1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Nasionalisme Tema Kampanye Pemilu di Turki

18 Juli 2007

Nasionalisme, berbeda dengan di Jerman, di Turki istilah itu tidak bermakna negatif, bahkan sebaliknya.

Bendera AKP dalam kampanye pemilu di Turki
Bendera AKP dalam kampanye pemilu di TurkiFoto: AP

Menjelang pemilihan parlemen Minggu (22/07) mendatang, semua partai besar di Turki saling bersaing mengakui betapa nasionalis dirinya dan kadang-kadang dengan ungkapan yang aneh. Misalnya jika menyangkut Abdullah Öcalan, ketua organisasi teror Kurdi PKK. Sejak 8 tahun Öcalan mendekam di penjara di pulau Imrali. Ia dulu dijatuhi hukuman mati tapi tidak dieksekusi, dan inilah yang sekarang dijadikan tema kampanye oleh para nasionalis seluruh partai. Partai kanan MHP, yang juga menyandang nama nasionalis dulu adalah partai pemerintah. Dan sekarang terpaksa membiarkan dirinya terwakili oleh seorang sufi, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan . Sungguh sangat tidak nasionalis membiarkan ketua PKK itu hidup. Devlet Bahceli, Ketua partai nasionalis itu sangat gusar terhadap Erdogan

“Kami dulu berada di dalam pemerintahan koalisi. Kamu sekarang di parlemen memiliki pemerintahan tunggal. Mengapa kamu tidak berusaha agar Öcalan digantung? Ketimbang melontarkan tuduhan kepada kami, partai gerakan nasionalis?”

Di sini tampak dalam hal nasionalisme tidak satu pun partai di Turki yang suka didikte oleh pihak lainnya. Ini juga berlaku bagi partai berorientasi Islam AKP yang dalam empat tahun terakhir memerintah dengan mayoritas mutlak. Christoph Neumann adalah seorang dosen sejarah di Universitas Bilgi di Istanbul

“Juga kelompok Islam sebagian besar adalah nasionalis. Oleh sebab itu mereka sama sekali tidak memandang ke dunia Arab. Jadi di sini tidak terdapat suatu Panislamisme sebagai gerakan politik penting yang dinamis, hal itu terdapat di negara lain, tidak di Turki.”

Tapi hal ini tidak mencegah lawan kelompok Islam dalam kampanye pemilu, berkampanye dengan menimbulkan ketakutan akan terbentuknya Republik Islam Turki, seperti diungkapkan Denis Baykal ketua partai buruh republik CHP sebagai partai oposisi terbesar

“Dalam pemilihan Anda tidak dapat mudah menentukan siapa yang akan memimpin Turki. Tidak, Anda akan menentukan bagaimana bentuk kehidupan Turki di masa mendatang. Apakah Turki dengan bentuknya sebagai Republik dan demokratis, dengan bangsa dan negaranya tetap eksis sebagai keseluruhan dan dalam persatuan.”

Pada dasarnya tidak ada ancaman terbentuknya republik Islam di Turki. Menurut dosen di Universitas Bilgi, Christoph Neumann konflik utamanya bukan antara kelompok sekuler dan kelompok Islam tapi lebih pada konflik antara mereka yang menginginkan Turki yang lebih terbuka, dengan mereka yang ingin mempertahankan gaya konservatif yang dimiliki Turki saat ini. Justru yang ingin modernisasi adalah kubu partai pemerintah AKP. Mungkin penyebab tema nasionalisme menjadi diangkat dalam kampanye pemilu adalah makin mandeknya upaya proses pendekatan Turki ke Uni Eropa.