1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Perlu Strategi Baru di Afghanistan

22 Oktober 2009

Para menteri pertahanan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO bertemu di bukota Slowakia, Bratislava. Sekjen NATO Rasmussen mendukung pernyataan McChrystal mengenai perlunya strategi baru di Afghanistan.

Sekjen NATO Anders Fogh RasmussenFoto: AP

Setelah gugatan terjadinya manipulasi dalam pemilihan Presiden di Afganistan. Hamid Karzai akhirnya bersedia melakukan pemilihan ulangan menantang saingannya Abdullah Abdullah. Bagi NATO itu berarti berkurangnya sebuah masalah dan sekaligus muncul masalah baru. Kepercayaan terhadap NATO, yang memimpin misi militer, juga tergantung kepada kepercayaan terhadap prakarsa negara-negara Barat dalam mewujudkan proses demokrasi. Makanya, Sekjen NATO Anders Fogh Rasmussen menyambut baik keputusan yang diambil Hamid Karzai. Di lain pihak, pemilihan ulangan berarti munculnya masalah keamanan yang baru.

Secara umum, kesulitan yang dihadapi NATO di Afganistan di bulan belakangan semakin meningkat. Semakin banyaknya korban yang jatuh, semakin meningkat penolakan dari negara anggota NATO untuk menjalankan misinya, yang tidak diketahui kapan akan berakhir.

Sementara itu, panglima NATO yang mempimpin pasukan pelindung Afganistan ISAF, Jenderal McChrystal, baru-baru ini mengatakan, tanpa adanya tambahan puluhan ribu tentara, tidak akan dapat memenangkan peperangan melawan pejuang Taliban. Ditambah lagi dengan sikap Presiden Barack Obama yang belum jelas. NATO masih menunggu strategi baru di Afghanistan yang digarap Gedung Putih. Tapi satu hal sudah jelas, yakni, untuk dapat mencapai keberhasilan di Afganistan, NATO memerlukan dukungan dari semua pihak, juga dari Rusia. Menteri Luar Negeri Rusia Sergej Lavrov dalam kunjungannya beberapa hari lalu di Brussel menyampaikan jaminan bagi dukungan tersebut:

“Posisi kami adalah, tidak menghendaki gagalnya usaha internasional untuk menciptakan keamanan di Afganistan. Kami akan melakukan secara cara untuk mendukung keberhasilannya. Bila mengalami kegagalan, itu berarti masalah terorisme, perdagagangan narkoba dan sindikat kejahatan internasional, merupakan sesuatu yang sangat buruk bagi dunia internasional dan Rusia,” demikian dikatakan Lavrov di Brussel.

Christoph Hasselbach/ Asril Ridwan

Editor: Luky Setyarini

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait