Negara Kaya Harus Hentikan Produksi Minyak & Gas Sampai 2034
23 Maret 2022
Negara-negara kaya harus mengakhiri produksi minyak dan gas mereka pada 2034 untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celsius, menurut sebuah laporan yang dirilis Selasa (22/3).
Iklan
Analisis setebal 70 halaman dari Pusat Penelitian Tyndall Centre for Climate Change Research muncul saat hampir 200 negara memulai negosiasi dua minggu untuk memvalidasi penilaian penting tentang opsi untuk mengurangi polusi karbon dan mengekstraksi CO2 dari udara.
Tujuan menyeluruh, yang diabadikan dalam Perjanjian Paris 2015, adalah untuk membatasi pemanasan global "jauh di bawah" 2°C, dan 1,5°C jika memungkinkan. Serangkaian penelitian sejak 2015 telah mengkonfirmasi, target yang lebih rendah sejauh ini merupakan ambang batas yang lebih aman.
Beberapa negara miskin hanya menghasilkan persentase kecil dari output global bahan bakar fosil. Tetapi sangat bergantung pada pendapatan itu, sehingga menghilangkan pendapatan ini dengan cepat dapat melemahkan stabilitas ekonomi atau politik mereka, kata laporan Tyndall Center.
Negara-negara seperti Sudan Selatan, Republik Kongo dan Gabon hanya memiliki pendapatan ekonomi kecil selain dari produksi minyak dan gas. Sebaliknya, negara-negara kaya yang merupakan produsen utama minyak dan gas, akan tetap kaya bahkan jika pendapatan dari bahan bakar fosil dihilangkan.
Pendapatan minyak dan gas, misalnya, menyumbang delapan persen ke Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat, tetapi tanpa pendapatan itu PDB per kapita AS masih sekitar USD 60.000 -- tertinggi kedua di dunia di antara negara-negara penghasil minyak dan gas, menurut laporan itu.
Derita Beruang Kutub Akibat Perubahan Iklim
Beruang kutub merupakan ikon gerakan lingkungan yang paling terkenal. Namun, pemanasan global mengakibatkan populasi beruang kutub di dunia semakin menurun.
Foto: picture-alliance/dpa/Keystone
Kulit asli beruang kutub
Meski rupa asli beruang kutub sebenarnya berkulit hitam, beruang kutub terlihat berkulit putih karena bulu mereka yang sangat reflektif dan transparan yang tebalnya sekitar 2,5 hingga 5 cm. Bulu beserta lapisan lemak, menjaga mereka agar tetap hangat dalam kondisi dingin di Arktika. Agar tidak tergelincir di es, kaki beruang kutub tertutupi gundukan kecil dan lembut yang menciptakan gesekan.
Beruang kutub mengandalkan lemak untuk bertahan hidup. Sumber makanan utama mereka: anjing laut, yang mereka buru saat musim dingin untuk menyimpan energi selama musim panas dan gugur, ketika buruan menjadi langka. Mereka makan sebanyak 45 kg dalam satu kali santapan. Karena sekarang es mencair lebih awal dan baru mulai terbentuk di akhir tahun, beruang habiskan waktu lebih lama tanpa makanan.
Foto: picture-alliance/Arco Images/H. Schouten
Melahirkan di Salju
Langkanya makanan dapat menyebabkan kelahiran beruang kutub yang tidak sehat dan bayi beruang kutub dapat mati karena kekurangan lemak dari ibu yang menyusui. Beruang betina melahirkan setiap tiga tahun sekali, menggali sarang mereka di awal musim dingin dan menunggu salju untuk menutup pintu masuk sebelum melahirkan. Ibu dan anaknya meninggalkan sarang dan menuju es pada bulan Maret atau April.
Foto: picture alliance/blickwinkel/F. Poelking
Hidup sendiri
Seekor anak beruang kutub akan menghabiskan dua hingga tiga tahun pertama hidupnya bersama ibunya. Selama masa ini, sang ibu akan sangat protektif. Namun akhirnya, sang ibu akan mengusir mereka atau menelantarkan mereka, meninggalkan mereka untuk hidup sendiri. Selain pertemuan singkat selama musim kawin, beruang kutub kemudian akan menghabiskan sebagian besar hidup mereka sendiri.
Foto: Polar Bears International/BJ. Kirschhoffer
Senang tidur siang
Tidak seperti spesies beruang lainnya, beruang kutub tidak berhibernasi. Kecuali beruang kutub yang sedang hamil. Beruang kutub tetap aktif sepanjang musim dingin dengan makanan yang berlimpah. Mereka senang tidur siang setiap kali badai salju melanda. Mereka bahkan dapat berdiam di satu tempat selama berjam-jam walaupun salju menumpuk di sekitar mereka.
Beruang kutub adalah hewan asli Kutub Utara dan dapat ditemukan di Rusia, AS, Norwegia, Greenland, dan Kanada, yang merupakan rumah bagi sekitar dua pertiga populasi dunia. Mereka menghabiskan banyak waktu mereka di laut es dengan berburu dan berkembang biak. Tetapi karena perubahan iklim yang mencairkan es di Kutub Utara, dapat mengancam habitat mereka.
Foto: Polar Bears International/Kt. Miller
Beruang vs. manusia
Dengan hilangnya habitat mereka, beruang kutub semakin banyak berkontak dengan manusia. Orang-orang di sekitar Teluk Hudson, Kanada, dapat bertemu beruang kutub -pemburu yang tidak berpengalaman - dan ibu-ibu dengan anak-anak di tempat penampungan, di mana mereka mencari makanan. Di Churchill, Manitoba, pihak berwenang telah membangun tempat penampungan beruang kutub sebelum akhirnya dipindahkan.
Saat ini ada sekitar 22.000 - 31.000 beruang kutub yang tersisa di alam liar, dan populasinya semakin terancam. Selain hilangnya habitat, mereka juga terancam oleh perburuan yang tidak berkelanjutan dan pengembangan industri, yang meliputi eksplorasi minyak dan gas alam lepas pantai. Diperkirakan jumlah beruang kutub akan menurun lebih dari 30% dalam 30 tahun ke depan.(Ed: fs/rap)
Foto: Polar Bears International/Kt. Miller
8 foto1 | 8
Negara kaya harus bantu negara miskin
"Kami menggunakan PDB per kapita yang tersisa setelah kami menghapus pendapatan dari minyak dan gas sebagai indikator kapasitas," kata penulis utama laporan itu, Kevin Anderson, profesor energi dan perubahan iklim di University of Manchester. Ada 88 negara di dunia yang memproduksi minyak dan gas.
Iklan
"Kami menghitung jangka penghapusan emisi untuk semuanya konsisten dengan target suhu Perjanjian Paris," kata Anderson kepada kantor berita AFP. "Kami menemukan, negara-negara kaya harus berada pada produksi minyak dan gas nol di tahun 2034."
Negara-negara yang paling miskin dapat terus berproduksi hingga tahun 2050, menurut perhitungan itu, dan negara-negara lain seperti Cina dan Meksiko berada di antara keduanya.
Ketika negara-negara menandatangani perjanjian iklim Paris, negara-negara kaya menyatakan siap mengambil langkah-langkah yang lebih besar dan lebih cepat untuk mendekarbonisasi ekonomi mereka, dan berjanji memberikan dukungan keuangan untuk membantu negara-negara miskin. PBB lalu meminta negara-negara kaya OECD untuk menghentikan penggunaan batu bara secara bertahap pada tahun 2030, dan seluruh dunia pada tahun 2040.
Resep Rahasia Sehatnya Terumbu Karang Tahiti
Naiknya suhu air laut global mengancam kehidupan terumbu karang. Fenomena ini membuat karang mengalami pemutihan. Namun, terumbu karang di Tahiti tampak tak tersentuh oleh ancaman perubahan iklim. Bagaimana bisa ya?
Foto: Alexis Rosenfeld/AP Photo/picture alliance
Kabar baik dari Pasifik Selatan
Pemanasan global berdampak pada alam di laut maupun di darat. Namun para peneliti terkejut karena terumbu karang yang mereka temukan di Pasifik Selatan sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kerusakan. Terumbu karang di Tahiti adalah "salah satu terumbu karang sehat yang paling luas dalam sejarah," demikian menurut UNESCO. Lebarnya 65 meter dan panjangnya 3 kilometer.
Foto: Alexis Rosenfeld/AP Photo/picture alliance
Bak bunga mawar di bawah air
Terumbu Karang Tahiti berbentuk seperti bunga mawar, beberapa di antaranya berdiameter 2 meter. Karang berada di kedalaman antara 30 meter dan 65 meter di bawah permukaan laut. Area yang jauh lebih sedikit diketahui para ilmuwan daripada perairan yang lebih dangkal. "Hingga saat ini, kita mengetahui permukaan bulan lebih baik daripada lautan dalam," kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.
Foto: Alexis Rosenfeld/AP Photo/picture alliance
Tempat lahirnya kehidupan
Terumbu karang merupakan ekosistem penting bagi kehidupan laut dunia. Menutupi kurang dari 1% dasar laut tetapi merupakan habitat bagi lebih dari 25% kehidupan laut, kata Lizzie McLeod dari The Nature Conservancy kepada DW. Taerumbu terdiri dari makhluk kecil yang disebut polip dan alga, yang memberi warna cerah pada karang.
Foto: Jason Suwandy/IUCN Photo Library/picture-alliance/dpa
Pemanasan global ancam terumbu karang
Alga mulai memproduksi bahan kimia berbahaya jika air menjadi sedikit lebih hangat dari biasanya. Karang kemudian mendepak alga, yang merupakan sumber utama makanan dan energi dan warna mereka memudar. Pada tahap akhir pemutihan, karang bisa mati total. IPCC telah memperingatkan, dengan kenaikan suhu global 1,5 derajat Celcius, habitat terumbu karang dapat menyusut hingga 90%.
Foto: David Bellwood/ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies/AP/picture alliance
Lebih dalam dan sejuk
Terumbu karang di seluruh dunia mati karena pemutihan. Pasifik Selatan di sekitar Tahiti juga dilanda gelombang pemutihan pada tahun 2019. Namun, karang yang baru ditemukan tetap utuh sepenuhnya. Mengapa? Satu penjelasan yang mungkin, kata para ilmuwan, terletak di kedalaman laut habitat karang, di mana suhu air lebih rendah dan karang terhindar dari stres panas bawah laut yang ekstrem.
Foto: Alexis Rosenfeld/AP Photo/picture alliance
Harapan untuk koral laut dalam
Temuan terumbu karang di Tahiti bisa berarti, ada lebih banyak terumbu karang di laut lebih dalam yang sejauh ini selamat dari dampak kenaikan suhu laut global. Ini adalah pengingat berikutnya, betapa sedikit yang kita ketahui tentang laut dalam. Hanya 20% dasar laut dunia yang telah dipetakan. Mempelajari lebih banyak terumbu ini dapat membantu melindungi karang di mana-mana. (Ed: rap/as)
Foto: Alexis Rosenfeld/AP Photo/picture alliance
6 foto1 | 6
Penghentian secara bertahap dan terukur
Laporan baru yang berjudul "Phaseout Pathways for Fossil Fuel Production” itu menerapkan pendekatan yang sama untuk minyak dan gas seperti pada batu bara. Untuk peluang 50/50 membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5C, 19 negara dengan PDB per kapita tinggi, yang akan tetap di atas kisaran USD 50.000 tanpa pendapatan minyak dan gas, harus mengakhiri produksi pada tahun 2034. Termasuk dalam tahap ini adalah AS, Norwegia, Inggris , Kanada, Australia, dan Uni Emirat Arab.
14 negara "berkapasitas tinggi" lainnya, di mana PDB per kapita mereka akan menjadi sekitar USD 28.000 tanpa pendapatan dari minyak dan gas, harus mengakhiri produksi pada tahun 2039, termasuk Arab Saudi, Kuwait dan Kazakhstan.
Kelompok berikutnya -- termasuk Cina, Brasil, dan Meksiko -- perlu mengakhiri produksi pada tahun 2043, diikuti oleh Indonesia, Iran, dan Mesir pada tahun 2045. Hanya negara-negara penghasil minyak dan gas termiskin, seperti Irak, Libya, dan Angola yang dapat melanjutkan produksi minya dan gas hingga 2050.
"Laporan ini menggambarkan dengan sangat jelas, mengapa perlu ada penghentian segera produksi minyak dan gas," kata Connie Hedegaard, mantan Komisaris Eropa untuk iklim, dan menteri iklim dan energi Denmark. Invasi Rusia ke Ukraina, katanya, juga telah "membuat sangat jelas bahwa ada banyak alasan mengapa dunia perlu melepaskan ketergantungan pada bahan bakar fosil."