1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Akui Serangan di Tripoli Telan Korban Sipil

19 Juni 2011

NATO mengaku bertanggungjawab atas tewasnya sejumlah warga sipil selama serangan bom di ibukota Libya, Tripoli. Sebelumnya pemerintah Libya menuduh NATO sengaja menyerang sasaran sipil.

Rumah di ibukota Libya, Tripoli yang dilaporkan hancur akibat serangan udara NATO.Foto: picture-alliance/dpa

"NATO menyesali hilangnya nyawa korban sipil tak berdosa, dan sangt berhati-hati dalam melancarkan serangan terahdap rejim yang bersikeras menggunakan kekerasan terhadap rakyatnya sendiri," kata Letnan Jendral Charles Bouchard, komandan operasi NATO di Libya.

NATO mengklaim dalam pernyataan tertulis bahwa warga sipil terbunuh ketika pesawat tempur aliansi gagal menembak lokasi misil Libya.

"Walaupun kami masih menentukan urutan rincian peristiwa ini, indikasi menunjukkan bahwa kegagalan sistem senjata mungkin menyebabkan insiden ini," kata Bouchard.

Intervensi militer NATO di Libya mendpat mandat dari resolusi PBB 1973 yang menyerukan untuk "mengambil semua tidakan yang diperlukan... guna melindungi warga sipil dan wilayah yang dihuni rakyat sipil dari ancaman serangan."

Jenasah Korban Ditunjukkan pada Wartawan

Serangan udara NATO ke ibukota Libya, Tripoli dilanjutkan hingga hari Minggu (19/6) dinihari. Pemerintah Libya melaporkan, sedikitnya empat warga sipil, dua diantaranya anak-anak tewas akibat serangan tsb.

Perwakilan pemerintah membawa para wartawan asing ke bagian kota Arada, dimana pada hari Minggu pagi sedang dilakukan evakuasi tiga jenazah korban dari bawah reruntuhan sebuah bangunan.

Jurubicara pemerintah di Tripoli, Musa Ibrahim mengecam serangan udara NATO. Ia mengatakan, “Pada dasarnya, ini malam berikutnya aksi pembunuhan, teror dan horor di Tripoli yang dilakukan NATO.”

Namun sejauh ini tidak ada pihak independen yang dapat menegaskan, apakah jenazah itu benar-benar korban serangan udara NATO. Dua pekan lalu, jurubicara Al Gaddafi juga menunjukkan seorang anak yang cedera kepada para wartawan, dan menyebutnya sebagai korban serangan udara NATO. Namun seorang petugas rumah sakit secara rahasia memberikan secarik kertas kepada wartawan, yang menegaskan, anak bersangkutan terluka akibat kecelakaan lalu lintas, bukan akibat serangan udara NATO.

Gaddafi Tolak Perundingan

Berkaitan dengan terus dilancarkannya serangan udara NATO ke sasaran di ibukota Tripoli, penguasa Libya, Muammar Al Gaddafi dalam rekaman suara tanpa gambar, yang dipancarluaskan televisi Libya, terus mengobarkan semangat para pendukungnya. Dalam rekaman pesannya itu, Gaddafi juga menegaskan, jika NATO terus menyerang, mereka akan tetap bertahan.

“Ini untuk pertama kalinya, NATO menyerang sebuah negara yang bersenjata. Aliansi jutaan rakyat akan membela diri. Kami akan mengalahkannya, juga jika NATO menggunakan bom atom“, tegas Gaddafi dalam rekaman pidato tanpa gambar itu.

Juga Gaddafi menyatakan tidak akan melakukan rekonsiliasi maupun perundingan dengan para pemberontak. Padahal hari Kamis lalu, PM Libya, Al Baghdadi Ali al-Mahmoudi menyatakan pihaknya siap melakukan perundingan dengan kelompok pemberontak. Namun penguasa Libya, Muammar al Gaddafi bersuara lain. Ia mengatakan, “Kami tidak akan melakukan perujukan dan pembicaraan dengan anjing-anjing tersebut.”

Pemberontak Terus Maju ke Tripoli

Sementara ini, pertempuran antara militer yang setia kepada Gaddafi dengan kelompok pemberontak terus berkobar. Terutama di kawasan sekitar kota Misrata dan Slitan, hari Minggu ini dilaporkan kembali terjadi serangan artileri berat.

Sedikitnya empat orang tewas dalam pertempuran terbaru tersebut. Kelompok pemberontak disebutkan dapat mendesak militer Gaddafi dan terus maju menuju ke ibukota Tripoli. PM Libya, Al Mahmoudi mengakui terus dilancarkannya tekanan militer terhadap pasukan yang setia terhadap Al Gaddafi.

Mahmoudi mengatakan, “Tidak diragukan bahwa kami dalam 72 jam terakhir menghadapi level baru agresi. Hal itu terlihat dari terus dilancarkannya serangan udara NATO terhadap bangunan sipil.”

Sementara itu NATO juga menyampaikan pernyataan minta maaf terhadap kelompok pemberontak di Libya. Pasalnya, pada hari Kamis lalu, angkatan udara NATO melakukan kesalahan menyerang sebuah kelompok pemberontak di kota Brega timur Libya. Disebutkan, jika terdapat korban tewas dan cedera dalam kesalahan serangan itu, NATO amat menyesalkannya.

Selain itu apa yang disebut kelompok Kairo, yang terdiri dari perwakilan PBB, Uni Eropa, Uni Afrika dan Organisasi Konferensi Islam, hari Sabtu kemarin (18/6) melakukan perundingan konsultasi, membahas proses politik meredakan konflik tsb serta era Libya pasca Gaddafi.

Agus Setiawan/rtr/afp/dpa/dapd/dw

Editor : Edith Koesoemawiria


Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait