1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikJepang

Nagasaki: Ancaman Perang Nuklir Semakin Nyata

9 Agustus 2022

Perang yang digencarkan Rusia di Ukraina menunjukkan ancaman serangan nuklir bukan cuma kekhawatiran belaka, melainkan “sebuah krisis nyata,” kata walikota Nagasaki dalam peringatan 77 tahun bom atom 1945.

Peringatan bom atom Nagasaki 7 Agustus 2022
Peringatan bom atom Nagasaki 7 Agustus 2022Foto: Daisuke Urakami/Yomiuri Shimbun//AP Photo/picture alliance

Dalam pidatonya, Walikota Nagasaki, Tomihisa Taue, menyayangkan masih kuatnya "fantasi” tentang senjata nuklir sebagai instrumen "deterrence”  atau pencegahan. Menurutnya selama bom atom masih ada, ia kelak digunakan juga.

"Kita harus menyadari bahwa memusnahkan senjata nuklir adalah satu-satunya cara realistis untuk melindungi Bumi dan masa depan umat manusia,” kata dia, sembari menambahkan doktrin "pencegahan nuklir” hanya sebuah "fantasi, tidak lebih dari sekedar harapan.”

Peringatan tahunan di Taman Perdamaian Nagasaki itu ikut dihadiri diplomat dari negara adidaya nuklir dunia. Mereka mengikuti upacara mengheningkan cipta pada pukul 11:02 siang, ketika bom atom yang oleh AS dijuluki "Fat Man” itu meledak di langit kota.

Taue mengatakan upaya perlucutan senjata nuklir dan implementasi perjanjian non-proliferasi sudah "melemah” sejak satu dekade terakhir. Dia merujuk pada ancaman Rusia melancarkan serangan nuklir pada Februari silam, hanya sebulan setelah memperkuat komitmen untuk tidak terlibat dalam perang nuklir.

"Hal ini menunjukkan kepada dunia bahwa penggunaan senjata nuklir bukan ketakutan yang tidak beralasan, melainkan krisis yang nyata dan sedang berkecamuk,” tuturnya.

Seperti Apa Kalau Bom Atom Menghantam?

01:24

This browser does not support the video element.

Senjata nuklir pertamakali digunakan oleh Amerika Serikat terhadap kota Hiroshima, 6 Agustus 1945. Sebanyak 140.000 orang tewas seketika. Bom kedua dijatuhkan AS tiga hari kemudian di atas kota Nagasaki, yang menewaskan 70.000 orang. 

Buntutnya, Jepang menyerah  kalah pada 15 Agustus yang sekaligus menyudahi Perang Dunia II di Asia Pasifik.

Konflik geopolitik luapkan ancaman nuklir

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, Hiroshima dan Nagasaki melambangkan tradisi pasifisme dalam perpolitikan Jepang yang menolak perang dan berbagai bentuk agresi militer. Tapi hasrat damai memudar seiring memanasnya konflik geopolitik.

Pemerintah di Tokyo khawatir, dinamika invasi Rusia di Ukraina bisa menggerakkan Cina untuk bersikap lebih agresif di Asia Timur. Saat ini, Tokyo perlahan mulai mencabut satu per satu hambatan legislasi untuk memperkuat militernya. 

Padahal, negeri kepulauan itu berada sepenuhnya di bawah perlindungan payung nukilir AS, yang juga menempatkan 50.000 serdadunya di tujuh pangkalan miliiter di Jepang.

Taue sebabnya mendesak pemerintah pusat untuk tidak mengandalkan perlindungan nuklir, dan sebaliknya meggencarkan diplomasi damai. 

Hal ini diamini Perdana Menteri Fumio Kishida. "Kendati iklim keamanan yang memburuk, kita tetap harus mencatat sejarah tanpa senjata nuklir, dan menjadikan Nagasaki sebagai tempat terakhir yang mengalami serangan nuklir,” kata dia.

Hingga Maret silam, Jepang mencatat hampir 120.000 penyintas bom atom yang kini rata-rata berusia di atas 84 tahun. Kebanyakan mengidap kerusakan atau gangguan permanen akibat ledakan atau radiasi nuklir. 

rzn/as (ap,rtr)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait