NASA: Juli 2023 akan Jadi Bulan Terpanas Sepanjang Sejarah
21 Juli 2023
Suhu ekstrem di seluruh benua tidak lagi mengherankan, kata ilmuwan NASA. Mereka mencatat ada "peluang 50-50" tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah dan tahun depan mungkin akan lebih hangat lagi.
Iklan
Juli 2023 kemungkinan akan menjadi bulan terpanas yang pernah tercatat dalam "ratusan, bahkan ribuan tahun," kata para ilmuwan top NASA kepada wartawan. Mereka juga memperingatkan bahwa suhu udara akan semakin memburuk.
"Kita melihat perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia. Gelombang panas yang kita lihat di Amerika Serikat (AS), Eropa, Cina, serta menghancurkan rekor kiri, kanan, dan tengah. Itu bukan hal yang begitu mengejutkan," kata Gavin Schmidt, Direktur Institut Goddard untuk Studi Luar Angkasa NASA.
Sebelumnya, bulan Juni 2023 sudah dinobatkan menjadi bulan Juni terpanas yang pernah tercatat. Kini, ada kemungkinan kalau bulan Juli juga akan menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah.
"Kita tahu dari ilmu pengetahuan bahwa aktivitas manusia, terutama emisi gas rumah kaca, secara nyata telah menyebabkan pemanasan yang kita lihat di planet kita," kata Kate Calvin, kepala ilmuwan dan penasihat iklim NASA.
Baru permulaan
Para ilmuwan NASA mengklarifikasi bahwa data yang dikumpulkan dan dianalisis oleh lembaga tersebut telah menunjukkan bahwa, "telah terjadi peningkatan suhu dari dekade ke dekade, dalam empat dekade terakhir," jelas Schmidt.
Badan antariksa AS itu terakhir kali melihat lonjakan suhu pada bulan Juli dan Agustus 2016, setelah peristiwa cuaca ekstrem El Nino super pada musim dingin tahun 2015-2016. Saat ini, peristiwa serupa tengah kembali berlangsung.
"Saat ini belum sampai ke peristiwa El Nino itu," kata Schmidt. Namun, dia menambahkan bahwa peristiwa itu "baru saja muncul."
Fakta Tentang Laut, Sumber Kehidupan Bumi
Laut menutupi sebagian besar permukaan Bumi dan juga berperan dalam mengatur iklim di Bumi. Kondisi Bumi dan laut terus berubah karena perubahan iklim. Masih banyak yang harus diteliti tentang tempat tinggal kita ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Planet biru tempat kita tinggal: Bumi
Bumi disebut juga sebagai planet biru tentu karena warnanya. Lautan menutupi hingga 71% dari permukaan Bumi dan 90% dari biosfer. Ini menjadi bagian integral dari kehidupan dan penyediaan kebutuhan oksigen hingga 80%. Menjadikan laut bagian vital dari siklus karbon. Asal-usul laut belum dapat dipastikan, tapi lautan menjadi katalisator pembentukan kehidupan 4.4 miliar tahun yang lalu.
Foto: NASA
Rahasia di balik dalamnya laut yang belum tersentuh
Sekitar 80% dari dunia bawah laut belum pernah dieksplorasi atau dijamah oleh manusia. Para ilmuwan dan peneliti selalu mencoba untuk menguak misteri apa yang ada di bawah laut sana yang bisa membantu kita untuk memahami perubahan lingkungan dan membantu upaya mengelola sumber daya laut yang vital untuk perubahan iklim.
Foto: Colourbox/S. Dmytro
Laut berperan mengatur iklim di planet kita
Dengan menyerap radiasi matahari, mendistribusikan panas dan menggerakkan pola cuaca, laut memiliki peran vital dalam mengatur iklim di Bumi. Namun, kemampuan Bumi untuk melakukan hal natural seperti menyimpan kandungan karbon yang ada di udara dan memproduksi oksigen mulai terganggu karena perubahan iklim.
Foto: Getty Images/AFP/C. Triballeau
Laut juga 'padat' penduduk
Laut adalah rumah bagi sekurangnya 230.000 jenis spesies yang sampai sekarang diketahui. Terumbu karang menjadi tempat berlindung yang aman bagi invertebrata seperti kepiting, bintang, moluska dan ikan-ikan yang beragam. Sedangkan hewan besar seperti hiu, paus, dan lumba-lumba hidup di perairan terbuka.
Foto: Getty Images/D. Miralle
Hewan temuan bawah laut yang aneh
Para peneliti mengakui bahwa manusia mungkin baru menemukan sekitar 2/3 dari isi laut sesungguhya. Setiap tahunnya, ilmuwan selalu menemukan spesies baru seperti Squidworm atau Teuthidodrilus samae (foto) yang ditemukan di perairan laut Celebes di tahun 2007. Banyak hal lain yang menunggu untuk ditemukan di bawah sana.
Foto: Laurence Madin, WHOI
Tanda peringatan perubahan iklim
Laut dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Salah satu contoh utama adalah maraknya terumbu karang yang mulai "memutih" di seluruh dunia. Naiknya suhu dan polusi adalah situasi yang tidak optimal untuk kehidupan terumbu karang. Situasi ini menghambat terumbu karang untuk bertumbuh dan tidak semua terumbu karang dapat pulih setelah berubah menjadi "putih".
Foto: XL Catlin Seaview Survey
Tidak ada tempat berlindung lain untuk hewan laut
Penelitian terbaru menyatakan populasi ikan, moluska, dan kepiting turun dua kali lebih cepat dari populasi hewan daratan. Suhu ekstrem menjadi alasan utama, binatang yang hidup di laut tidak memiliki tempat untuk kabur dari naiknya suhu. Sayangnya, biota bawah laut tidak dapat berevolusi dengan cukup cepat untuk beradaptasi dengan situasi ini.
Es dan salju di Kriosfer mulai menghilang di tempat yang seharusnya ditutupinya. Naiknya suhu udara melelehkan glasier dan es. Kejadian ini berdampak pada naiknya permukaan laut dan juga naiknya tingkat keasaman laut dari metana yang dilepaskan dari permafrost dasar laut di Samudra Arktik.
Foto: AP
Kehilangan mata pencaharian
Manusia tidak dapat dipisahkan dari laut. Banyak kelompok sejak ribuan tahun yang lalu bermukim di pesisir pantai karena kelangsungan hidupnya bergantung kepada laut, seperti nelayan. Hari ini, keberlangsungan hidup banyak orang yang hidup di pesisir mulai terancam karena naiknya permukaan laut sedikit demi sedikit.
Foto: picture-alliance / Bildagentur H
Hilangnya biota laut
Hanya 13% dari laut di dunia bebas dari aktivitas manusia seperti menangkap ikan. Daerah pesisir yang sudah tersapu bersih mendorong para pencari ikan untuk berlayar lebih jauh. Kemajuan teknologi juga membantu menangkap ikan dengan jauh lebih mudah dan dalam jumlah yang lebih besar. Ini menjadi PR generasi mendatang untuk melindungi biota laut yang tersisa. (Ed.: pn/na)
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Gelombang panas yang terjadi saat ini telah disebabkan oleh pemanasan secara menyeluruh di seluruh belahan dunia, terutama di permukaan laut.
"Kami melihat suhu permukaan laut kini telah memecahkan rekor, bahkan di luar wilayah tropis, selama berbulan-bulan. Dan kami mengantisipasi, bahwa hal itu akan terus berlanjut dan alasannya adalah karena kita terus melepas gas rumah kaca ke atmosfer," ungkap Schmidt.
Ilmuwan terkemuka NASA itu mengatakan bahwa ada "peluang 50-50" kalau tahun 2023 ini akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, hanya untuk dikalahkan oleh tahun 2024 mendatang yang akan menjadi tahun lebih hangat lagi, dikarenakan peristiwa El Nino yang akan terus meningkat.
Para ilmuwan lainnya bahkan telah memperkirakan bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah.