1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Negara yang Tangguhkan Vaksin AstraZeneca Terus Bertambah

16 Maret 2021

Kontroversi vaksin AstraZeneca terus bergulir. Yang terbaru, Jerman, Indonesia dan beberapa negara Eropa umumkan penangguhan vaksin. Pakar sebut pemerintah harus memberikan pesan yang jelas terkait keputusan penangguhan.

Vaksin AstraZeneca
Vaksin COVID-19 AstraZenecaFoto: Dado Ruvic/REUTERS

Semakin banyak negara yang menghentikan sementara penggunaan vaksin virus corona AstraZeneca. Kementerian Kesehatan Jerman melalui sebuah pernyataan mengumumkan langkah penghentian tersebut pada Senin (15/3), diikuti pula oleh Italia, Prancis dan Spanyol. Beberapa negara Uni Eropa lainnya juga telah mengambil tindakan serupa karena kemungkinan terjadinya pembekuan darah.

Kementerian Kesehatan Jerman menggambarkan langkah tersebut sebagai “tindakan pencegahan” berdasarkan saran dari regulator kesehatan nasional, Paul Ehrlich Institute (PEI). Menurut Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) nantinya akan memutuskan “bagaimana informasi baru ini akan mempengaruhi otorisasi vaksin” sambil menunggu penyelidikan.

“Menyusul adanya laporan baru tentang trombrosis pembuluh darah otak sehubungan dengan vaksinasi di Jerman dan Eropa, PEI menganggap penyelidikan lebih lanjut diperlukan,” demikian diumumkan kementerian kesehatan.

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan “keputusan itu adalah keputusan profesional, bukan politis”. Spahn mengatakan risiko penggumpalan darah dari suntikan AstraZeneca tergolong rendah, tapi tidak bisa dikesampingkan.

“Hal terpenting dari sebuah keyakinan adalah transparansi,” kata Spahn dalam sebuah briefing.

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn sebut keputusan penangguhan vaksin sebagai keputusan profesional bukan politisFoto: Kay Nietfeld/dpa/picture alliance

EMA akan gelar rapat bahas keamanan vaksin

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Prancis akan menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca, menunggu tinjauan dari EMA. Meski begitu, ia mengatakan bahwa penangguhan tersebut hanya berlangsung singkat.

Sementara itu, EMA mengatakan akan mengadakan konferensi khusus pada hari Kamis (18/03) untuk menyimpulkan penilaiannya terhadap vaksin AstraZeneca tersebut.

“EMA saat ini tetap berpandangan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca dalam mencegah COVID-19, dengan risiko terkait rawat inap dan kematian, lebih besar daripada risiko efek samping,” kata EMA dalam sebuah pernyataan, Senin (15/3).

Vaksin AstraZeneca ditangguhkan di banyak negara

Selain Jerman, Italia, Prancis, dan Spanyol mengumumkan penangguhan pada Senin (15/3), negara-negara lain di seluruh Eropa dan seluruh dunia juga telah menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca karena risiko pembekuan darah.

Minggu lalu, Denmark menjadi negara pertama yang menangguhkan penggunaan vaksin, diikuti oleh Norwegia, Islandia, dan Bulgaria.

Penangguhan tidak terbatas di Eropa saja. Indonesia juga telah mengumumkan penundaan peluncuran vaksin AstraZeneca. Negara non-Eropa lainnya yang telah menangguhkan penggunaan vaksin ini termasuk Thailand dan Republik Demokratik Kongo.

Inggris, Republik Ceko dan Polandia tak berencana hentikan penggunaan vaksin

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada hari Senin (15/3) membantah gagasan bahwa Inggris akan menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca, dengan mengatakan tidak ada cukup bukti untuk menjamin pemberlakuan tindakan tersebut.

Republik Ceko dan Polandia juga mengatakan bahwa mereka tidak berencana untuk segera menghentikan vaksinasi dengan vaksin tersebut.

Sementara di luar Eropa, Australia mengumumkan tidak ada rencana untuk menangguhkan penggunaan vaksin tersebut.

Regulator kesehatan di bawah pengawasan

Ahli virologi dan profesor di Universitas Northumbria di Inggris, Sterghios Moschos, mengatakan kepada DW pada hari Senin (15/3) bahwa pemerintah harus memberikan pesan yang jelas tentang keputusan mereka untuk menangguhkan vaksin AstraZeneca.

“Sangat, sangat penting bagi kita memberikan pesan yang jelas, ringkas dan dipikirkan dengan hati-hati,” kata Moschos, merujuk pada prevalensi teori konspirasi dan misinformasi seputar vaksin. “Jadi dalam hal itu, saya mendukung penuh keputusan anggota parlemen mana pun untuk berhenti, mencermati, dan mempertimbangkan data,” tambahnya.

“Yang kita tahu adalah 17 juta orang telah menerima vaksin dan 37 orang telah mengalami pembekuan darah. Itu sama dengan 0,0002% dari siapa pun yang telah divaksinasi yang mengalami bekuan darah,” kata Moschos. Ia mengatakan bahwa dirinya akan “langsung” menggunakan vaksin AstraZeneca jika ditawarkan kepadanya.

Di sisi lain, pembekuan darah juga menimbulkan risiko kesehatan besar dan ancaman tersebut harus ditanggapi dengan serius oleh otoritas kesehatan, menurut Peter Kremsner, direktur Rumah Sakit Universitas Tübingen di Jerman.

“Pembekuan darah sangat berbahaya, tergantung di bagian tubuh mana dia terjadi. Tapi jika terjadi di bagian tubuh yang salah, maka bisa mematikan dalam waktu singkat. Jadi ini bukan lelucon,” kata Kremsner kepada DW.

gtp/pkp (AP, AFP, reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait