1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikUkraina

Mau Diapakan Rongsokan Tank Rusia di Ukraina?

Igor Burdyga
16 November 2022

Ribuan peralatan perang Rusia di Ukraina jadi rongsokan. Sebagian dipotong jadi besi rongsokan, sebagian lagi dijadikan benda seni. Tapi apakah ada pembuangan sampah perang tersistem di negara itu?

Tank T-80 Rusia yang hancur dan terbakar teronggok di pinggir jalan
Tank T-80 Rusia yang hancur dan terbakar teronggok di pinggir jalan di UkrainaFoto: Igor Burdyga/DW

Sedikitnya ada 7.600 objek militer Rusia ditinggalkan di Ukraina sejak Moskow melancarkan perang ke negara tetangganya itu. Para pakar dari proyek “Oryx“ dari Belanda, menganalisis foto dan video dari kawasan pertempuran, mengidentifikasi sedikitnya 2.750 tank, 5.580 kendaraan lapis baja, 4.170 mobil, 1.770 sistem artileri dan ratusan sistem penangkis serangan udara, helikopter dan pesawat terbang.

Hampir 4.700 objek militer rusak parah atau hancur dan dibiarkan begitu saja di jalanan atau lokasi terbuka. Kemenetrian pertahanan di Kyiv kini membentuk pasukan khusus, yang dijuluki “Kanibal“, untuk mengecek apakah masih ada sukucadang yang bisa dimanfaatkan ulang, untuk mereparasi alat perang Ukraina.

Besi tua untuk diperdagangkan atau industri?

Sejak serangan balasan militer Ukraina awal tahun sukses memukul mundur tentara Rusia dari Kyiv, sejumlah pedagang besi tua sudah mengincar rongsokan tank, panser dan artileri Rusia itu. Taksiran majalah Forbes menyebutkan, nilai besi tua yang ditinggalkan Rusia di Ukraina mencapai sedikitnya 45 juta dolar.

Tapi pedagang besi tua Ukraina menaksir nilainya jauh lebih rendah dibanding Forbes. Masalahnya adalah komposisi khusus metal yang digunakan untuk tank dan panser, yang sulit didaur ulang di pabrik peleburan logam.

“Lapis baja pelindung tank dan panser dibuat dari baja khusus dengan sifat istimewa, misalnya titik lebur yang sangat tinggi tapi sulit dibentuk. Rongsokan alat perang ini tidak bisa diolah di pabrik logam besar“ kata Valentyn Makarenko, direktur perusahaan "Interpipe Vtormet".

Perhimpunan logam sekunder "UAVtormet" juga menyebutkan, saat ini pasar untuk besi tua sedang mengalami stagnasi. Ekspor sejak beberapa tahun terakhir dihambat oleh bea dan pajak tinggi. Juga permintaan di dalam negeri Ukraina sejak pecah perang turun drastis, gara-gara penutupan banyak pabrik baja dan pabrik pengolah logam.

“Produksi baja Ukraina dalam 9 bulan pertama tahun ini turun 66%, sementara permintaan besi tua dan besi rongsokan turun sekitar 73,5 % pada kisaran hanya 830.000 ton“, kata laporan perhimpunan produsen logam Ukraina. Sementara pabrik logam terbesar, ArcelorMittal di Krywyj Rih kepada DW mengatakan, memiliki cadangan besi tua cukup besar untuk produksinya. “Kami punya persediaan 80.000 ton lebih. Juga logam dari peralatan militer tidak cocok untuk produksi kami“, kata Volodymyr Haydash, direktur komunikasi perusahaan itu.

Dijadikan monumen

Di kota Krywyj Rih tank dan peralatan tempur Rusia yang hancur, kini dipajang sebagai monumen di tengah kota. “Ini jadi pameran tetap, untuk mengenang sukses serangan terbaru kami di kawasan Kherson, dan juga harapan kemenangan berikutnya“, kata wakil walikota Serhiy Milyutin kepada DW.

Pemerintah di Kyiy sejak bulan April lalu sudah memberikan dorongan semangat, untuk membuat monumen peragaan semacam itu di berbagai kota di Ukraina. Selain itu juga membat pameran serupa di luar negeri.

Di kota Odessa, para seniman sejak September lalu ikut serta membuka pameran tank dan panzer Rusia yang berhasil dihancurkan. Seniman Ihor Matroskin mewarnai dan merekayasanya. Ia mengatakan, karya seni sebagai pengingat kepada warga, betapa dekatnya front pertempuran.

Apakah Ukraina mampu tuntaskan masalahnya?

Terlepas dari aksi pameran seni atau monumen perang, pada akhirnya besi tua dan besi rongsokan sisa perang harus diolah atau dimusnahkan agar tidak mencemari lingkungan. Direktur "Interpipe Vtormet", Makarenko menyebutkan, pemerintah Ukraina tidak punya pengalaman dalam bidang ini.

Rongsokan peralatan militer Ukraina, selama beberapa tahun terakhir, jauh sebelum pecah perang, juga hanya ditumpuk dan dikumpulkan di pabrik atau gudang penimbunan. Baru sekarang kementerian pertahanan membahas rencana bagaimana mengolah dan mengatasi masalah sampah alat perang ini.

“Masalahnya, negara tidak punya anggaran untuk mengolah atau memusnahkan sampah berupa tank, panser dan artileri yang hancur dan terbakar“, kata Makarenko. Untuk itu, perlu bantuan internasional. “Khususnya dari perusahaan daur ulang besi tua di Eropa yang memiliki pengalaman dan teknologi untuk itu“, pungkas direktur "Interpipe Vtormet" itu.

(as/gtp)