Perundingan damai Suriah di Jenewa dihentikan untuk sementara. Delegasi oposisi menuding rezim Assad tidak berniat mewujudkan perdamaian. Sementara perundingan terhenti, pertempuran terus berkecamuk
Iklan
Jalan menuju perdamaian Suriah berliku dan terjal. Baru pada November silam, negosiasi damai perang Suriah digelar, kini "ditunda untuk sementara" hingga 25 Februari mendatang, tutur Utusan Khusus PBB Staffan de Mistura.
Mistura menepis asumsi bahwa jeda tersebut berarti kegagalan perundingan. "Ini bukan akhir dari segalanya dan bukan pula kegagalan negosiasi," tukasnya. "Kedua pihak berkeinginan melanjutkan proses perundingan."
Oposisi mangkir
Terutama pihak oposisi yang disokong Arab Saudi berulangkali mangkir dari meja perundingan. Mereka mendesakkan syarat agar pemerintah Suriah harus terlebih dulu menghentikan aksi pemboman, mengizinkan penyaluran bantuan ke wilayah pemberontak dan membebaskan ribuan tawanan perang.
"Delegasi oposisi tidak akan kembali ke Jenewa sampai kita melihat adanya langkah positif dari pemerintah Assad dalam isu-isu kemanusiaan," tegas Riad Hajib, ketua juru runding oposisi. "Kami datang ke Jenewa untuk membuktikan bahwa rezim Suriah tidak tertarik pada solusi politik," imbuhnya lagi.
Tudingan tersebut dimentahkan oleh delegasi pemerintah Suriah. Bashar Ja'fari, ketua juru runding pemerintah mengklaim pihak oposisi "mendapat perintah dari majikannya untuk menggagalkan perundingan."
"Memang ada kegagalan. Kegagalan itu milik semua kecuali pemerintah Suriah," ujar Ja'fari. "Yang bertanggungjawab adalah Arab Saudi, Turki dan Qatar. Mereka lah majikan sebenarnya delegasi bentukan Riyadh."
Baku tembak berlanjut
Pada saat pembicaran di Jenewa dihentikan, pertempuran dilaporkan terus berlanjut. Rabu (3/2) pasukan pemerintah yang didukung angkatan udara Rusia merebut dua desa yang dikuasai pemberontak di utara Suriah.
Kedua desa yang berada dalam cengkraman oposisi selama tiga tahun terakhir itu bernilai simbolik karena berada di jantung kekuasaan pemberontak dan menghubungkan kota Aleppo dan perbatasan Turki.
Operasi militer pemerintah Suriah itu sontak dikecam oleh Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius. Menurutnya rezim Assad dan para pendukungnya "tidak bersedia berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian dan sengaja menggagalkan proses perundingan."
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.