NATO punya daftar 750 nama petinggi Taliban di Afghanistan yang harus ditangkap atau dibunuh secara terarah. Jerman diduga memasok informasi untuk menyusun daftar itu.
Iklan
Aliansi barat dalam misi di Afghanistan memiliki daftar yang disebut "Capture or Kill", yaitu para petinggi Taliban yang harus ditangkap atau dibunuh. Sekitar 750 nama petinggi Taliban masuk dalam daftar "targeted killing" atau bunuh secara terarah tersebut, papar majalah berita der Spiegel.
Selain itu sejumlah simpatisan Taliban dan para bandar narkoba termasuk daftar maut NATO. Alasannya, menurut laporan Der Spiegal, "Taliban tidak akan bisa ditaklukan, jika simpatisan dan bandar narkoba pemasok keuangan tidak dibungkam secara terarah".
Daftar anggota dan simpatisan Taliban yang harus ditangkap atau dibunuh secara terarah itu berasal dari dokumen rahasia pasukan ISAF serta dinas rahasia Amerika Serikat dan Inggris di Afghanistan dari tahun 2000 hingga 2011, yang dibocorkan pendiri Wikileaks, Edward Snowden.
Jerman ikut berperan
Jerman diduga punya andil cukup besar dalam penyusunan daftar bunuh anggota Taliban itu. Berdasar laporan harian Jerman "Bild" (30/12), komandan ISAF di wilayah utara di Afghanistan 2011, mayor jenderal Markus Kneip, secara terarah memilih orang-orang yang dimasukan dalam daftar maut itu.
Dinas Rahasia Jerman, BND mengumpulkan dan memasok informasi serta nominasi orang-orang yang disasar untuk dibunuh kepada komandan pasukan ISAF. Antara lain nomor telefon atau ponsel petinggi Taliban yang dapat dilacak untuk melakukan serangan pembunuhan terarah. Tapi menurut laporan itu, BND maupun pasukan Jerman-Bundeswehr tidak terlibat secara langsung dalam aksi pembunuhan
Egon Ramms. pensiunan jenderal yang empat tahun lamanya menjabat sebagai komandan "Allied Joint Force Command" di Afghanistan menyatakan, aksi itu legitim, karena pasukan yang bertugas di Afghanistan sebetulnya terlibat perang melawan kelompok perlawanan bersenjata yang siap membunuh.
"Tentara Jerman ditugaskan ke Afghanitan tidak untuk memetik bunga", ujar Ramms. Dia menambahkan, mereka di sana melakukan misi militer dalam situasi perang.
Petualangan Maut Bundeswehr di Afghanistan Dilanjutkan?
Jerman pertimbangkan perpanjangan penugasan militer di Afghanistan. Pemicunya, perubahan Politik AS dan situasi kacau di Kunduz, bekas kawasan penugasan Bundeswehr. Dampingan internasional berlanjut sampai akhir 2016.
Foto: picture alliance / JOKER
Misi Bundeswehr Akan Dilanjutkan?
Pemerintah Jerman membuka opsi bagi perpanjangan misi militer Bundeswehr di Kunduz. Kebijakan ini merupakan reaksi atas perubahan politik Amerika Serikat di Afghanistan. Namun pemerintah di Berlin menegaskan, mandat penugasan serdadu Jerman akan lebih difokuskan pada pelatihan mitra tentara dan polisi Afghanistan, bukan sebagai pasukan tempur.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Pendidikan Aparat Keamanan
Saat ini masih ada 870 serdadu Jerman di Afghanistan, dengan tugas mendidik aparat keamanan lokal. Hingga akhir penugasan resmi 2014 lebih dari 60.000 polisi dan serdadu menjalani pendidikan militer di empat lokasi yang tersebar di seluruh negeri. Untuk itu pemerintah di Berlin telah mengeluarkan dana sedikitnya 380 juta Euro.
Foto: picture-alliance/dpa
Situasi Keamanan Tetap Gawat
Kendati mendapat hibah pangkalan militer dan berbagai persenjataan dari NATO, militer Afghanistan tetap kewalahan menghadapi rongrongan Taliban. Gelombang serangan bom bunuh diri yang tidak berhenti dilancarkan membuat penduduk di utara negara itu khawatir atas stabilitas keamanan.
Foto: AFP/Getty Images/J. Eisele
Dukungan hingga 2016
Misi lanjutan ISAF di Afghanistan yang diberi nama "Resolute Support" akan diikuti oleh maksimal 13.000 serdadu asing hingga akhir 2016. Tugas mereka adalah menjadi konsultan dan mengawal jalannya pendidikan militer buat tentara Afghanistan. Jerman berkontribusi dengan mengirimkan 850 serdadu untuk mengikuti misi tersebut.
Foto: John Thys/AFP/Getty Images
Misi Pertama di Luar Eropa
Pada 11 Januari 2002, angkatan bersenjata Jerman Bundeswehr mendaratkan 70 serdadu di Kabul. Itu adalah misi militer pertama Jerman di luar Eropa setelah berakhirnya Perang Dunia II. Pada masa puncak, Jerman menugaskan 5350 tentara di Afghanistan dan tercatat sebagai kontingen terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
Korban Pertama
Pada Maret 2002, dua tentara Jerman dan tiga serdadu Denmark tewas akibat ledakan sebuah bom di Kabul. Hingga akhir 2014, Bundeswehr mencatat 55 serdadu yang tewas selama mengawal perdamaian di Afghanistan.
Foto: picture-alliance/dpa
Misi di Tempat yang Tenang
Bundeswehr tergolong beruntung karena mendapat provinsi Kundus di Utara yang relatif tenang. Dengan cara itu pemerintah di Berlin tidak cuma berhasil meredam kekhawatiran warga Jerman, tetapi juga memenuhi kewajiban internasionalnya. Sejak 2006 Jerman bertanggungjawab atas stabilitas keamanan di semua provinsi di utara Afghanistan.
Foto: picture-alliance/dpa
Membangun dan Melindungi
Jerman tidak cuma menurunkan kekuatan militer, melainkan juga terlibat dalam pembangunan sipil Afghanistan. Program tersebut termasuk strategi ganda NATO, yakni membangun dan melindungi. Jerman akan tetap mengucurkan dana bantuan sipil setelah penarikan mundur militer dari Afghanistan.
Foto: picture-alliance/Joker
Hari Gelap buat Bundeswehr
September 2009 Kolonel Georg Klein memerintahkan serangan udara terhadap dua truk minyak di Kundus yang diduga dibajak dan dikuasai oleh Taliban. Serangan itu akhirnya menewaskan 91 warga sipil. Klein kemudian dibebaskan dari tuduhan kejahatan perang.
Foto: picture-alliance/dpa
Mundur Teratur
Sesuai kesepakatan dengan NATO, Jerman menarik mundur semua pasukannya hingga akhir 2014. Penarikan mundur sebenarnya sudah dimulai sejak 2010. Pangkalan militer yang tadinya digunakan Bundeswehr pun diserahkan kepada militer Afghanistan. Termasuk di antaranya pusat operasi Camp Marmal di dekat kota Masar-i Sharif di utara.
Foto: picture-alliance/dpa/Bundeswehr
Pintu Terakhir di Camp Marmal
Camp Marmal menjadi stasiun terakhir buat serdadu Jerman. Dari sini, Bundeswehr mengorganisir pemulangan pasukan. Camp Marmal secara resmi dialihkan kepada Afghanistan, namun tetap digunakan oleh militer Jerman buat pendidikan pasukan. Setelah penarikan mundur, Bundeswehr masih menyediakan 650 tenaga pelatih di Camp Marmal.