1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO dan Perluasannya

1 April 2008

Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO mengkhawatirkan eksistensinya setelah perang dingin berakhir. Di saat bersamaan perluasan NATO semakin sering terjadi. Oleh sebab itu NATO kerap mendefinisikan diri kembali.

Plakat KTT NATO di BukarestFoto: AP

Bagi Bulgaria, Estonia, Lituania, Latvia, Rumania, Slovenia dan Slovakia penerimaan dalam NATO ibaratnya seperti pengangkatan sebagai ksatria. Itu dikatakan Presiden Rumania Traian Basescu beberapa waktu lalu dalam kunjungan di Brussel.

Menurutnya, keanggotaan dalam NATO sejak 2004 maknanya sangat besar bagi Rumania. Langkah itu sangat berarti dalam perkembangan demokrasinya. Dengan langkah itu, NATO memperluas diri untuk kedua kalinya ke wilayah Eropa Timur dan Eropa tengah. Polandia, Ceko dan Hungaria sudah menjadi anggota NATO 1999 lalu.

Penghinaan bagi Rusia

Bagi Rusia kedua perluasan itu sama dengan penghinaan. Karena perluasan NATO ke timur berarti hilangnya otoritas Rusia di wilayah tersebut. Masalah terbesar bagi Rusia adalah hilangnya kekuasaan atas enklave Kaliningrad, yang sekarang dikelilingi negara anggota NATO, Polandia dan Lituania. Kaliningrad dulunya zona militer istimewa, di mana puluhan ribu anggota marinir dan angkatan darat Rusia ditempatkan. Hingga saat ini Kaliningrad masih menjadi pusat armada Laut Timur Rusia.

Pemerintah Rusia geram karena melalui perluasan NATO salah satu pangkalan militer terpentingnya terpisah dari wilayah negara. Selain itu, dengan keanggotaan negara-negara Baltik, pesawat tempur NATO kini dapat mencapai St. Petersburg dalam waktu lima menit. Dan bukan hanya pesawat tempur saja yang mengancam wilayah Rusia. Amerika Serikat mendiskusikan penempatan sistem penangkal rudal di Polandia dan Ceko. Oleh sebab itu, pemerintah Rusia memperhatikan rencana perluasan NATO dengan curiga. Negara-negara yang akan menjadi anggota baru NATO adalah Albania, Kroasia, Makedonia, Georgia dan Ukraina.

Keanggotaan Ukraina

Dalam NATO sendiri, keanggotaan tiga negara Balkan tersebut disetujui dengan suara bulat. Tetapi kemungkinan masuknya Georgia dan Ukraina diperdebatkan dengan sengit. Walaupun Ukraina sudah sejak lama memiliki hubungan erat dengan NATO, sejumlah besar negara menilai, Ukraina belum siap menjadi anggota baru aliansi militer itu. Apalagi rakyat Ukranina sendiri juga menolak keanggotaan dalam NATO.

Sebagian anggota NATO juga khawatir, bahwa masuknya Ukraina dan Georgia akan menyebabkan rusaknya hubungan dengan Rusia. Karena pernyataan Ukraina, yang bersedia memberikan ijin untuk sistem penangkis roket AS saja, sudah menyebabkan ketegangan. Vladimir Putin, yang waktu itu menjadi presiden Rusia, bereaksi dengan memberikan ancaman terbuka. Itu dinyatakan Putin dalam pembicaraan dengan Presiden Ukraina Juschtschenko di Moskow Februari lalu.

Langkah Yang Diperhitungkan

Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Jaap de Hoop Scheffer menjalankan politik pintu terbuka yang tidak jelas. Ia mengatakan, NATO sangat menghargai hasil-hasil konkret yang tercapai dalam 10 tahun kerjasama dengan Ukraina. NATO juga ingin terus memperdalam kemitraan tersebut. Ukraina juga mendapatkan sepenuhnya dukungan NATO, untuk melanjutkan rencana reformasinya menyangkut pendekatan dengan NATO. Demikian Jaap de Hoop Scheffer.

Di samping konsekuensi politis, banyak anggota NATO, di antaranya Jerman, khawatir bahwa perluasan akhirnya akan membatasi kemampuan NATO untuk bertindak. Jadi paham yang berlaku sekarang: setiap perluasan juga harus membawa keuntungan bagi NATO. (ml)