1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikUkraina

NATO-Jerman Peringatkan Risiko 'Nyata' Konflik Ukraina-Rusia

19 Januari 2022

Jerman dan NATO mengatakan Rusia menghadapi konsekuensi berat jika menyerang Ukraina, dan mendesak Moskow untuk mengurangi ketegangan. AS telah diperingatkan bahwa serangan Rusia dapat terjadi "kapan saja."

Latihan militer
Prajurit ikut serta dalam latihan militer yang diadakan oleh unit infanteri bermotor di Distrik Militer Selatan RusiaFoto: Sergey Pivovarov/Sputnik/picture alliance

Kanselir Jerman dan Kepala NATO pada Selasa (18/01) mendesak Rusia untuk mengurangi ketegangan di tengah kekhawatiran bahwa Moskow mungkin merencanakan invasi ke Ukraina.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dan Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara setelah keduanya bertemu di Berlin untuk membahas ancaman konflik.

Apa kata sekjen NATO dan kanselir?

Scholz mengatakan Jerman dan NATO mengharapkan Rusia untuk meredakan situasi di perbatasan dengan Ukraina, misalnya dengan mengurangi jumlah pasukan di sana. Dia mengatakan keduanya sepakat bahwa Rusia akan menghadapi konsekuensi politik dan ekonomi yang parah jika ada invasi.

"Jelas bahwa akan ada harga tinggi yang harus dibayar dan semuanya harus didiskusikan jika ada intervensi militer di Ukraina," kata Scholz.

Stoltenberg mengatakan sekutu NATO ingin terlibat dengan Rusia atas segala kekhawatiran yang mungkin ada, mendesak Rusia untuk bergabung dalam pembicaraan.

"Risiko konflik itu nyata," kata Stoltenberg. "Sekutu NATO meminta Rusia untuk mengurangi ketegangan. Kami mendorong Rusia untuk membatalkan keputusannya untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan NATO." 

Moskow telah menempatkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina, sesuatu yang ditafsirkan oleh negara Barat sebagai persiapan untuk invasi guna memaksa NATO untuk membuat konsesi pada isu-isu seperti kemungkinan masuknya Ukraina ke dalam blok tersebut.

Pada tahun 2008, NATO menawarkan Ukraina prospek bergabung, tanpa menetapkan kerangka waktu.

Stoltenberg mengatakan dia telah mengundang Rusia dan sekutu NATO ke pembicaraan baru "dalam waktu dekat." Dia mengatakan tujuannya adalah untuk "mengatasi kekhawatiran kami, tetapi juga mendengarkan kekhawatiran Rusia, dan mencoba mencari jalan ke depan untuk mencegah serangan militer apa pun terhadap Ukraina."

Rusia menyangkal bahwa mereka merencanakan invasi.

Namun, jurnalis DW Terri Schultz melaporkan bahwa Stoletenberg dalam acara terpisah pada Selasa (18/01) mengatakan bahwa NATO memiliki informasi yang mendukung klaim AS yang dibuat minggu lalu bahwa Rusia saat ini memiliki operasi di Ukraina untuk tujuan melakukan operasi "bendera palsu" sebagai dalih untuk invasi. Rusia sebelumnya membantah klaim ini.

Rusia menolak pembicaraan baru sampai tuntutan dipenuhi

Aliansi militer Barat telah mencari dialog dengan Moskow, meskipun pembicaraan tampaknya terhenti.

Moskow pada Selasa (18/01) menolak pembicaraan baru tentang Ukraina kecuali Barat menanggapi tuntutannya. Rusia bersikeras tuntutannya untuk jaminan keamanan, yakni termasuk larangan permanen Ukraina bergabung dengan NATO, untuk ditanggapi dengan serius.

Barat mengatakan bahwa, di bawah ketentuan Helsinki Final Act, yaitu perjanjian non-perjanjian untuk meningkatkan detente Timur-Barat selama Perang Dingin, negara-negara berhak atas pilihan bebas di aliansi mana mereka bergabung.

"Kami sekarang menunggu tanggapan atas proposal ini, seperti yang dijanjikan, untuk melanjutkan negosiasi," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock yang sedang berkunjung.

Saat mengunjungi Moskow pada Selasa (18/01), Baerbock mengatakan Berlin siap untuk dialog serius dengan Moskow tentang "keamanan untuk semua di Eropa." Pada Senin (17/01), Baerbock mengunjungi ibu kota Ukraina, Kyiv, di mana dia memperingatkan bahwa Rusia menghadapi tanggapan tegas jika menggunakan eskalasi militer.

Diplomat top AS menuju Eropa untuk melakukan pembicaraan

Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan terbang ke Ukraina dan bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy pada hari ini, Rabu (19/01), untuk "memperkuat komitmen Amerika Serikat terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina."

"Perjalanan tersebut mengikuti diplomasi ekstensif dengan Sekutu dan mitra Eropa kami tentang pendekatan terpadu untuk mengatasi ancaman yang ditimbulkan Rusia terhadap Ukraina dan upaya bersama kami untuk mendorongnya memilih diplomasi dan de-eskalasi demi kepentingan keamanan dan stabilitas," tulis pernyataan Departemen Luar Negeri AS.

Setelah Kyiv, Blinken juga akan melakukan perjalanan ke Berlin untuk bertemu dengan rekan-rekannya dari Jerman, Inggris, dan Prancis untuk mengatasi situasi tersebut.

Blinken juga diperkirakan akan bertemu dengan Lavrov pada Jumat (21/01) di Jenewa dalam upaya untuk mengamankan "jalan keluar diplomatik" untuk krisis tersebut, seorang pejabat Departemen Luar Negeri yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa (18/01).

Gedung Putih mengatakan bahwa ketegangan saat ini menghadirkan "situasi yang sangat berbahaya."

"Kami sekarang berada pada tahap di mana Rusia kapan saja bisa melancarkan serangan di Ukraina," kata sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki dalam konferensi pers.

Sementara, di tengah ketegangan, para pejabat mengatakan pada Selasa (18/01) bahwa Rusia mengirim tentara ke Belarus untuk latihan perang. Ukraina telah berulang kali memperingatkan bahwa Rusia dapat melancarkan serangan dari berbagai arah, termasuk dari Belarus.

pkp/ha (AFP, dpa, Reuters, dpa, Interfax)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait