dikawasan yang dilanda bencana, semakin mempersulit penyaluran bahan bantuan. Usaha penyelamatan para korban berjalan lamban. Warga dikawasan bencana , melihat hanya ada satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri. Yakni melarikan diri ke utara, ke Ibukota Yangoon. Tapi jalur jalan dikawasan delta Irawady dijaga ketat pihak militer dan polisi. Tenaga sukarela internasional dan pengamat dicegah melanjutkan perjalanannya, dan penyaluran bantuan diawasi dengan ketat. Mengenai situasinya, Hans Musswessels, dari organisasi bantuan Jerman " Lands Aid" menggambarkan situasinya:

"Sekarang diusahakan menyalurkan gelombang pengungsi ini. dengan menempatkannya dikamp penampungan, dimana Palang Merah Myanmar melakukan tugasnya dengan baik. Tapi dengan melihat besarnya bencana, sebuah negara tidak akan mampu menanganinya sendirian".

Sementara itu imbauan kepada rejim militar Myanmar, agar mengijinkan bantuan internasional langsung disalurkan ke kawasan delta Irawady, tidak dipedulikan. Usulan yang disampaikan negara seperti Perancis dan Amerika Serikat ini, untuk memaksa rejim militer di Yangon agar mengubah sikapnya, justru akan memberikan dampak sebaliknya. Demikian dicemaskan Hans Musswessels. Ia menambahkan,

" Penempatan kapal perang didepan pantai atau menyulut keributan dengan Myanmar tidak akan membantu dan berguna. Malah sebaliknya, justru akan semakin diblokir. Itu berarti, harus dilakukan pembicaraan dibelakang layar.Apa yang dapat diberikan, lewat jalinan kerjasama. Dalam masalah ini juga harus memperhatikan masalah budaya. Ini tentu juga tantangan bagi kemampuan melakukan diplomasi"..

Komisaris urusan pembangunan Uni Eropa, Louis Michel, menyebut kesediannya melakukan dialog dengan rejim militer Myanmar. Sedangkan Sekjen PBB Ban Ki Moon dalam pekan ini juga akan mengunjungi Myanmar, untuk mempercepat penyaluran bantuan bagi korban bencana angin topan.

Sementara itu, sepekan setelah terjadinya gempa bumi , pemerintah Cina menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari. Bendera dipasang setengah tiang, kegiatan dihentikan, antara lain kirab obor olimpiade. 1,3 miliar penduduk diserukan mengheningkan cipta selama tiga menit, tepat pada saat terjadinya gempa bumi pekan lalu dipropinsi Sichuan. Sampai sekarang dilaporkan sekurangnya 50 ribu korban tewas. Setiap hari televisi Cina melaporkan usaha penyelamatan dan bantuan bagi korban bencana gempa bumi. Ditayangkan gambar Ibu yang mencari anggota keluarganya. Usaha tanpa kenal lelah yang dilakukan para sukarelawan. dokter dan tenaga medis lainnya. Tenaga bantuan tehnik yang berusaha memperbaiki bendungan yang retak akibat gempa bumi. Serta gambar Presiden Hu Jintao berbicara dengan korban yang selamat.Disamping munculnya sikap solidaritas yang tinggi dikalangan masyarakat Cina untuk memberikan bantuan , dengan mengumpulkan dana. Sampai sekarang tercatat sekitar 800 juta Euro dana yang berhasil dikumpulkan. Mengenainya moderator sebuah pemancar televisi yang menggalang pengumpulan dana mengatakan:

"Kesediaan memberikan bantuan ditunjukkan oleh semua lapisan masyarakat di Cina".(ar)