NATO gertak Rusia terkait operasi militernya di Suriah. Perancis lancarkan serangan terhadap ISIS di Raqqa. Juga dilaporkan roket yang ditembakkan Rusia ke Suriah jatuh di Iran. Situasi di Suriah kini makin kacau.
Iklan
Aliansi pertahanan Atlantik Utara NATO beberapa hari lalu mengecam Rusia yang dituding melanggar wilayah udara Turki, salah satu anggotanya. Kini NATO menyatakan mampu mengambil tindakan dan ikut mempertahankan Turki. Demikian pernyataan Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg.
Rangkaian serangan udara Rusia di Suriah dilaporkan menyebabkan kehancuran dan kesengsaraan bagi warga sipil. Beginilah dampak serangan udara Rusia yang dirangkum kantor berita Reuters dalam sejumlah foto.
Perancis kembali gempur Suriah
Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian menyatakan, jet tempur Perancis melancarkan serangan ke markas Islamic State (ISIS) di Raqqa, Suriah, Jumat (09/10). Ia menyatakan, serangan tahap kedua Perancis di Suriah itu sukses, dan itu bukan serangan terakhir Perancis ke posisi ISIS di di Suriah.
Di samping itu, Le Drian mengkritik Rusia. Menurutnya 80 hingga 90 persen serangan Rusia tidak dilancarkan terhadap ISIS, walaupun Rusia menyatakan demikian. Perancis ikut aksi serangan terhadap ISIS di Irak yang dipimpin AS tahun lalu. Bulan lalu, Perancis mulai melaksanakan serangan di Suriah.
Berita buruk terdengar dari Aleppo. Dilaporkan, ISIS berhasil maju mendekati kota Aleppo, dan menduduki kawasan di sebelah Timur Laut Aleppo.
Rusia kerahkan kapal perang
Rusia kini juga mulai mengerahkan kapal perangnya untuk aksi militer di Suriah. Moscow menyatakan, tembakan mengenai sejumlah pos milik ISIS dan Fron Al Nusra.
AS menyatakan Kamis (08/10), empat roket yang ditembakkan Rusia terhadap sejumlah target di Suriah jatuh di Iran, yang jadi sekutu Rusia dalam aksi militernya di Suriah. Roket tersebut diduga berasal dari sejumlah kapal perang Rusia yang berada di Laut Kaspia. Namun berita itu disangkal pemerintah Rusia. Kremlin menyatakan roket mengenai sasaran di Suriah. Sementara Iran tidak memberikan pernyataan apapun.
Sejauh ini konflik yang berlangsung di Suriah semakin rumit, dan melibatkan semakin banyak kekuatan militer dari berbagai negara.
ml/as (rtre, afpe, twitter, cnn)
Beruang Merah Menggebrak di Suriah
Lama bergeming, Rusia kini melibatkan diri dalam konflik Suriah. Negeri beruang merah itu melancarkan serangan udara dan memperkuat kehadiran armada lautnya di perairan Suriah. Semua demi menyelamakan Bashar al Assad.
Foto: picture-alliance/dpa
Dominasi di Langit
Rusia menabuh genderang perang dan mengusir angkatan udara Amerika Serikat dari kawasan udara Suriah. Satu jam menjelang serangan, atase militer Rusia di Baghdad menghubungi rekan sejawatnya di kedutaan AS buat menyampaikan peringatan tersebut. Belasan pesawat tempur jenis MiG-29 dan Su-34 kemudian diterbangkan buat menghancurkan beberapa target milik siapapun yang berperang dengan pasukan Assad.
Foto: picture-alliance/ZB/J. Büttner
Menarget Musuh Assad
Media awalnya sempat melaporkan, pesawat tempur Rusia bukan membidik ISIS, melainkan kelompok Free Syrian Army yang dikenal moderat. Namun beberapa jam kemudian, Moskow memastikan pihaknya juga melancarkan serangan terhadap kelompok fanatik Islam. Terkait tudingan AS, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengaku pihaknya "bertanggungjawab atas semua target serangan."
Foto: imago/ITAR-TASS
Petaka dari Udara
Pemantau asing melaporkan, angkatan udara Rusia melancarkan serangkaian serangan udara di tiga provinsi, termasuk Homs yang dikuasai Free Syrian Army. Foto ini diambil di distrik Talbisseh. Kelompok HAM mengabarkan sekitar 27 warga sipil tewas dalam serangan udara Rusia.
Foto: Getty Images/AFP/M. Taha
Teknologi Termutakhir
Kehadiran militer Rusia di Suriah sudah ada sejak tahun 1970an. Tapi baru kali ini Moskow menerjunkan langsung pasukannya dalam konflik bersenjata. Citra udara berikut menunjukkan kekuatan militer Rusia di pangkalan udara Lattakia. Rusia antara lain mengirimkan jet tempur, Su-30, yang berdaya jelajah 3000km. Beberapa meyakini Moskow juga menyiapkan pesawat tempur teranyar yang dimilikinya, Su-34
Foto: Reuters/www.Stratfor.com/Airbus Defense and Space
Angkatan Darat
Untuk mengamankan pangkalan militer di Lattakia, Moskow juga diyakini menerjunkan pasukan infanteri, sejumlah tank tempur tipe T-90, kendaraan angkut personel lapis baja BTR-80 dan peluru kendali anti serangan udara. Belum jelas apakah Rusia juga berniat menerjunkan angkatan daratnya dalam perang di Suriah.
Foto: picture-alliance/Russian Look
Raksasa Laut di Tartus
NATO mengkhawatirkan Rusia juga akan mengirimkan kapal induknya, Admiral Kuznetsov ke Suriah. Sejak pertama kali berlayar tahun 1995, negeri beruang merah itu telah berulangkali melabuhkan raksasa laut yang mampu mengangkut hingga 50 pesawat tempur itu di kota Tartus, sekitar 84 km dari Lattakia. Di kota pelabuhan Suriah itu Rusia memiliki pangkalan militer untuk armada lautnya.
Foto: picture alliance/dpa/Sana
Mengamankan Kepentingan
Pengamat meyakini, keterlibatan Rusia di Suriah adalah semata-mata demi mengamankan pengaruhnya di kawasan. Tanpa Suriah, Rusia antara lain akan kehilangan akses langsung ke Iran. Pelabuhan di Tartus, Suriah, misalnya merupakan satu-satunya pelabuhan laut dalam yang dikuasai Rusia di Laut Tengah. "Operasi militer ini punya batas waktu," kata Presiden Vladimir Putin.