Konflik di wilayah Timur Tengah membawa dampak bagi para pekerja mingran Indonesia yang bekerja di sana. Simak opini Wahyu Susilo berikut ini.
Iklan
Wilayah Timur Tengah merupakan kawasan yang hingga saat ini tak pernah usai dalam bersengketa bahkan terus menerus didera konflik bersenjata.
Selain konflik menyejarah Palestina – Israel dan Sunni – Syiah (atau sejatinya rivalitas Saudi Arabia dan Iran dalam berebut pengaruh politik kawasan), dalam dekade terakhir ini Arab Springs juga cukup punya pengaruh yang signifikan dalam peruncingan konflik di kawasan ini.
Kelit-kelindannya berbagai faktor yang ada di Timur Tengah memperumit konstelasi yang kadang-kadang tak terduga terutama mereka yang hanya melihat konflik ini secara hitam-putih. Selain itu agenda demokratisasi di kawasan ini sering luput dari perhatian.
Faktor lain yang juga membuat kawasan ini terperosok dalam krisis yang berkepanjangan adalah dampak tak diinginkan dari proyek War Against Terrorism pasca serangan 11 September 2001. Proyek ini tidak hanya gagal mencegah terorisme tetapi malah menyemai terorisme baik yang berbasis di wilayah-wilayah konflik juga menyebar dalam gerakan transnasionalisme agama.
Setiap kali mengemuka konflik terbuka di kawasan Timur Tengah, selalu ada desakan agar Indonesia berada di garis depan menjadi pendamai. Argumentasi konstitusionalnya karena prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Legitimasi lain yang dijadikan landasan karena Indonesia merupakan negara demokrasi dengan jumlah muslim terbesar di dunia.
Sejatinya, dari penelusuran sejarah, sikap pro aktif Indonesia menyikapi krisis di Timur Tengah adalah legacy (warisan) Soekarno yang pro aktif dalam proyek dekolonisasi Palestina, tak ada tendensi sentiment keagamaan. Dalam pidatonya menolak kepesertaan Israel dalam Asian Games 1962, Presiden Soekarno menegaskan "selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan pada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel”. Posisi ini adalah narasi besar posisi Indonesia dalam krisis yang terjadi di Timur Tengah. Narasi besar ini biasanya terpresentasi oleh Presiden RI dan Menteri Luar Negeri.
Qatar: Musuh Di Jantung Teluk?
Perpecahan antara Qatar dan negara Teluk memuncak pada isu Iran. Tapi perselisihan telah lahir sejak beberapa dekade sebelumnya, menyusul sikap Mesir dan Arab Saudi yang ingin mendominasi haluan politik di Timur Tengah.
Foto: Getty Images/J. Ernst
Berawal dari Pidato Sang Emir
Perselisihan Qatar dengan negara-negara Teluk telah berlangsung sejak dua dekade silam. Namun pidato Emir Tamim bin Hamad al-Thani pada Mei 2017 yang secara terang-terangan menyatakan dukungan terhadap Iran, Hamas dan Ikhwanul Muslimin menutup pintu rekonsiliasi antara lima negara minyak di Teluk Persia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/O. Faisal
Kebohongan Lewat Media
Seakan belum cukup, kantor berita pemerintah Qatar, QNA, lalu menerbitkan berita yang menyebut Doha menarik duta besar dari Arab Saudi, Bahrain, Mesir dan Uni Emirat Arab setelah menemukan adanya "konspirasi" melawan Qatar. Meski dibantah pemerintah di Doha, laporan tersebut kadung memicu ketegangan politik di Teluk.
Foto: Getty Images/J. Ernst
Eskalasi di Arab Saudi
Terutama kritik Tamin al-Thani terhadap sentimen anti Iran di Timur Tengah dianggap lancang. Setelah kunjungan Donald Trump ke Riyadh, Arab Saudi berusaha menekan negara-negara Timur Tengah yang masih menjalin hubungan baik dengan Iran. Trump sempat bertemu dengan Hamad al Thani di sela-sela kunjungannya di Riyadh. Tapi tidak jelas apakah keduanya membahas Iran dan terorisme
Foto: Getty Images/AFP/M. Ngan
Dukungan Samar Terorisme?
Perpecahan di Teluk tidak terlepas dari kebijakan luar negeri Qatar. Sejak lama negeri kecil itu bersitegang dengan AS meski bekerjasama erat di bidang militer. Washington terutama mengritik lemahnya Undang-undang anti pendanaan terorisme dan luasnya dukungan di Qatar terhadap kelompok jihadis Islam di kawasan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M.Brabu
Kisruh di Palestina
Qatar sejak lama juga menjalin hubungan erat dengan Hamas. Deklarasi Hamas pada Mei 2017 yang mengubah haluan perjuangan menjadi lebih moderat juga diyakini dibuat atas desakan Doha yang ingin menjauhkan citra negara penyokong terorisme. Pada dasarnya negara Teluk lebih suka menjalin hubungan dengan Fatah di Tepi Barat Yordan ketimbang Hamas yang bertautan dengan Ikhwanul Muslimin.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Saber
Antara Kudeta dan Kudeta
Keretakan antara Qatar dan negara-negara Arab dimulai pada kudeta damai Sheikh Hamad bin Khalifa terhadap ayahnya pada Juni 1995. Sang ayah, Emir Khalifa bin Hamad, adalah penguasa kesayangan Arab Saudi dan Mesir. Namun puteranya Hamad lebih memilih jalur independen dalam meracik politik luar negeri. Tahun 1996 sebuah kudeta yang diduga didalangi Mesir dan Arab Saudi gagal menjatuhkan Sykeih Hamad
Foto: picture-alliance/dpa
Independensi Politik
Sejak itu kebijakan luar negeri Qatar sering bersebrangan dengan Arab Saudi. Doha antara lain menjalin hubungan erat dengan Israel dan Iran (pada gambar tampak Sykeih Hamad bin Khalifa bersama bekas Presiden Iran, Mahmud Ahmadinejad). Hal tersebut dianggap duri dalam daging oleh Riyadh. Namun dukungan Qatar terhadap gerakan Islam garis keras di Timur Tengah mulai terlihat selama Musim Semi Arab.
Foto: Ilna
Hujan Duit buat Konflik
Doha tidak hanya menyokong Dewan Transisi Nasional di Libya, tetapi juga mendanai kelompok pemberontak Suriah dengan dana sebesar tiga milyar Dollar AS pada dua tahun pertama perang saudara. Financial Times juga melaporkan Doha menawarkan paket evakuasi senilai 50.000 Dollar AS untuk keluarga para gerilayawan.
Foto: Fabio Bucciarelli, AFP
Gagalnya Manuver Riyadh
Negara-negara Teluk pernah berupaya menghentikan kebijakan Doha pada 2014. Namun saat itu pemerintah Qatar mengklaim dukungan terhadap kelompok bersenjata di Timur Tengah berasal dari masyarakat, bukan pemerintah. Antara tahun 2002 hingga 2008 Arab Saudi bahkan menarik duta besarnya untuk memaksa Doha mengubah haluan. Namun manuver tersebut gagal menggerakkan Qatar.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Arus Balik di Doha?
Pengamat yakin Qatar yang lemah harus memutar haluan politik luar negerinya agar selaras dengan keinginan AS dan Arab Saudi. Washington antara lain bisa memaksa Doha untuk mencekal petinggi Hamas dan menghentikan aliran dana buat kelompok bersenjata di Suriah dan Libya. Sebaliknya hal ini akan mengakhiri independensi politik luar negeri Qatar untuk waktu lama. (Sumber: Reuters, AP, BBC, Aljazeera)
Foto: Getty Images/AFP/F. Nureldine
10 foto1 | 10
Dampaknya ke buruh migran
Problema lain yang riil dihadapi Indonesia ketika mengemuka konflik terbuka (yang berujung pada konflik bersenjata) di Timur Tengah adalah dampak yang dialami oleh buruh migran Indonesia (sebagian besar bekerja sebagai PRT migran) yang bekerja di kawasan ini.
Dalam kondisi damai pun, kondisi buruh migran Indonesia di kawasan Timur Tengah ini berada dalam situasi kerentanan dan terisolasi. Kerentanan itu dicerminkan dalam tingginya angka kekerasan dan perkosaan yang dialami PRT migran, masih terus berlangsungnya eksekusi mati dan pemidanaan hukuman mati terhadap buruh migran dan masih berlakunya sistem keimigrasian kaffala (kaffala system) yang menyerupai praktik perbudakan manusia.
Proyek rekonstruksi Irak pasca kejatuhan Saddam Hussein tak hanya menarik perhatian kaum investor untuk membangun kembali infrastruktur Irak, tetapi juga menjadi daya tarik para sindikat perdagangan manusia untuk menempatkan perempuan-perempuan Indonesia bekerja sebagai PRT migran, baik di rumah tangga maupun di bekerja di dapur-dapur proyek infrastruktur pasca kejatuhan Saddam Hussein.
Walau Kemenlu RI memberi notifikasi bahwa kawasan ini merupakan kawasan tak aman, namun ratusan bahkan ribuan perempuan Indonesia dikirim dan dipekerjakan sebagai PRT migran di kawasan ini. Praktek ini terungkap saat media mengungkap penyanderaan Casingkem dan Istiqomah oleh gerilyawan Irak pada bulan OKtober 2004. Perdagangan manusia ke Irak makin terkonfirmasi ketika Migrant CARE menerima pengaduan Elly Anita, dkk. yang terjebak dalam kondisi perang di Kurdistan, Irak tahun 2006.
Ketika konflik Suriah pecah pada tahun 2012, kala itu Pemerintah RI bergerak lamban dan bahkan menyatakan belum akan mengevakuasi para PRT migran Indonesia yang jumlahnya ribuan di kawasan perang.
Tujuh Negara Tujuan Favorit TKI
Sebanyak lebih dari 6 juta tenaga kerja Indonesia saat ini bekerja di 146 negara di seluruh dunia. Tujuh di antaranya adalah negara yang paling banyak mempekerjakan buruh asal Indonesia.
Foto: Getty Images
#1. Malaysia
Dari tahun ke tahun Malaysia menjadi tujuan utama tenaga kerja asal Indonesia. Menurut data BNP2TKI, sejak tahun 2012 sudah lebih dari setengah juta buruh migran melamar kerja di negeri jiran itu. Tidak heran jika remitansi asal Malaysia juga termasuk yang paling tinggi. Selama tahun 2015, TKI di Malaysia mengirimkan uang sebesar dua miliar Dollar AS kepada keluarga di Indonesia.
Lebih dari 320.000 buruh Indonesia diterima kerja di Taiwan sejak tahun 2012. Lantaran Taiwan membatasi masa kerja buruh asing maksimal 3 tahun, kebanyakan TKI mendarat di sektor formal. Tahun lalu TKI Indonesia yang bekerja di Taiwan menghasilkan dana remitansi terbesar ketiga di dunia, yakni 821 juta Dollar AS.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Chang
#3. Arab Saudi
Sejak 2011 Indonesia berlakukan moratorium pengiriman TKI ke Timur Tengah, terutama Arab Saudi. Namun larangan itu cuma berlaku buat sektor informal seperti pembantu rumah tangga. Sementara untuk sektor formal, Indonesia masih mengrimkan sekitar 150 ribu tenaga kerja ke Arab Saudi sejak tahun 2012. Dana yang mereka bawa pulang adalah yang tertinggi, yakni sekitar 2,5 miliar Dollar AS tahun 2015
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham
#4. Hong Kong
Sedikitnya 137 ribu TKI asal Indonesia diterima bekerja di Hongkong sejak 2012. Uang kiriman mereka pun termasuk yang paling besar, yakni sekitar 673,6 juta Dollar AS. Kendati bekerja di negara makmur dan modern, tidak sedikit TKI yang mengeluhkan buruknya kondisi kerja. Tahun 2014 silam ribuan TKW berunjuk rasa di Hong Kong setelah seorang buruh bernama Erwiana dianiaya oleh majikannya.
Foto: Getty Images/AFP/P. Lopez
#5. Singapura
Menurut BNP2TKI, sebagian besar buruh Indonesia di Singapura bekerja di sektor informal sebagai pembantu rumah tangga. Sejak 2012 sebanyak 130 ribu TKI telah ditempatkan di negeri pulau tersebut. Tahun 2015 saja tenaga kerja Indonesia di Singapura mengirimkan duit remitansi sebesar 275 juta Dollar AS ke tanah air.
Foto: Getty Images
#6. Uni Emirat Arab
Lebih dari 100 ribu tenaga kerja Indonesia ditempatkan di Uni Emirat Arab sejak tahun 2012. Dana remitansi yang mereka hasilkan pun tak sedikit, yakni 308 juta Dollar AS pada tahun 2015.
Foto: picture-alliance/dpa
#7. Qatar
Lantaran moratorium, pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Timur Tengah banyak menurun. Qatar yang tahun 2012 masih menerima lebih dari 20 ribu TKI, tahun 2015 jumlahnya cuma berkisar 2400 tenaga kerja. Sejak 2012 sedikitnya 46 ribu buruh Indonesia bekerja di negeri kecil di tepi Arab Saudi itu. Hampir 100 juta Dollar AS dibawa pulang oleh TKI Indonesia tahun 2015 silam.
Foto: imago/imagebroker
7 foto1 | 7
Terjebak di kawasan perang
Migrant CARE membuka posko pengaduan dan tak lama kemudian menerima banyak aduan dan didapati kenyataan banyak PRT migran dipaksa tinggal di rumah majikan yang mengungsi ke wilayah aman. Pemerintah RI baru mulai bergerak mengevakuasi para buruh migran Indonesia saat eskalasi konflik bersenjata meningkat dan akses menuju kawasan perang sangat rawan dan berbahaya. Hingga saat ini masih banyak pengaduan tentang para PRT migran Indonesia terjebak di kawasan perang dan wilayah yang dikuasai ISIS.
Realitas yang dihadapi para buruh migran Indonesia di Timur Tengah itu adalah narasi-narasi kecil yang muncul dan disuarakan oleh korban, keluarga atau mereka yang bekerja untuk perlindungan buruh migran. Pemerintah baru merespons narasi-narasi kecil ini tatkala sudah jatuh korban.
Narasi besar dan narasi kecil mengenai posisi Indonesia dan Krisis Timur Tengah semakin nyata terlihat ketika krisis diplomatik memblokade Qatar oleh negara-negara Teluk. Presiden RI dan Menlu RI lebih lantang bicara soal solusi peredaan krisis diplomatik Qatar dan menawarkan diri menjadi pendamai, sementara hanya sayup-sayup terdengar memastikan keselamatan warganya yang bekerja dalam situasi blokade ekonomi di kawasan ini.
Faktanya ada sekitar 45.000 buruh migran Indonesia (data resmi pemerintah, jumlah nyatanya kemungkinan besar lebih banyak) bekerja di kawasan ini dan tak lama setelah pemutusan hubungan diplomatik sepihak dilakukan terhadap Qatar, dilancarkanlah blokade ekonomi dan moda transportasi yang mempengaruhi pasokan logistik dan mobilitas orang-orang yang berada di Qatar.
Untunglah setelah narasi-narasi kecil ini terus didesakkan, Menlu RI menegaskan bahwa perwakilan-perwakilan RI yang ada di kawasan terdampak konflik diplomatik ini harus menyiagakan diri dan membentuk crisis centre.
Penulis:
Wahyu Susilo, pendiri Migrant CARE, sekaligus bekerja sebagai analis kebijakan di lembaga tersebut. Tahun 2007, meraih Hero-Acting to End Modern Slavery Award dari Department of State USA.
@wahyususilo
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Derita Perang di Timur Tengah
Lebih dari 2100 warga Palestina tewas dan sekitar 70 warga Israel kehilangan nyawa akibat konflik yang membara di Gaza.
Foto: Reuters
Sukacita di Gaza
Warga Gaza merayakan gencatan senjata yang disepakati oelh Israel dan Hamas. 50 hari terakhir merupakan hari-hari yang berat terutama bagi penduduk Jalur Gaza.
Foto: picture-alliance/Ibrahim Khati
Hari-hari Pertumpahan Darah
Foto: Pemakaman seorang anak berusia dua tahun yang tewas di Gaza akibat serangan udara militer Israel. Menurut PBB, selama konflik terbaru ini, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 2100 warga Palestina, hampir 500 diantaranya adalah anak-anak.
Foto: Imago
Kehilangan Rumah
Mereka kehilangan tempat bernaung dan mencari tempat berlindung dii sebuah sekolah PBB di Gaza. Ribuan keluarga tak memiliki rumah lagi dan harus rela membagi tempat di sekolah yang penuh sesak atau tempat penampungan sementara.
Foto: Imago/Eibner Europa
Luka yang Dalam
Seorang dokter di RS Al Shifa di Gaza tengah memeriksa seorang anak kecil. Menurut piihak berwenang Palestina, lebih dari 11.000 orang terluka dan banyak diantara mereka menjadi cacat.
Foto: Imago/Xinhua
Gelap dan Kering
Instalasi listrik dan air di Gaza rusak berat. Satu bencana lain bagi penduduk Gaza ketika pasokan listrik dan air terhenti.
Foto: Reuters
Puing-puing Mematikan
Pihak Israel menyatakan telah membom 5.230 target di Jalur Gaza. PBB memperkirakan, butuh miliara-an Euro untuk membangun kembali Gaza. Dan bahaya pun mengintai dar bawah reruntuhan banyak bangunan, tempat di mana diduga ribuan bahan peledak disembunyikan.
Foto: Reuters
Lolos dari Maut
Apartemen di Ashkelon ini rusak akibar roket yang ditembbakkan Hamas. Berkat pertahanan rudal Israel, serangan roket jarang menyebabkan kerusakan atau korban jiwa.
Foto: Reuters
Duka Abadi
Duka satu keluarga seorang anak laki-laki berusia empat tahun yang tewas akibat serangan yang diluncurkan dari Gaza. Israel mengatakan, pihak Hamas menembakkan sekitar 4.600 roket ke Israel, menewaskan enam orang.
Foto: Reuters
Kehilangan Rekan
Tentara Israel meratapi kematian kawan mereka. 64 tentara Israel tewas dalam operasi militer sepanjang konflik terbaru. Pemakaman tentara Israel selalu mendapat perhatian warga.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Jadi Sasaran
Foto: pejuang Hamas di sebuah terowongan di Gaza: menghancurkan jaringan terowongan merupakan tujuan utama Israel dalam operasi militer kali ini. Belum diketahui, seberapa sukses misi tersebut. Banyak terowongan dari Gaza mencapai wilayah Israel.
Foto: REUTERS
Sampai Tuntas
Kedua belah pihak yang bertikai meningkatkan serangan mereka menjelang gencatan senjata diberlakukan. Roket Palestina menewaskan dua warga Israel, sementara serangan udara Israel menghancurkan gedung-gedung di Gaza.