1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Melanjutkan Dialog dengan Rusia

6 Maret 2009

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton, Kamis (05/03), mendesak NATO untuk melanjutkan pembicaraan langsung dengan Rusia dan mengatakan Iran dapat diundang ke konferensi internasional mengenai Afghanistan.

Para menteri luar negeri NATO usai pertemuan di Brussel, Kamis (05/03).
Para menteri luar negeri NATO usai pertemuan di Brussel, Kamis (05/03).Foto: AP

Terdapat sejumlah tema penting yang dibicarakan dalam pertemuan menteri luar negeri Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO kali ini. Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menjadi bintangnya pertemuan NATO di Brüssel, Kamis (05/03).

Menteri Luar Negeri Jerman Frank Walter Steinmeier mengatakan bahwa Clinton membawa angin segar dan semangat baru untuk kerja sama. Sebelumnya, pemerintahan Amerika Serikat di bawah pimpinan George W. Bush dan terutama selama Perang Irak, menyebabkan sebagian hubungan internal NATO mengalami ketegangan. Clinton membawa harapan dari pemerintahan Amerika Serikat yang baru.

"Saya datang membawa pesan bahwa Amerika Serikat memegang teguh komitmennya untuk NATO, dan pemerintahan Obama akan bekerja keras untuk memperbarui perundingan nyata. Kami siap mendengarkan, berunding dan bekerja sama dengan Anda,“ ujar Hillary Clinton usai pertemuan pertamanya dengan rekan sejawatnya menteri luar negeri NATO di Brüssel.

"Solusi cerdas bagi tantangan bersama,“ demikian jargon pemerintahan Obama yang disebutkan Clinton, menyinggung pembicaraan langsung dengan Rusia dan Iran, serta mendengarkan Eropa dan negara kawasan dalam upaya melumpuhkan Taliban di Afghanistan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Rodham Clinton mengatakan, "NATO hari ini sepakat untuk memulai kembali dewan NATO-Rusia sebagai mekanisme bagi perundingan masalah yang mana kami berselisih paham seperti Georgia, yang disinggung oleh Sekretaris Jenderal, dan dasar kerja sama kepentingan kami seperti transit ke Afghanistan atau perjanjian nonproliferasi."

Dewan NATO-Rusia yang dimaksud Clinton secepatnya akan dibentuk kembali awal April mendatang. Dewan NATO-Rusia pertama kali dibentuk pada tahun 2002 guna memungkinkan seluruh negara NATO dan Rusia bekerja sama sebagai mitra sejajar. Sekretaris Jenderal NATO Jaap de Hoop Scheffer menjelaskan alasan terpenting dibentuknya kembali Dewan NATO-Rusia, "Rusia merupakan kekuatan penting, pelaku politik internasional, dan artinya, tidak berbicara dengan Rusia, bukanlah pilihannya."

Clinton mengingatkan Rusia untuk tidak menjual peluru kendali jarak jauh ke pemerintah di Teheran dan berkeras bahwa sistem pertahanan anti rudal yang ditempatkan di Eropa tengah merupakan antisipasi potensi serangan dari teroris dan negara yang menunjukkan sikap bermusuhan, Iran.

Dengan menyetujui dilanjutkannya Dewan NATO-Rusia, Clinton dan menteri-menteri luar negeri NATO mengakui bahwa mereka memerlukan bantuan Rusia untuk menyediakan jalur transit menuju Afghanistan, mencegah penyebaran senjata pemusnah massal dan meningkatkan kekuatan dalam perang melawan terorisme.

Clinton juga menekankan bahwa konferensi negara wilayah sekitar Afghanistan harus melibatkan negara-negara penting kawasan itu, seperti Pakistan, India, dan jika mungkin, Iran. “Jika kita melangkah maju dengan pertemuan, diharapkan Iran akan diundang, “ tutur Clinton.

Konferensi negara wilayah mengenai Afghanistan, dijadwalkan digelar di salah satu ibukota negara Eropa akhir Maret ini. Pertemuan tersebut merupakan isyarat tampak dari kesediaan Amerika Serikat untuk mempertimbangkan kembali strategi melawan Taliban dan menawarkan kesediaan untuk mendengarkan negara-negara kunci lainnya. Pertemuan tersebut juga membuka kesempatan digelarnya pembicaraan langsung antara Amerika Serikat dan Iran setelah kebekuan hubungan diplomatik yang dipicu program nuklir kontroversial Iran. (ls)