Presiden AS Donald Trump menambah anggaran pertahanan AS menjadi 603 miliar Dollar AS. Dengan uang tersebut Gedung Putih ingin memperkuat armada laut dan udara AS.
Foto: picture-alliance/dpa/U.S. Navy photo by Dusty Howell
Iklan
Presiden AS Donald Trump mengumumkan bakal menambah anggaran pertahanan sebanyak 54 miliar Dollar AS, menjadi 603 miliar Dollar AS per tahun atau sekitar 7800 triliun Rupiah, hampir tiga kali lipat lebih besar ketimbang APBN Indonesia tahun 2017.
Kenaikan anggaran tersebut akan diwujudkan dengan memangkas anggaran sosial. "Akan ada pengurangan besar dalam bantuan luar negeri AS," kata seorang pejabat Gedung Putih kepada Reuters. "Kami akan meningkatkan keamanan dan mengurangi program yang berprioritas rendah."
Hingga kini Trump belum mau membeberkan rencana rinci seputar belanja militer yang disiapkan menyusul kenaikan anggaran tersebut. Namun dalam sebuah pernyataan pers, Gedung Putih antara lain mengisyaratkan bakal memperkuat kemampuan siber AS. "Kami akan memprioritaskan penambahan kemampuan pertahanan dan daya gempur siber Amerika Serikat," begitu bunyi pernyataan berjudul "Make Our Military Strong Again" yang dirilis di laman online Gedung Putih.
"Kami juga akan mengembangkan sistem pertahanan peluru kendali berteknologi termutakhir untuk melindungi AS dari serangan rudal dari Iran dan Korea Utara."
Era Baru Jet Tempur Siluman
Amerika Serikat telah memulai, kini Cina dan Rusia pun ikut menggenjot pengembangan teknologi siluman untuk pertahanan udara. Inilah sejumlah jet tempur siluman yang bakal beradu tangkas di langit.
Foto: picture-alliance/DOD/US Air Force
Chengdu J-20
Dikembangkan sejak tahun 1990 di bawah kode sandi J-XX, Chengdu J-20 pertama kali melangit tahun 2011. Menurut rencana jet tempur siluman ini akan mulai diproduksi antara 2017-2019. Desain J-20 banyak meniru pesaingnya dari AS, yakni F-22 Raptor. Namun menurut berbagai pakar kedirgantaraan, kelemahan terbesar J-20 dibanding F-22 terletak pada bagian mesin.
Foto: Reuters/China Daily
Shenyang J-31
Jet besi berjuluk Falcon Hawk ini merupakan pesawat tempur multi guna bermesin ganda yang dikembangkan oleh Shenyang Aircraft. Bersamaan dengan J-31, Cina kini menjadi negara kedua yang memiliki dua jenis pesawat tempur siluman setelah Amerika Serikat. J-31 dikembangkan sebagai pesawat angkatan laut dengan daya jelajah tempur sejauh 1300km.
Foto: Reuters
F-22 Raptor
Pesawat yang dikembangkan oleh Lockheed Martin ini merupakan ambisi AS mempertahankan kedigdayaan di langit. Hingga kini F-22 menjadi tolak ukur untuk semua pesawat tempur generasi kelima. Kendati memiliki segudang keunggulan, ongkos produksi F-22 yang mahal memaksa pemerintah AS membatasi pemesanan. AS saat ini telah mengoperasikan 195 pesawat F-22 yang terbagi dalam 15 skuadron tempur.
Foto: picture-alliance/DOD/US Air Force
F-35A Lightning II
Berbeda dengan F-22, F35A didesain dengan harga jual yang lebih terjangkau. Sebanyak 11 negara ikut berpartisipasi mengembangkan jet tempur siluman bermesin tunggal ini. Namun karena jumlah pemesanan yang tinggi (hingga 2.400 unit), F35A tercatat sebagai proyek alutsista termahal dalam sejarah. Pesawat buatan Lockheed Martin ini banyak mengundang kritik seputar desain dan kemampuan terbangnya
Foto: Reuters
Sukhoi T-50
Diusulkan sejak dekade 1980an, pengembangan T-50 sempat terhenti menyusul runtuhnya Uni Sovyet. Rusia menargetkan T-50 sudah bisa diproduksi paling lambat awal 2017 dan diekspor secepatnya tahun 2025. Pesawat siluman bermesin ganda ini pertamakali melakoni ujicoba tahun 2010 silam. T-50 memiliki usia pakai hingga 35 tahun, atau lima tahun lebih lama ketimbang F-22
Foto: Getty Images/AFP/D. Kostyukov
B-2 Spirit
Pesawat pembom siluman ini adalah warisan perang dingin yang masih dipakai hingga kini. Konsepnya didesain untuk mampu memasuki ruang udara Uni Sovyet buat menghancurkan target bernilai tinggi tanpa terdeteksi radar. Namun dari rencana pembelian awal yang mencapai 132 unit, militer AS cuma membeli 20 unit yang masih akan dioperasikan hingga 2058.
Foto: picture-alliance/dpa
F-117A Nighthawk
F-117 adalah pesawat siluman pertama yang beroperasi secara penuh. Kendati bergelar pesawat tempur multiguna, F-117 lebih menyerupai pesawat serbu untuk menyokong pasukan darat. Pesawat ini pertamakali digunakan pada Perang Irak 1991 dan kemudian Perang Yugoslavia. Sebanyak 64 unit F-117 pernah diproduksi. Tahun 2008 silam militer AS secara resmi memensiunkan semua armada F-117.
Foto: AP
7 foto1 | 7
Sementara dalam pernyataan pers ihwal politik luar negeri yang diberi judul "America First Foreign Policy," Gedung Putih menulis bahwa ISIS adalah prioritas terbesar pertahanan AS. "Untuk mengalahkan kelompok ini, kami akan menjalin koalisi militer yang agresif..., dan memotong aliran dana untuk teroris."
Untuk itu Trump berencana menambah kekuatan udara dan laut. "Angkatan Laut telah menyusut dari 500 kapal di tauhn 1991, menjadi 275 di 2016. Angkatan Udara kini sepertiga lebih kecil ketimbang 1991. Presiden Trump berkomitmen mengubah tren ini.
Menurut laporan stasiun televisi CNBC, pemerintahan Trump berniat menambah jumlah pasukan aktif dari 475.000 menjadi 540.000 personil. Selain itu jumlah armada laut AS juga akan bertambah menjadi 350 kapal perang. Seorang pejabat Gedung Putih juga mengindikasikan akan menambah armada tempur udara menjadi setidaknya 1200 pesawat tempur.
Selama masa kampanye Trump berulangkali berjanji akan memperkuat militer AS. "Saya akan membuat militer kita menjadi sedemikian kuat, sehingga tidak seorangpun berani macam-macam terhadap kita," ujarnya dalam sebuah video kampanye.
Ketika Tentara AS Terlalu Gendut Untuk Berperang
Militer Amerika Serikat sedang dirundung masalah kegemukan. Tidak cuma kekurangan calon tentara, setiap tahun Pentagon juga harus memecat ribuan serdadu berbadan gemuk yang tidak lagi mampu mengemban tugas di lapangan.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Singer
Lemak Menghambat
Sejak lama Amerika Serikat dibekap masalah tingginya angka penduduk yang menderita penyakit kegemukan. Diperkirakan sepertiga penduduk AS, sekitar 78,6 juta, tercatat mengalami obesitas. Kini masalah itu turut menghinggapi militer AS yang kini serius memerangi kegemukan di antara pasukannya.
Foto: Colourbox
Obesitas Berlipatganda
Antara 1998 hingga 2010 jumlah personil aktif militer AS yang menderita kegemukan bertambah tiga kali lipat. Diperkirakan sekitar 5,6% jumlah serdadu pernah didiagnosa mengalami obesitas. Jumlahnya mencapai 86.000 tentara.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Singer
Dipecat Karena Tidak Bugar
Setiap tahun Pentagon terpaksa memecat ribuan serdadu karena dinilai kegemukan dan tidak cukup bugar untuk mengemban tugas di lapangan. Tahun 2012 silam jumlahnya hampir mencapai 2000 orang. Rekor pemecatan akibat obesitas di militer AS terjadi tahun 1991 dengan angka 3000 orang.
Foto: Shah Marai/AFP/GettyImages
Petaka di Usia Muda
Militer tidak cuma kewalahan memerangi obesitas di antara serdadu, tetapi juga kesulitan mencari calon tentara yang cakap. Permasalahan terbesar terletak pada tingginya tingkat obesitas di kalangan remaja AS. Data tahun 2012 menyebut sekitar 21% remaja AS di rentang usia 12 hingga 19 tahun mengalami kegemukan. Tren serupa bisa disimak pada kelompok usia 6-12 tahun.
Masa Depan Terancam
Dalam sebuah laporan yang dilansir mingguan Economist, militer AS gagal memenuhi target perekrutan serdadu muda untuk ketiga matra, yakni darat, laut dan udara. Pada tahun fiskal yang telah lewat, Pentagon berniat merekrut 177.000 tentara baru yang berasal dari penduduk di rentang usia 17 hingga 21 tahun yang jumlahnya mencapai 21 juta orang. Jumlah yang berhasil direkrut tidak sampai setengahnya
Foto: Reuters/M. J. Martinez
Gagal Sejak Awal
Data teranyar menyebut dari 195.000 penduduk yang mendaftar untuk karir di militer, cuma 75.000 yang dinilai memenuhi kualifikasi. Sebagian gagal karena masalah catatan kriminal atau memiliki tato di tubuhnya, tapi sekitar 10% gagal masuk karena menderita kegemukan. Jumlahnya diyakini akan terus bertambah.
Foto: Reuters
Menyusut Karena Gemuk
Akibat masalah obesitas, jumlah serdadu AS diperkirakan akan berkurang drastis dari 570.000 personil menjadi 490.000 tahun 2017. Tren ini diyakini akan terus berlanjut selama masalah obesitas masih mendekap kaum remaja Amerika.