Pemberontak Suriah akan bertemu pihak pemerintah hari Senin (21/01) di ibukota Kazakhtan, Astana, guna mengakhiri konflik berkepanjangan.
Iklan
Tatap muka ini disambut oleh semua pihak yang terlibat dalam peperangan. Namun kedua belah pihak yang telah tiba di Kazakhstan ini tampaknya hadir dengan ide-ide berbeda dari tujuan mereka. Berbagai kalangan meragukan apakah mereka pada kenyataannya bisa duduk bersama, mencari penyelesaian konflik yang telah meletus sejak tahun 2011 itu.
Tepat sebelum pembicaraan itu akan dimulai, juru bicara oposisi Yehya al-Aridi mengatakan kepada AFP bahwa pihak oposisi akan "berpartisipasi dalam pembicaraan, namun sesi negosiasi pertama kemungkinan akan dilakukan di ‘kamar terpisah".
Kelompok pemberontak mengatakan, pertemuan itu akan berfokus pada upaya memperkuat gencatan senjata nasional yang rapuh akibat dilanggar rezim yang didukung Rusia tersebut.
Presiden Suriah Bashar al Assad telah mendesak agar kaum pemberontak meletakkan senjata mereka sebagai bagian dari kesepakatan amnesti, dan menyerukan solusi politik "komprehensif" atas konflik yang telah menewaskan lebih dari 310.000 orang dan menelantarkan lebih dari setengah penduduk Suriah tersebut.
Diselenggarakan oleh Turki, Rusia dan Iran, negosiasi berlangsung sebulan setelah rezim Assad merebut kembali daerah-daerah pemberontak di Aleppo dan mencetak kemenangan terbesar sejak perang dimulai.
'Armagedon' di Aleppo
Kota Aleppo di Suriah jadi "neraka" diluluhlantakkan serangan udara pasukan pemerintah Suriah dibantu Rusia bulan September 2016. Kehancuran luar biasa yang ditimbulkan dapat disimak dalam galeri foto ini:
Foto: Reuters/A. Ismail
Luluh lantak
Seorang pria berjalan di antara reruntuhan gedung-gedung di kawasan al Qaterji, Aleppo yang hancur luluh akibat serangan udara saat pecah pertempuran antara pasukan pemerintah melawan kaum pemberontak..
Foto: Reuters/A.Ismail
Kota membara
Seorang pria berjalan melewati kepulan asap dari sebuah bis yang terbakar, akibat serangan udara di kawasan Salaheddin yang dikuasai pemberontak. Perserikatan Bangsa-bangsa menyatakan, dalam tahun-tahun terakhir, ini adalah serangan terburuk yang pernah dilakukan dalam menghancurkan sebuah kota.
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Korban cedera dan tewas terus berjatuhan
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut tubuh korban serangan di Salaheddin..
Foto: GettyImages/AFP/A. Alhalbi
Apa yang tersisa?
Usai serangan, warga di distrik Bustan al Qasr memeriksa kerusakan yang terjadi akibat pertempuran dan mencari sesuatu yang masih bisa diselamatkan. Foto diambil anggota Helm Putih.
Foto: Picture-Alliance/dpa/Syrian Civil Defense White Helmets
Lahan pun amblas
Anak-anak melewati lahan yang amblas di kawasan Muyeser setelah pasukan Suriah dan Rusia melancarkan serangan udara.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Lubang menganga
Sebuah gedung masih berdiri tanpa atap dan didingnya berlubang besar akibat serangan udara. Penghuni gedung terpaksa menyingkir, karena bangunan senmacam ini pasti akan jadi sasaran serangan berikutnya.
Foto: picture-alliance/abaca/J. Al Rifai
Kemana mencari air?
Nyaris seluruh infrastruktur di kota kedua terbesaar Suriah itu hancur karena pertempuran sengit. Warga kini kesulitan mendapat air bersih, karena bansyak pipa air bersih hancur terkena ledakan.
Foto: Reuters/A. Ismail
Keluarga yang terporak-poranda
Makin banyak warga terpaksa meninggalkan rumah kediaman mereka yang remuk redam dihantam bom dan tak ada lagi yang tersisa. Keluarga cerai berai dan kota porak poranda.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mohammed
Nyawa tak ada harganya
Pekerja bantuan Suriah bersama warga setempat bergotong royong mengangkut jenazah korban serangan tanggal 23 September 2016 di Al Marja. Di ajang pertempuran di Aleppo nyawa manusia nyaris tak ada harganya lagi.
Foto: Getty Images/AFP/A. Alhalbi
Masihkah ada masa depan?
Seorang anak di Tariq al Bab hanya mampu memandangi kerusakan di lingkungan tempat tinggalnya. Sulit membayangkan bagaimana masadepan mereka. Bahkan harapan untuk gencatan senjata-pun kini nyaris musnah.
Foto: Reuters/A. Ismail
10 foto1 | 10
Kepala juru runding oposisi Mohammad Alloush tiba di Astana pada hari Minggu (22/01) dengan disertai dengan belasan tokoh pemberontak, demikian dilaporkan koresponden AFP. "Ini bukan pengganti untuk proses negosiasi di Jenewa," kata negosiator pemberontak Fares Buyush -- mengacu pada negosiasi politik yang difasilitasi PBB, yang akan dilanjutkan di Swiss bulan depan.
Juru bicara delegasi Osama Abu Zeid mengatakan, pihak pemberontak prihatin dengan apa yang disebut "lebih dari sekedar gencatan senjata". Kepada AFP ia menjelaskan: "Masalahnya adalah pemantauan, investigasi, dan mekanisme akuntabilitas di lokasi." Ditambahkanyna lebih lanjut: "Kami ingin mekanisme ini berlangsung baik sehingga tidak lagi terulang."
Upaya sebelumnya untuk mengamankan gencatan senjata jangka panjang di Suriah telah goyah, dimana kedua belah pihak saling tuding telah melakukan pelanggaran.
Delegasi pemerintah Suriah terdiri dari 10 anggota, dipimpin oleh Duta Besar Suriah untuk PBB Bashar al-Jaafari. Mereka juga telah tiba pada hari Minggu (22/01) demikian dilaporkan televisi pemerintah Suriah.
Media pemerintah Suriah melaporkan bahwa rezim Assad telah bertemu delegasi Iran, serta utusan khusus PBB untul Suriah, Staffan de Mistura pada Senin (23/01) untuk membahas posisi mereka.
Sementara para negositor pihak-pihak yang bertikai menuju ke Astana, pada hari Minggu (22/01) tiga serangan udara yang dilakukan militer rezim Suriah menewaskan sembilan warga sipil di wilayah yang dikuasai pemberontak di Homs, demikain dilaporkan kelompok pemantau.
Negosiasi pemberontak dan pemerintah Suriah diadakan di hotel mewah Rixos President, Di atas meja besar tunggal di ruang konferensi terpampang spanduk biru bertuliskan tagar #AstanaProcess.
Pembicaraan di Astana akan menjadi ujian besar dari kemitraan baru ini. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump diundang untuk berpartisipasi dalam pembicaraan, namun tidak mengirimkan delegasi. Washington akan diwakili duta besarnya untuk Kazakhstan, demikian kata Departemen Luar Negeri. Sementara sumber diplomatik Eropa mengatakan Prancis dan Inggris juga akan diwakili pejabat tingkat duta besar.
ap/yf (afp/ap/dpa)
Derita Sunyi Bocah Korban Perang Suriah
Tubuhnya diselimuti darah dan debu. Tanpa isak dan air mata, ia menyeka dahinya dan menatap darah di tangan. Ia dan anak-anak lain di Suriah menjadi korban kebiadaban perang.
Foto: Reuters/M. Rslan
Tanpa isak dan air mata
Omran Daqnesh bersama bocah lainnya duduk terpaku di ambulan setelah diselamatkan dari puing rumahnya yang hancur akibat perang di Allepo, Suriah. Tanpa menangis, Omran bersama anak lainnya menunggu tim relawan datang untuk memberikan pertolongan pertama, sebelum kemudian dibawa ke rumah sakit.
Foto: Reuters/M. Rslan
Simbol penderitaan
Omran, bocah Suriah yang bersimbah darah usai selamat dari serangan udara pasukan pemerintah kini menjadi simbol penderitaan penduduk kota Aleppo. Tubuhnya diselimuti luka dan debu. Sesekali ia menyeka dahinya dan menatap darah di tangannya.
Foto: picture-alliance/AA/M. Rslan
Korban tak berdosa
Bocah-bocah ini adalah korban perang antara pasukan pemerintah dengan pemberontak, yang makin membara di Allepo, Suriah, dalam beberapa waktu terakhir. Ratusan orang terenggut nyawanya.
Foto: Reuters/M. Rslan
Allepo yang membara
Dalam perang, anak-anak menjadi korban paling menderita. Allepo terbagi dua, kelompok pemberontak menguasai bagian timur dan pasukan pemerintah yang didukung militer udara Rusia di bagian barat. Sejauh ini perang di Suriah telah menelan 290.000 korban jiwa dan jutaan pengungsi sejak 2011.
Foto: Getty Images/AFP/B. Al-Halabi
Tumpang tindih perang
Masuknya ISIS menyebabkan situasi perang di Suriah antara pemberontak dengan pasukan pemerintah bertambah sulit. Di Suriah, ISIS mendidirikan kekalifahan di Raffa. Foto-foto anak-anak korban perang di Suriah menunjukkan keganasan peperangan yang dilakukan berbagai pihak.