Rusia tempatkan serdadu tambahan buat menjaga perbatasan dengan NATO. Kedua pasukan bersenjata berat kini saling berhadapan dalam jarak dekat. Mungkinkah perang dingin jilid dua sedang di ambang pintu?
Iklan
Saling gertak antara Rusia dan NATO terus berlanjut. Setelah Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu menempatkan 4000 pasukan di Polandia dan kawasan Baltik, Moskow kini mengirimkan tiga divisi sekaligus ke perbatasan NATO dan jumlah total sekitar 15.000 personil.
Pemerintah Rusia menyebut penempatan pasukan oleh NATO sebagai "manuver yang berbahaya" di perbatasannya. Moskow mengklaim sedang mempelajari apakah langkah yang digagas AS itu melanggar perjanjian antara NATO dan Rusia dari tahun 1997.
Dalam perjanjian tersebut kedua negara sepakat untuk tidak saling serang dan menghormati wilayah teritorial masing-masing.
Moskow diprovokasi kerahkan serdadu
Rusia mengaku pihaknya terpaksa menurunkan tiga divisi tambahan. Apa yang dilakukan NATO adalah "penumpukan pasukan yang berbahaya dan sangat dekat dengan perbatasan kami," tutur Andrei Kelin, seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri. "Saya khawatir kami harus mengambil langkah tandingan."
Dua dari tiga divisi lapis baja yang baru dibentuk akan disiagakan di Distrik Militer Barat yang berbatasan dengan dan negara Baltik, Finlandia dan Ukraina. Adapaun divisi ketiga berupa infanteri bakal diterjunkan ke Distrik Militer Selatan, termasuk armada laut Hitam. Satu divisi di militer Rusia terdiri atas 5000 hingga 22.000 personil.
NATO belakangan memperkuat garis pertahanan di perbatasan menyusul "sikap agresif" Rusia yang berulangkali melakukan tindak provokasi, kata Menteri Pertahanan AS, Ash Carter. "Kami tidak menginginkan perang dingin, apalagi perang panas. Kami tidak ingin menjadikan Rusia sebagai musuh," tuturnya.
"Tapi jangan membuat kesalahan. Kami akan melindungi semua negara sekutu," pungkas Carter di sela-sela kunjungannya di Jerman. Washington belum lama ini menggandakan anggaran pertahanan di Eropa.
NATO Bersiap Perang Hadapi Rusia
Ketegangan di Ukraina ikut menyeret NATO. Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu pun bersiap menghadapi skenario terburuk, yakni perang dengan Rusia, dengan membentuk satuan cepat dan menggelar latihan militer di Polandia
Perang Gerilya Melawan Rusia
Skenario perang yang dipilih NATO tidak jauh dari konflik Ukraina. Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu mempersiapkan pasukannya untuk terlibat dalam perang geriliya, melawan pasukan pemberontak yang disokong jiran Rusia.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Unjuk Gigi di Polandia
Untuk itu NATO memilih Polandia, negara anggotanya yang berada paling dekat dengan Rusia. Di Zagan, NATO menurunkan helikopter tempur, kendaraan lapis baja dan pasukan elit dari berbagai negara. Salah satu yang dilibatkan adalah tank Leopard 2 teranyar milik militer Polandia.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Manuver Terbesar
Manuver di Zagan, Polandia, adalah latihan militer terbesar yang pernah digelar NATO. Untuk memindahkan 2100 serdadu dari sembilan negara beserta puluhan alat tempur dan amunisi, NATO membutuhkan 17 pesawat kargo, sembilan kereta barang dan sebuah konvoi berisikan 30 truk.
Foto: DW/B. Wesel
Speerspitze buat Eropa Timur
Buat menangkal ancaman Rusia, NATO membentuk satuan elit gabungan bernama "Speerspitze" alias ujung tombak, yang berisikan 5000 serdadu dengan berbagai alat tempur termutakhir. Pasukan gerak cepat ini khusus dilatih untuk melindungi negara-negara di timur Eropa dari tentara pemberontak sokongan Rusia.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Hujan Duit
Untuk membiayai satuan elit terbaru itu NATO telah mempersiapkan dana sekitar 20 Miliar Euro atau sekitar Rp. 300 trilyun hingga tahun 2025. Dana tersebut akan dipakai buat membeli tank tempur, pengangkut personel lapis baja, artileri, helikopter dan berbagai perlengkapan serdadu. Sebagai perbandingan, anggaran pertahanan TNI tahun ini tercatat sebesar 84,5 Triliyun Rupiah.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Tanpa Serdadu
NATO juga menyambut usulan Amerika Serikat untuk menempatkan lebih banyak alat tempur di Eropa Timur. Saat ini NATO tidak bisa menempatkan serdadu di perbatasan timur secara permanen. Penyebabnya adalah perjanjian damai dengan Rusia yang diratifikasi tahun 1997.
Foto: S. Gallup/Getty Images
Menghalau Ancaman di Langit
Salah satu sistem alutista yang ingin ditempatkan NATO di perbatasan timur adalah MEADS, alias Medium Extended Air Defense System. Sistem pertahanan udara teranyar itu tidak cuma mampu menghalau rudal atau obyek terbang di berbagai ketinggian, tapi juga dapat berpindah tempat secara fleksibel.