1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Akan Kembali Berdialog dengan Rusia

2 Desember 2008

NATO sepakat untuk melanjutkan pembicaraan dengan Rusia yang sempat terhenti saat terjadi konflik di Kaukasus bulan Agustus lalu. Namun, NATO juga akan mempererat hubungan dengan Georgia dan Ukraina.

Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer dalam konferensi pers di BrusselFoto: AP

Para menteri luar negeri negara anggota NATO bertemu di Brussel Selasa (2/12). Mereka sepakat untuk menghidupkan kembali pertemuan informal yang dikenal dengan sebutan Dewan NATO-Rusia. Walau pun sebelumnya timbul kekhawatiran, bahwa Moskow masih belum menghormati gencatan senjata yang mengakhiri perang singkat mereka dengan Georgia. Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer mengatakan, Dewan NATO-Rusia akan bertemu untuk membicarakan permasalahan yang ada antara kedua kubu. Namun Scheffer tetap menegaskan :

"Setelah konflik Kausasus, kami sepakat bahwa hubungan dengan Rusia tidak akan seperti dulu lagi. Kami harus meninjau kembali secara serius bentuk hubungan ini. Hari ini kami membicarakan ukuran keterlibatan kami dengan Rusia. Tujuan kami tidak pernah berubah. Yaitu, mewujudkan Eropa yang bebas dan damai. Eropa dimana Rusia terlibat sepenuhnya dan memegang peranan yang bertanggung jawab."

Sekutu NATO, khususnya Perancis dan Jerman, tidak sabar untuk kembali menjalin hubungan dengan Rusia, yang merupakan penyuplai utama gas alam dan minyak bumi di Eropa. Tetapi Amerika Serikat, tetap ragu untuk menerima kembali Moskow, usai kejadian di Georgia. Menteri Luar Negeri Amerika Condoleezza Rice yang hadir untuk terakhir kalinya dalam pertemuan NATO mengatakan, ini bukan masalah mengisolasi Rusia, ini adalah bentuk hubungan semacam apa yang diinginkan.

Keinginan NATO untuk membuka kembali komunikasi dengan Rusia, bisa terganggu dengan kesepakatan lain yang dicapai ke 26 sekutu NATO. Yaitu, untuk memperdalam kerjasama dengan Georgia dan Ukraina serta memperkuat dua lembaga dimana reformasi mereka ditujukan untuk menjadi anggota NATO. Sekjen de Hoop Scheffer bahkan mengatakan, Georgia dan Ukraina suatu saat nanti akan menjadi anggota NATO jika mereka menginginkannya. Harapan kedua negara ini terhambat oleh beberapa negara anggota NATO, termasuk Jerman, yang berpendapat Georgia dan Ukraina belum siap untuk langkah tersebut. Untuk bergabung dengan NATO, mereka harus memenuhi reformasi politik, demokrasi dan militer, serta memiliki hubungan yang baik dengan negara tetangga. Warga mereka pun harus menyetujui pencalonan mereka menjadi anggota NATO. Di Ukraina misalnya, warganya masih belum mencapai satu suara dalam hal ini. Pertemuan para menteri anggota NATO di Brussel juga menyepakati, bahwa Georgia dan Ukraina tidak akan bisa langsung menjadi anggota NATO. Mereka harus melewati terlebih dahulu program penerimaan resmi yang disebut MAP. Program ini pun hanya bisa berjalan jika seluruh negara anggota NATO menyetujuinya. Jerman bisa menjadi negara yang mengganjal keputusan ini. Namun, Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier hanya mengatakan, yang penting adalah keputusan yang mengharuskan Georgia dan Ukraina melewati jalur MAP tetap menjadi keputusan politik. (vlz)