Hakim Pengadilan London Tolak Ekstradisi Julian Assange
4 Januari 2021
Hakim di Pengadilan London hari Senin (4/1) menolak permintaan AS untuk mengekstradisi pendiri WikiLeaks Julian Assange untuk diadili atas tuduhan spionase. Hakim menyebutkan alasan kesehatan.
Iklan
Hakim pengadilan distrik di London Vanessa Baraitser dalam putusannya menolak ekstradisi Julian Assange ke AS, namun pada saat yang sama memmbantah tuduhan bahwa tuntutan AS diajukan karena alasan politik.
Vanessa Baraitser mengatakan, kesehatan mental Julian Assange berada dalam kondisi "genting" sehingga jika dia di AS ditahan dalam situasi "hampir total isolasi" ada kemungkinan terdakwa akan melakukan bunuh diri.
"Saya menemukan bahwa kondisi mental Tuan Assange sedemikian rupa sehingga menolak untuk mengekstradisi dia ke Amerika Serikat Amerika, katanya dan menambahkan, Julian Assange adalah "pria yang depresi dan terkadang putus asa'.
Pemerintah AS mengatakan akan mengajukan banding atas keputusan tersebut. Sedangkan pengacara Julian Assange berencana untuk meminta pembebasannya dari penjara London, di mana dia telah ditahan selama lebih dari satu setengah tahun.
Sidang pengadilan di Old Bailey di pusat kota London akan dmulai pukul 10 pagi waktu setempat, atau pukul 17.00 WIB. Hakim Distrik Vanessa Baraitser dalam persidangan yang tertutup untuk umum akan memutuskan nasib Julian Assange dalam kasus spionase yang dituduhkan Amerika Serikat.
Julian Assange(49) menghadapi 18 dakwaan di AS terkait dengan publikasi lebih dari 500 ribu dokumen rahasia tahun 2010, yang merinci berbagai aspek operasi militer AS di Afganistan dan Irak.
Pengadilan ekstradisi pendiri Wikileaks berkebangsaan Australia itu merupakan babak baru dari kontroversi dan debat hukum selama lebih sepuluh tahun tentang kebebasan pers dan kebebasan informasi. Jika terbukti bersalah di Amerika Serikat, Julian Assange bisa menghadapi tuntutan penjara hingga 175 tahun.
Kondisi Julian Assange memprihatinkan
Berbagai organisasi hak asasi dan kemanusiaan telah menyatakan keprihatinan terhadap kasus ini dan perlakuan terhadap Julian Assange dalam tahanan. Dia dilaporkan menderita gangguan pernafasan yang membuatnya lebih rentan terhadap COVID-19, yang telah menginfeksi beberapa narapidana di penjara di London tenggara tempat dia ditahan.
Iklan
Saksi pembela yang dipanggil selama persidangan mengatakan bahwa riwayat depresi Julian Assange juga menunjukkan kemungkinan bahwa dia akan berisiko melakukan bunuh diri jika dikirim ke AS dan dikurung di penjara dengan keamanan maksimum.
Kristinn Hrafnsson, pemimpin redaksi WikiLeaks, mengatakan kepada kantor berita AFP hari Minggu (03/01) bahwa dia "hampir yakin" pengadilan akan memutuskan ekstradisi Julian Assange.
"Kami telah melihat bias seperti itu dalam persidangan, ada begitu banyak ketidakberesan dalam dalam proses persidangan terhadap Julian.., saya hampir yakin bahwa keputusan besok adalah dia harus diekstradisi," katanya.
Proses pengadilan masih bisa berlangsung bertahun-tahun
Pelapor Khusus PBB tentang penyiksaan, Nils Melzer, telah mendesak Presiden AS Donald Trump untuk mengampuni Assange, dengan mengatakan bahwa dia bukan "musuh rakyat Amerika".
"Dengan mengampuni Assange, Bapak Presiden, Anda akan mengirimkan pesan yang jelas tentang keadilan, kebenaran dan kemanusiaan kepada rakyat Amerika dan dunia," tulisnya pada bulan Desember.
Apapun putusan pengadilan, baik jaksa penuntut maupun pihak tergugat masih memiliki opsi untuk mengajukan banding di dua pengadilan yang lebih tinggi di Inggris. Setelah itu, kasus ini masih bisa dibawa ke Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa. Jadi proses ini kemungkinan masih bisa berjalan bertahun-tahun, sebelum Julian Assange bisa diekstradisi dari Inggris ke AS.
Whistleblower: Diburu dan Dipuja
Dinas rahasia, pemerintah, perusahaan, semuanya takut kalau rahasia mereka terungkap. Para pembocor rahasia seperti Edward Snowden diburu, ada juga yang dibunuh.
Foto: Getty Images
Pahlawan atau pengkhianat
Bagi banyak orang, Edward Snowden adalah pahlawan. Untuk pemerintah AS, dia pengkhianat karena mengungkap praktek penyadapan internet yang dilakukan Dinas Rahasia NSA. Amerika Serikat sekarang mengejar Snowden dan berusaha menangkapnya. Whistleblower biasanya tidak akan dimaafkan.
Foto: Getty Images
Bradley Manning
Tentara Amerika Serikat Bradley Manning ditangkap Mei 2010. Dia dituduh membocorkan video rahasia militer AS dan kawat diplomatik Kementerian Luar Negeri AS kepada Wikileaks. Terutama publikasi kawat diplomatik sangat mempermalukan Amerika Serikat di mata dunia. Bradley diancam dengan hukuman penjara seumur hidup.
Foto: picture-alliance/dpa
Mark Felt, Whistleblower Kasus Watergate
Selama berbulan-bulan, Wakil Ketua FBI Mark Felt tahun 1974 berkomunikasi secara anonim dengan dua reporter Washington Post. Ia mengungkapkan secara rinci bagaimana tim kampanye Presiden Richard Nixon memata-matai kubu oposisi Demokrat. Karena skandal itu, Nixon terpaksa mengundurkan diri. Identitas Mark Felt baru terungkap lebih 30 tahun kemudian.
Foto: AP
Dilindungi Para Reporter
Terungkapnya skandal Watergate adalah kerja keras reporter Washington Post Bob Woodward dan Carl Bernstein. Jasa terbesar mereka adalah merahasiakan identitas narasumber utama Mark Felt. Mereka mengkonfirmasi informasi Mark Felt dengan sumber-sumber lain. Felt terhindar dari pengejaran FBI. Baru tahun 2005 identitasnya terungkap. Ia meninggal tahun 2008.
Foto: AP
Kerangkeng Kosong di Rusia
Pengacara tertuduh pembocor rahasia Sergei Leonidovich Magnitzky duduk di depan kerangkeng kosong di pengadilan Maret 2013. Tertuduh ditemukan tewas di penjara Moskow. Tidak jelas bagaimana ia meninggal. Ia membocorkan berbagai kasus korupsi di perusahaan negara kepada media. Ia diadili atas tuduhan penggelapan pajak.
Foto: Reuters
Julian Assange dan Rudolf Elmer
Bekas manajer bank Rudolf Elmer dari Swiss tahun 2011 menyerahkan data-data bank kepada pendiri Wikileaks Julian Assange. Data-data itu memuat nama-nama para penggelap pajak. Aparat keamanan Swiss mengusut Elmer atas tuduhan membocorkan rahasia perbankan. Julian Assange menghadapi tuduhan melakukan perkosaan di Swedia.
Foto: AFP/Getty Images
Paul van Buitenen
Pegawai Uni Eropa Paul van Buitenen 1996 melaporkan kejanggalan finansial atasannya. Tetapi para direktur tidak menanggapi laporannya. Akhirnya van Buitenen menghubungi anggota Parlemen Eropa. Skandal itu terungkap. 17 Komisaris Uni Eropa harus mengundurkan diri. Van Buitenen diminta keluar dari Komisi Eropa. Sejak tahun 2000, di Eropa diberlakukan undang-undang perlindungan Whistleblower.
Foto: Getty Images
Kasus Karen Silkwood
Karen Silkwood bekerja di instalasi pengolahan uranium di Oklahoma, Amerika Serikat. Dia mengamati penyelewengan dalam pengamanan instalasi nuklir yang bisa membahayakan. Dia lalu mengumpulkan informasi untuk diberikan kepada media. Dalam perjalanan menuju tempat pertemuan, ia mengalami kecelakaan misterius dan meninggal.
Foto: picture-alliance/UPI
Kasus Mordechai Vanunu
Dalam sebuah artikel di Sunday Times yang terbit di London, Mordechai Vanunu 1986 mengungkapkan program nuklir Israel. Artikel itu belum terbit, ketika Vanunu diculik oleh dinas rahasia Israel, Mossad. Ia dihukum 16 tahun penjara di Israel karena pengkhianatan. Ia dibebaskan tahun 1984, tapi tidak boleh meninggalkan Israel.
Foto: AFP/Getty Images
Melawan Industri Rokok
Jeffrey Wigand dalam sebuah acara kampanye anti rokok dengan walikota New York Michael Bloomberg. 1993, ia dipecat dari perusahaan rokok British American Tobacco. Karena dendam, ia membocorkan rahasia perusahaan di televisi dan menyatakan, ada zat yang sengaja dicampurkan dalam tembakau rokok untuk membuat orang makin kecanduan.