Kita memiliki tanah tumpah darah yang luar biasa hebat, tapi apa iya kehebatan itu diketahui bangsa lain di muka bumi? Simak pendangan Andibachtiar Yusuf berikut ini.
Iklan
Etnis di negeri itu bernama Melayu, pada masa silam daerah itu disebut sebagai Malaya yang diambil dari sebutan mereka sendiri terhadap diri mereka. Bangsa yang menetap di areal itu adalah bangsa Melayu yang sebenarnya etnis mayoritas di Pulau Sumatera.
Sebagai sebuah wilayah yang merdeka, bangsa Melayu menyatakan diri mereka merdeka pada 31 Agustus 1957 dan mungkin kemudian merasa tidak "cool" jika menggunakan kata Malaya sebagai nama negeri mereka.
Merujuk pada tetangga serumput di seberang semenanjung bernama Indonesia, maka dipilihlah nama Malaysia agar mereka bisa ikut "cool" seperti sang tetangga yang tampak gagah dengan wilayah membentang dari ujung Pulau Sumatera di Aceh sampai ke kepulauan Maluku (saat itu Papua masih dibawah kekuasaan Belanda). Padahal secara harfiah Indo dan Nesia memiliki arti "Kepulauan yang dikelilingi oleh lautan," seperti kata dasar Indo dan Nesia yaitu Indo dan Nesos.
7 Komoditi Ekspor Andalan Indonesia
Sejumlah hasil bumi menjadi aset vital buat perekonomian nasional. Berikut komoditi ekspor Indonesia yang menjadi primadona di pasar internasional.
Foto: Tengku Bahar/AFP/Getty Images
Kelapa Sawit
Indonesia saat ini mendominasi pasar minyak sawit di dunia dengan produksi mencapai 31 juta ton per tahun. Terlepas dari rencana moratorium perkebunan sawit yang digagas pemerintahan Joko Widodo, Indonesia sempat berniat menggandakan produksi sawit hingga tahun 2030.
Foto: WWF/J. Morgan
Beras
Dari 744 juta ton beras yang diproduksi dunia, hampir 10% diantaranya berasal dari Indonesia. Jumlahnya mencapai 70,7 juta ton. Namun kapasitas produksi saat ini cuma mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Pemerintahan Joko Widodo berjanji akan meningkatkan kapasitas produksi dengan membuka lahan baru dan mengembangkan varian padi yang lebih efektif.
Foto: Saeed Khan/AFP/Getty Images
Batu Bara
Kalimantan yang kaya batu bara banyak mendatangkan hujan devisa buat negara. Setiap tahun Indonesia memproduksi batu bara setara 281 juta ton minyak bumi. Jumlah tersebut mencapai 7,2% dari total produksi dunia. Saat ini India telah menggeser Cina sebagai negara importir batu bara Indonesia terbesar.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Kakao
Produk andalan Sulawesi dan Sumatera ini termasuk primadona komoditi yang dimiliki Indonesia. Saat ini produksi kakao mencapai 712.231 ton yang menempatkan Indonesia sebagai produsen terbesar ketiga dunia.
Foto: Fotolia
Energi Geothermal
Terletak di bibir Cincin Api Pasifik, Indonesia berlimpah energi panas bumi. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, potensi geothermal di tanah air mencapai 28.000 MW. Saat ini sebagian besar energi panas bumi diproduksi di PLTP Gunung Salak.
Foto: imago/imagebroker
Biji Kopi
Indonesia adalah produsen biji kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam. Tapi soal efektifitas produksi kita banyak tertinggal ketimbang kedua negara tersebut. Saat ini produksi biji kopi Indonesia baru sebatas 800 kilogramm per hektar. Bandingkan dengan Brazil yang mencapai 2000kg/hektar atau Vietnam 1500kg/hektar.
Foto: Fotolia
Karet Alam
Produksi tahunan karet alam di Indonesia yang mencapai 3,2 juta ton tercatat yang terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Sebagian besar komoditi karet di Indonesia berasal dari Sumatera dan Kalimantan.
Foto: Tengku Bahar/AFP/Getty Images
7 foto1 | 7
Namun saudara sebentuk yang memilih menggunakan bahasa mereka (Melayu) sebagai bahasa nasional, perdagangan resmi sekaligus bahasa persatuannya membuat etnis/bangsa Melayu yang merasa sedarah ini memilih untuk memberi juga akhiran Sia di akhir kata Malay yang 'sangat Inggris' itu. Mereka bahkan tidak peduli bahwa tak cukup banyak kepulauan yang dikelilingi laut di wilayah negara mereka.
Semangat Bung Karno dalam besarkan nama Indonesia
Di saat kelahirannya, presiden Indonesia saat itu Sukarno bahkan sempat merasa jengah pada negeri yang seolah bersembunyi di balik ketiak Inggris. Bapak bangsa kita yang memang anti imperialisme barat ini kemudian menyatakan perang pada negara baru tersebut dengan alasan berupaya mencegah "Berdirinya negara boneka Malaysia".
Tentu Si Bung sadar sebagai sebuah negeri yang baru merdeka 8 tahun (Indonesia dianggap merdeka 22 Desember 1949 dengan 17 Agustus 1945 sebagai hari proklamasi) membutuhkan identitas kebangsaan Indonesia, lengkap dengan gagasan penyatuan Nusantara dan Semenanjung Malaya adalah bagiannya. Maka dengan penuh kegagahan, proklamator kita ini menyatakan konfrontasi terbuka dengan negeri jiran yang baru merdeka.
Saat itu, Indonesia adalah sebuah kekuatan yang dianggap sangat potensial oleh banyak bangsa di dunia. Sumber daya alam yang melimpah dengan batas laut terpanjang di dunia membuat negeri ini diramalkan akan segera menguasai dunia dengan segala kekayaan dan kemampuan mereka. "Negeri yang kan mengontrol perdagangan dunia," tulis National Geographic edisi Agustus 1955, tepat 10 tahun setelah proklamasi dan 6 tahun setelah kemerdekaan resmi.
Negeri yang mengundang decak kagum
YA! Indonesia, negeri yang sangat mengundang decak kagum siapapun yang baru melihatnya di peta dunia. "Negerimu dikelilingi oleh laut, sementara kami tidak punya pantai sama sekali," ujar Robert Kerjes, rekan kerja saya di Budapest, Hongaria. Kehidupan luar biasa penuh keindahan adalah yang ia bayangkan setiap kali memandangi kembali peta Indonesia di google yang saya sodorkan serta foto-foto saya saat berada di Papua, Maluku ataupun sekedar Anyer.
Mengabadikan Kekuatan Supranatural
Men, Mountains and Sea merupakan proyek foto hitam putih Rony Zakaria yang mengabadikan hubungan antara manusia dengan alam. Ia memotret panorama Indonesia dengan ritual berbagai kepercayaan dan penghormatan kepada alam.
Foto: Rony Zakaria
Bromo, Jawa Timur, 2009
Kawah Tengger, Gunung Bromo, Gunung Batok dan Semeru di malam hari, sebelum puncak perayaan Hindu Yadnya Kasada, dimana orang-orang Tengger memohon berkah dari Hyang Widi Wasa, dengan melemparkan sesajen berupa makanan dan hasil panen mereka ke kawah Gunung Bromo.
Foto: Rony Zakaria
Merapi, Jawa Tengah, 2008
Seorang pria berjalan di puncak gunung. Puncak Gunung Merapi, dengan Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing sebagai latar belakangnya. Gunung Merapi merupakan salah satu dari lebih 100 gunung berapi aktif di Indonesia.
Foto: Rony Zakaria
Bromo, Jawa Timur, 2012
Para peziarah tengah beristirahat di pinggiran kawah Gunung Bromo. Masyarakat setempat sangat menghormati gunung di pulau Jawa yang dianggap sakral ini.
Foto: Rony Zakaria
Bromo, Jawa Timur 2009
Para pemuka adat Tengger mengumpulkan air suci di air terjun Madakaripura sebagai bagian dari ritual perayaan Yadnya Kasada. Selama festival berlangsung, para warga memohon berkat dari Hyang Widi Wasa dengan memberikan sesajen.
Foto: Rony Zakaria
Yogyakarta, 2009
Para wisatawan di pantai Parangtritis menikmati matahari terbenam. Di pantai ini diyakini sebagai wilayah kekuasaan Nyai Roro Kidul, penguasa pantai selatan. Para pengunjung biasanya tidak disarankan memakai pakaian berwarna hijau, karena ada kepercayaan bahwa mereka yanag berpakaian hijau akan diambil oleh Ratu Pantai Selatan.
Foto: Rony Zakaria
Yogyakarta, 2009
Warga Yogyakarta bersembahyang di Pantai Parangkusumo, dalam upacara Labuhan Alit. Mereka memohon jalan keluar dari masalah-masalah kehidupan yang dihadapi. Mulai dari masalah keuangan, karir, keluarga, percintaan dan lain-lain.
Foto: Rony Zakaria
Bali, 2008
Seorang pria di pantai Batubolong Bali sedang mencuci topeng tradisional di laut untuk upacara penyucian. Emas dan mutiara hiasan topeng ini dicuri beberapa waktu sebelumnya. Jadi warga lokal ingin membuang sisa-sisa kejahatan itu dengan melarungkannya di laut.
Foto: Rony Zakaria
Jepara, 2012
Parade perahu nelayan di pantai Jepara dalam ritual “Sedekah Laut“, merupakan tradisi rutin memberikan sesajen kepada penguasa laut. Ritual dipercaya dapat memberikan berkah bagi musim mencari ikan berikutnya.
Foto: Rony Zakaria
8 foto1 | 8
Indonesia, nama itu saya sebut berulang kali saat orang berkata tentang negeri mereka yang kaya. Saya menyebut betapa minyak berada di atas kepala dan di bawah kaki orang Sumatera. Betapa kayu sangat berlimpah di Kalimantan, minyak bumi berkualitas nomer satu....catat KUALITAS NOMER SATU! yang hanya bisa ditemui di negeri saya dan Amerika Serikat saja.
Negeri saya adalah negeri yang sangat… sangat.. sangat dan sangat 'kaya'. Tak ada bangsa di dunia ini yang mampu membayangkan betapa dahsyatnya segala penjuru negeri dengan garis pantai terpanjang, kekayaan bio organik kelautan tanpa tanding, primata yang beragam.....sampai ke etnis/bangsa ataupun bahasa yang jumlahnya saja sudah bisa bikin orang-orang Eropa itu pingsan! Negeri saya konon memiliki 1687 bahasa lokal, jauh lebih banyak dari total bahasa di benua Eropa digabung jadi satu.
Di negeri saya matahari bersinar tanpa henti sepanjang 12 jam setiap harinya non-stop selama 12 bulan sepanjang tahun. Apa yang disebut badai di Eropa, bagi kami di Indonesia hanyalah sekedar hujan lebat berangin bonus pohon kecil tumbang.
Mereka bandingkan dengan Malaysia dan Thailand
Itulah negeri saya dan kalimat-kalimat penuh hiburan itu saya ucapkan saat teman saya sibuk berkata bahwa mereka ingin berlibur di Thailand, Malaysia atau bahkan Vietnam. Mereka semua ingin melihat Asia Tenggara yang hijau ini, kawasan yang hanya bisa mereka lihat di film-film perang Vietnam milik Hollywood.
Wajah mereka antusias saat menyebut Thailand dan Malaysia namun berubah berkerut saat saya berkata "Kamu harus mampir ke Indonesia," Dengan senyum ramah Erika Zoos menjawab "Malaysia sangat indah, Thailand juga dan kami sudah menata waktu untuk mengunjungi tempat-tempat di sana," dengan nada yang dibaik-baikkan saya merespon "Kasitahu deh 20 tempat terbaik di dua negara itu dan saya akan kasi 50 tempat yang lebih baik dalam satu tarikan nafas."
Ilusi Kekayaan Alam Indonesia
Kekayaan alam Indonesia yang banyak dikumandangkan ternyata cuma ilusi belaka. Dari berbagai jenis komoditi mineral, jumlah cadangan dan produksi Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara lain
Foto: picture-alliance/dpa/Omer Saleem
1. Emas
Dari hampir 3000 ton emas yang diproduksi dunia per tahun, 450 ton di antaranya ditambang di Cina. Sementara Australia (274 ton), Rusia (247) dan Amerika Serikat (210) mengekor di lima besar. Adapun Indonesia berada di urutan ke-11 negara produsen emas terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 69 ton per tahun.
Foto: Fotolia/Scanrail
2. Tembaga
Chile merajai pasar tembaga dunia. Saat ini negara di Amerika Selatan itu memproduksi 3,4 juta ton setiap tahunnya. Di peringkat kedua menyusul Cina, Peru dan Australia yang masing-masing memproduksi sekitar 1 juta ton per tahun. Adapun Indonesia berada di peringkat 11 dengan kapasitas produksi sekitar 400 ribu ton per tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
3. Perak
Tahun 2014 silam Indonesia berada di urutan 15 dalam daftar negara produsen perak terbesar di dunia. Saat ini pasar perak masih dikuasai Meksiko dengan kapasitas 5.400 ton per tahun, disusul Cina (4.000 ton) dan Peru (3.500 ton). Sementara Australia dan Rusia melengkapi daftar lima besar.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
4. Aluminium
Cina adalah produsen aluminium terbesar di dunia dengan kapasitas 24,5 juta ton per tahun. Sementara Rusia dan Kanada menguntit di belakang dengan jumlah produksi antara 3 hingga 3,5 juta ton setiap tahunnya. Adapun Indonesia yang 2014 silam memproduksi 250 ribu ton aluminium jauh tertinggal di posisi 24 .
Foto: dapd
5. Bauksit
Seperti pada banyak komodtas mineral lain, Australia dan Cina berada di urutan teratas. Untuk produksi bauksit (bauxit) misalnya, Australia mencatat kapasitas tahunan sebesar 81 juta ton, sementara Cina 47 juta ton. Brazil melengkapi daftar tiga besar dengan produksi 32,5 juta ton pada tahun 2014 silam. Adapun Indonesia berada di urutan 13 dengan kapasitas 500.000 ton per tahun.
Foto: Getty Images/AFP/M. Vatsyayana
6. Bijih Besi
Lagi-lagi Cina menempati posisi teratas untuk komoditas bijih besi dengan kapasitas produksi 1,5 milyar ton per tahun. Australia berada di tempat kedua dengan 660 juta ton yang diikuti Brazil dengan 320 juta ton. Adapun Indonesia berada di posisi 39 dengan jumlah produksi berada di kisaran 50 ribu ton per tahun.
Foto: picture-alliance/Imaginechina/Y. Fangping
7. Timah
Indonesia boleh lega karena memiliki cadangan timah yang termasuk tertinggi di dunia. Tahun 2014 silam, Indonesia tercatat sebagai produsen timah terbesar kedua di dunia setelah Cina. Dari sekitar 300.000 ton produksi timah dunia, 125.000 diantaranya berasal dari Cina dan 95.000 diproduksi di Indonesia.
Foto: Steven Wassenaar
7 foto1 | 7
Negeri saya bernama Indonesia dan mereka tidak tahu dimana negeri itu berada. Kawasan yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan jarak yang setara dengan rentang Belfast sampai ke Teheran.
Negeri saya adalah negeri yang sangat luas namun sangat jarang orang tahu dimana negeri itu berada "Dia pakai handset dari Malaysia, bisa gak dipakai di sini?" tanya Maximilian, Liaison Officer saya di sebuah festival film di Regensburg, Jerman. Saya menegur dia dengan menyebut asal saya dan ia menjawab "Sama saja, kan?"
Mengapa jadi tampak pandir?
Saya mengunjungi Malaysia untuk ke-8 kalinya dan sekitar ke-38 kali jika dihitung dengan segala transit saya di sana. Malaysia, negeri yang selalu membuat saya merasa bahwa negeri dan bangsa saya yang sangat saya cintai menjadi tampak sangat bodoh, tolol dan pandir.
Dengan cerdas mereka mengemas segala brosur pariwisata ataupun video wisata yang menunjukkan keindahan alam mereka (yang sebenarnya sedikit itu). Iklan yang tersebar di pelosok negara, museum yang terjaga, petunjuk pariwisata yang sangat membantu sampai selebaran dan poster yang menghampar dimanapun itu.......bahkan juga bisa ditemukan pada jarak 80 meter dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di London yang megah itu tanpa saya bisa menemukan secuilpun info tentang negeri yang sangat saya bela ini dimanapun itu di Inggris!
"Apa saja tempat yang asyik buat dilihat?" tanya saya iseng pada petugas hostel ketika saya menginap di Kuala Lumpur. Maka ia pun menjawab yang jika jawaban tersebut di Jakarta maka akan setara "Monas, Mangga Dua, Glodok, Fatahillah, tempat makan di Pecenongan, Condet, Plasa Senayan, Pacific Place, Jalan Sudirman, Jalan Jaksa, Jalan Sabang......."
Penulis:
Andibachtiar Yusuf, pembuat film dan pengelana
@andibachtiar
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
VOC - Mendunia Berkat Bumi Indonesia
VOC menjelma menjadi raksasa dagang berkat menguasai bumi Indonesia. Kompeni bentukan Belanda itu bertindak layaknya negara. Tapi lalu remuk tanpa bersentuhan dengan musuh. Ini perusahaan multinasional pertama di dunia.
Foto: public domain
Jelajah Bumi demi Rempah
Rempah adalah faktor besar yang mendorong kolonialisme. Tidak berbeda dengan Belanda. Lantaran takut tersaingi oleh Portugis dan Inggris, negeri kincir angin ini membentuk perusahaan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) untuk memonopoli jalur perdagangan rempah di Asia. Berbekal kekuasaannya di Indonesia, VOC menjelma menjadi raksasa multinasional pertama di dunia.
Foto: picture-alliance/akg
Negara dalam Negara
VOC bukan cuma sekedar perusahaan biasa. Ia bertindak layaknya sebuah negara. Kompeni bentukan Belanda ini misalnya berwenang buat merangkai perjanjian multilateral, membangun koloni, memenjarakan dan mengeksekusi mati terpidana, membangun pasukan bersenjata dan membentuk mata uang sendiri.
Foto: public domain
Kaya dan Berkuasa
Sejak berdiri tahun 1602 hingga 1799, VOC tercatat mempekerjakan hampir satu juta penduduk Eropa dan mengirimkan 4785 kapal dagang ke Asia yang membawa sekitar 2,5 juta ton barang dagang. Berkat keberhasilan di Indonesia, VOC bahkan mampu menerbitkan saham pertama di dunia (gambar).
Foto: Privat
Jayakarta Menjadi Batavia
Awalnya VOC mendapat hak dagang dari kesultanan Banten. Namun Gubernur Jendral VOC pertama, Pieter Both memilih Jayakarta sebagai pusat administrasi. Belanda kemudian mengubah kota kecil itu menjadi kota dagang besar dengan benteng dan pelabuhan.
Foto: public domain
Coen, Jagal dari Batavia
Adalah Jan Pieterszoon Coen yang bertanggungjawab atas dominasi VOC di Indonesia. Sempat nyaris terusir oleh Pangeran Jayakarta, Belanda tahun 1627 lalumenugaskan Coen untuk menumpas tentara kerajaan Jayakarta. Setelah berkuasa, Coen mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia. Oleh sejahrawan, ia digambarkan sebagai pribadi yang kejam dan gemar menggunakan kekerasan.
Foto: gemeinfrei
Jantung Kolonialisme
Nama Batavia berasal dari nama suku Germanik, Batavi, yang bermukim di kawasan sungai Rhein. Penduduk Belanda meyakini, suku tersebut adalah nenek moyang mereka. Di kota baru ini, Belanda membangun banyak infrastruktur yang terutama berfungsi sebagai kantor administrasi, pangkalan militer, pelabuhan dan berbagai tempat hiburan buat penduduk non pribumi.
Foto: public domain
Menggurita di Asia
Kendati bermarkas di Batavia, aktivitas dagang VOC melebar ke wilayah Asia Timur semisal Cina dan Jepang. Indonesia saat itu adalah pemasok rempah terbesar dunia di samping Asia Selatan. Nilai perusahaan swasta Belanda itu ditaksir mencapai 7,4 Milyar US Dollar dengan nilai uang saat ini.
Foto: public domain
Remuk dari Dalam
Tanpa lawan yang memadai, VOC sejatinya mampu bertahan hidup lebih lama. Tapi korupsi yang merajalela membuat perusahaan multinasional pertama di dunia itu ambruk di tahun 1799. Akibatnya semua aset dan utang VOC dilimpahkan pada kerajaan Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan, menjadi milik Republik Indonesia.