NASA melaporkan, belasan asteroid melintasi Bumi di bulan Juni 2020 ini. Beberapa diantaranya termasuk kategori lintasan dekat yang berpotensi bahaya. Lembaga antariksa AS itu sudah kembangkan program penangkalnya
Iklan
Sedikitnya 6 asteroid berukuran sebesar rumah hingga sebesar pesawat terbang melintasi Bumi pada akhir pekan (6/6) lalu pada jarak antara 1,4 hingga 5 juta kilometer. Pekan ini dan depan, mulai tanggal 10 Juni hingga 17 Juni mendatang, sedikitnya 10 asteroid juga akan melintasi Bumi pada jarak jutaan kilometer.
Tanggal 11 Juni ini, dua asteroid berdiameter sekitar 30 meter dan 40 meter, atau seukuran rumah akan melintasi Bumi pada jarak sekitar 4 juta dan 5 juta kilometer dari planet kita. Sementara tanggal 13 Juni, dua asteroid berdiameter sekitar 80 meter, atau sebesar pesawat terbang akan melintasi Bumi pada jarak 6 juta dan 7,5 juta kilometer.
Sebagai perbandingan jarak, Bulan berjarak sekitar 385.000 kilometer. Artinya asteroid berdiameter sekitar 570 meter yang melintas Bumi sejarak 5 juta kilomter pada tanggal 6 Juni, punya jarak 13 kali dari Bumi ke Bulan.
Bahaya tumbukan dengan asteroid
NASA melaporkan, asteroid yang melintas dekat bumi sangat banyak. Paling tidak sekali dalam setahun, sebuah asteroid berukuran sebesar mobil masuk ke atmosfir bumi dan biasanya habis terbakar sebelum mencapai permukaan.
Asteroid Ancam Bumi
Asteroid yakni batuan dari luar angkasa terus mengancam Bumi. Jatuhnya asteroid besar bisa berakibat fatal, seperti pada peristiwa musnahnya Dinosaurus 65 juta tahun lalu.
Foto: picture alliance / dpa
Impak Jatuhnya Meteorit Raksasa
Asteroid yang jatuh ke Bumi disebut Meteorit. Sebuah meteorit raksasa yang jatuh 65 juta tahun lalu di semenanjung Yucatan, menimbulkan kawah Chicxulub yang berdiameter 300 km. Para ilmuwan memperkirakan tumbukan metorit ini memicu musnahnya dinosaurus.
Foto: picture alliance/dpa
Kawah Meteorit
Debu komet yang jatuh ke Bumi biasanya habis terbakar di atmosfir. Tapi pecahan yang lebih besar dari luar angkasa bisa tersisa dan jatuh ke permukaan Bumi. Inilah meteorit. Kebanyakan ukurannya kecil dan tidak berbahaya. Jika cukup besar, bisa menimbulkan kerusakan hebat, seperti misalnya kawah meteorit Barringer di Arizona, AS dengan diameter 1000 meter
Foto: cc-by/LarryBloom
Riset Asteroid
NASA melakukan penelitian langsung asteroid besar Vesta di lintasannya dengan mengirim wahana peneliti ruang angkasa DAWN. Dengan terbang mendekati Vesta yang mengorbit Matahari di kawasan sabuk asteroid antara Mars dan Yupiter, diperoleh informasi lebih rinci struktur benda langit itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Wahana Menabrak Asteroid
Badan Ruang Angkasa Eropa (ESA) meneliti impak tabrakan satelit dengan asteroid Misi yang diberi nama Don Quijote melakukan skenario: wahana penumbuk Hidalgo dijatuhkan ke Asteroid. Sementara orbiter Sancho mengamati dari jarak aman, dan merekam semua informasi tabrakan itu.
Foto: ESA - AOES Medialab
Benda Langit Misterius
Teleskop ruang angkasa Hubble milik NASA mengamati sebuah benda langit misterius. Obyeknya memiliki struktur rumit, dan diduga objek ini bukan sebuah komet melainkan produk akhir dari tabrakan frontal dua buah asteroid yang berkecepatan sekitar 7 kilometer/detik.
Foto: AP
Komet dan Bintang Berekor
Komet terdiri dari awan gas dan ekor panjang yang terdiri dari gas, batuan serta partikel debu. Jika ekor yang terdiri dari partikel dan batuan memasuki atmosfir Bumi, gesekan memanaskannya hingga 3000 derajat Celsius. Inilah yang disebut sebagai bintang berekor.
Foto: picture alliance / dpa
6 foto1 | 6
Peristiwa hantaman asteroid ke bumi misalnya terjadi di Rusia tanggal 15 Februari 2013. Ketika itu sebuah asteroid berukuran sekitar 20 meter masuk atmosfer bumi dengan kecepatan sekitar 65.000 km/jam dan meledak di ketinggian 30 km di atas kota di Chelyabinsk di kawasan Ural.
Gelombang kejut dibarengi awan panas dan pecahan material menyebar hingga ketinggian 26 km, dan masih berdampak di Chelyabinsk. Akibat ledakan asteroid, kaca jendela sejumlah bangunan pecah berantakan, puluhan orang cedera. Sebagian besar energi kinetik akibat tumbukan benda langit kecil itu diserap oleh atmosfir. Pengkuran menunjukkan, kekuatan ledakannya setara dengan 30 kali kekuatan ledakan bom atom Hiroshima.
Tabrakan asteroid dengan Bumi yang paling dahsyat terjadi sekitar 66 juta tahun silam yang memusnahkan dinosaurus dan banyak spesies lainnya. Diameter asteroidnya sekitar 80 km dan menghantam Bumi dengan kecepatan 20 km per detik. Impak tumbukan menciptakan kawah berdiameter 150 km dengan kedalaman 20 km.
Program NASA lindungi Bumi dari asteroid
Menimbang ancaman nyata dari asteroid atau meteorit terhadp bumi, badan antariksa Amerika Serikat NASA mengagas program perlindungan bumi dari tabrakan dengan benda langit semacam itu. Program yang diberi nama Double Asteroid Redirection Test (DART) berfungsi dengan teknik yang disebut “kinetic impactor.“
Dengan teknik ini, gerakan asteroid di luar angkasa dialihkan dan diubah trayektorinya. Wahana ruang angkasa DART akan ditabrakkan ke asteroid dengan kecepatan 6,6 kilometer per detik, untuk menciptakan impak kinetik. Dengan itu periode orbital dan kecepatan asteroid akan berubah.
DART akan diluncurkan bulan Juli 2021 menggunakan roket SpaceX dari Vandenberg Air Force Base, California. Setelah berpisah dari wahana peluncur, DART akan mengorbit setahun lebih untuk mencegat asteroid Didymos pada September 2022.
Tabrakan akan dilakukan di ketinggian 11 juta kilometer dari Bumi. Para pakar di bumi akan melakukan observasi untuk mengukur perubahan akibat momentum impak pada asteroid bersangkutan.
as/pkp (dari berbagai sumber)
Membelokkan Asteroid, Menyelamatkan Bumi
Jumlah benda langit yang melintas dekat Bumi tidak terhitung. Dalam tujuh tahun Badan Antariksa ESA dan NASA ingin mengembangkan teknologi yang mampu mengubah arah terbang asteroid dan menyelamatkan Bumi dari kehancuran
Foto: ESA–Science Office
Asteroid Kembar
Tahun 2020 ESA akan mengirimkan wahana nirawak buat mengorbit asteorid Didymos. Benda langit berstruktur batuan itu memiliki diameter selebar 800 meter. Uniknya Didymos ditemani oleh sebuah bulan yang oleh ilmuwan dinamakan Didymoon.
Foto: ESA–Science Office
Pendaratan di Asteroid
Wahana Asteroid Impact Mission (AIM) direncanakan masuk ke orbit Didymos dan menurunkan robot pendarat - layaknya Rosetta dan Philae 2014 silam. Berbeda dengan misi Rosetta, wahana AIM akan mengirimkan data ke Bumi lewat laser. Ia juga membawa dua satelit mini yang akan mengorbit bulan Didymoon.
Foto: ESA–Science Office
Rendezvous dengan Didymoon
Pada 2022 atau dua tahun kemudian, asteroid kembar ini akan terbang melintasi Bumi dalam jarak sebelas juta kilometer. Jarak tersebut tergolong dekat. Pada saat itu pesawat antariksa NASA akan menyambangi bulan Didymoon
Foto: ESA–Science Office
Membentur Bulan
NASA berencana mengirimkan wahana yang menghantam Didymoon layaknya komet. Dengan cara itu lintasan Didymoon dan Didymos akan sedikit bergeser. Wahana AIM dan wahana pendaratnya akan menganalisa dampak benturan tersebut. Misi ini bertujuan mencari tahu apakah teknologi yang ada sanggup mengubah arah terbang asteroid yang mengancam Bumi.
Foto: ESA–Science Office
Batu Raksasa
Tidak terhitung jumlah asteorid yang saat ini malang melintang di sistem tata surya. Kebanyakan memiliki diameter selebar beberapa kilometer. Ilmuwan memantau dengan seksama, kendati tidak menemukan benda langit yang berpotensi akan menghantam Bumi dalam waktu beberapa ratus tahun ke depan
Foto: picture-alliance/ dpa
Serangan dari Langit
Meteor adalah asteroid atau benda langit lain yang menghantam Bumi dengan kecepatan tinggi dan menyebabkan kebinasaan. Pakar geologi mencatat, Bumi telah berulangkali mendapat serangan dari langit yang kemudian mengubah wajah planet.
Foto: cc-by/LarryBloom
Nyaris Binasa
Februari 2013 lalu sebuah asteroid seberat 130.000 ton bernama 2012 DA14 terbang terlalu dekat dengan Bumi. Benda langit itu melintas dalam jarak 27.000 kilometer, yang jauh lebih dekat daripada orbit sebagian satelit.
Foto: NASA/Science dpa
Peringatan Dini
Badan Antariksa Eropa, ESA, membangun sistem peringatan dini untuk serangan meteor di kota Frascati, Italia. Data dari berbagai teleskop di Bumi dialihkan ke Frascati untuk dianalisa. Dengan cara ini ilmuwan bisa membuat perkiraan, kapan sebuah asteroid akan terbang melintasi Bumi.