1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Tidak Berdaya Hadapi Manuver Rusia

as20 Agustus 2008

NATO kini berkembang menjadi klub diskusi internasional. Instrumen penjeraan dari aliansi pertahanan Atlatik utara kini sudah tumpul.

Instrumen penjeraan NATO dan Rusia tidak berfungsi lagi dalam konflik Georgia.Foto: dpa


Sidang darurat para menteri luar negeri NATO di Brussel untuk membahas konflik di Georgia menjadi tema komentar dalam tajuk harian-harian internasional.


Harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina dalam tajuknya berkomentar :


Setelah stagnasi politik bertahun-tahun, NATO tiba-tiba dituntut untuk kembali pada tujuan didirikannya. Jawabannya tentu saja tidak dapat diberikan dalam gaya zaman Perang Dingin. Sebab, instrumen penjeraan baik di kalangan NATO maupun di Rusia sama-sama sudah tumpul. Juga merupakan kerugian bagi aliansi pertahanan ini, karena anggotanya semakin sulit menyepakati haluan bersama. Artinya, penjeraan secara politik juga sulit dilakukan dalam situasi seperti ini. Buktinya, lihat saja reaksi yang berbeda-beda dari negara anggota Uni Eropa, terhadap konflik di Georgia. Apa yang harus ditawarkan NATO sekarang ini, terutama kapasitas politis untuk meredam ambisi Moskow. Namun itupun semakin sulit ditemukan di Eropa.


Juga harian liberal Swedia Dagens Nyheter yang terbit di Stockholm menulis komentar senada :


NATO perlu waktu 10 hari untuk menggelar sidang khusus membahas konflik di Georgia. Perdebatannya lebih mirip sidang Dewan Keamanan PBB, ketimbang konferensi sebuah aliansi pertahanan militer. NATO kini berkembang menjadi kelompok diskusi internasional. Memang dapat dimengerti, jika sebagian anggota merasa ditipu. Misalnya negara-negara di kawasan Baltik, yang meminta perlindungan dari NATO. Diskusi keanggotaan Georgia dan Ukraina, untuk sementara disimpan di laci. Kini NATO tidak lagi bersikap sebagai sebuah perhimpunan untuk menjamin pertahanan negara anggotanya, melainkan menjadi sebuah organisasi bagi pelatihan misi militer di luar teritorialnya.


Sedangkan harian konservatif Inggris The Times yang terbit di London dalam tajuknya berkomentar :


Kenyataan yang ditunjukkan di Georgia, membuat kesepakatan gencatan senjata amat menggelikan. Akan tetapi ultimatum berikutnya terhadap Rusia, justru akan semakin mengeruhkan situasi dan kontra-produktif. Tapi kapal-kapal perang NATO memang seharusnya terus dikerahkan di Laut Hitam, hingga penarikan pasukan Rusia tuntas. NATO dan Uni Eropa seharusnya mampu menciptakan mekanisme yang jelas, untuk dapat mengisolasi Rusia jika Moskow terus menunda penarikan pasukannya.


Dan terakhir harian Swiss Tages Anzeiger yang terbit di Zürich berkomentar :


Aliansi pertahanan paling kuat di dunia, tidak bersedia bereaksi dengan tindakan tegas atas demonstrasi kekuatan Rusia di Georgia. Ini merupakan keputusan yang cerdas. Sejauh ini tidak jelas, apa yang hendak dicapai Rusia dengan manuver militernya di Georgia. Setelah melancarkan serangan brutal, Rusia tiba-tiba menahan diri. Tibilisi tidak diduduki. Jaringan pipa minyak strategis tidak diganggu gugat. Moskow tahu persis, kepentingan ekonominya yang terbesar terletak di barat. Dan itu akan dipertaruhkan, jika krisis yang mereka provokasi dilanjutkan hingga mencapai eskalasi. Juga dengan landasan ini, adalah keliru jika NATO kini melancarkan tindakan keras dan mendesak agar Rusia diisolasi.