Ketika dampak krisis iklim mulai disadari oleh Cordula Weimann, dia memutuskan untuk membuat perubahan. Dia berhenti mengendarai mobil sport, jalan-jalan naik pesawat, lalu memulai gerakan "Nenek untuk Masa Depan".
Iklan
Cordula Weimann tidak ingin masa pensiunnya dihabiskan hanya untuk berdiam diri saja. Nenek berusia 62 tahun itu justru memilih untuk mengabdikan hidupnya mengedukasi para lansia tentang dampak lingkungan yang timbul akibat gaya hidup mereka selama ini.
“Tentu saja, kami para lansia juga berperan (terhadap perubahan iklim) untuk waktu yang cukup lama,” ucapnya dalam wawancaranya kepada DW dalam podcast lingkungan, On the Green Fence.
“Tapi anda baru benar-benar merasa bersalah jika anda tahu apa yang anda lakukan itu salah. Kami tidak pernah diberi tahu sebelumnya betapa buruknya dampak budaya konsumerisme kami bagi planet ini. Anda tidak bisa menyalahkan kami untuk itu.”
Cuaca Ekstrem Mematikan Kejutkan Dunia
Dari Jerman, Kanada hingga Cina, gambar-gambar dramatis dari dampak buruk cuaca ekstrem telah mendominasi kepala berita baru-baru ini. Apakah krisis iklim yang menjadi penyebabnya?
Foto: AFP/Getty Images
Banjir bandang dahsyat di Eropa
Banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya ini disebabkan oleh hujan lebat selama dua hari berturut-turut. Aliran air yang sempit meluap menjadi amukan banjir hanya dalam hitungan jam dan menghantam perumahan warga. Sedikitnya 209 orang tewas di Jerman dan Belgia. Upaya pemulihan rumah, bisnis, dan infrastruktur yang rusak diperkirakan menelan biaya miliaran euro.
Foto: Thomas Lohnes/Getty Images
Musim hujan ekstrem
Banjir juga melanda sebagian wilayah di India dan Cina bagian tengah. Hujan turun sangat lebat, bahkan lebih deras dari yang biasanya turun di musim hujan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa perubahan iklim akan menyebabkan curah hujan yang lebih sering dan intens, karena udara yang lebih hangat menahan lebih banyak air, sehingga menciptakan lebih banyak hujan.
Foto: AFP/Getty Images
Banjir menggenangi Cina bagian tengah
Curah hujan yang memecahkan rekor selama berhari-hari menyebabkan banjir dahsyat di seluruh provinsi Henan, Cina, pada akhir Juli. Puluhan orang tewas, ratusan ribu lainnya mengungsi, dan banyak warga masih dilaporkan hilang. Di Zhengzhou, ibu kota provinsi Henan, warga terjebak di rel kereta bawah tanah ketika banjir datang. Daerah pedesaan dilaporkan terkena dampak lebih parah.
Foto: Courtesy of Weibo user merakiZz/AFP
Rekor suhu panas di AS dan Kanada
Suhu yang semakin panas juga menjadi lebih umum terjadi. Seperti di negara bagian Washington dan Oregon di AS dan provinsi British Columbia di Kanada pada akhir Juni lalu. Ratusan kematian terkait suhu panas dilaporkan terjadi di sana. Desa Lytton di Kanada bahkan mencatat suhu tertinggi hingga 49,6 Celcius.
Foto: Ted S. Warren/AP/picture alliance
Kebakaran hutan memicu badai petir
Gelombang panas mungkin sudah berakhir tetapi kondisi kering telah memicu salah satu musim kebakaran hutan paling intens di Oregon, AS. Kebakaran yang dijuluki Oregon’s Bootleg Fire itu menghanguskan area seluas Los Angeles hanya dalam waktu dua minggu. Saking besarnya, asap dari kebakaran dilaporkan sampai ke New York.
Foto: National Wildfire Coordinating Group/Inciweb/ZUMA Wire/picture alliance
Amazon mendekati ‘titik kritis’?
Brasil bagian tengah dilaporkan mengalami kekeringan terburuk dalam 100 tahun, sehingga meningkatkan risiko kebakaran dan deforestasi lebih lanjut di hutan hujan Amazon. Menurut para ilmuwan, sebagian besar wilayah tenggara Amazon telah berubah fungsi dari yang awalnya menyerap emisi, kini berubah menjadi memancarkan emisi CO2, menempatkan Amazon lebih dekat ke ‘titik kritis’.
Foto: Andre Penner/AP Photo/picture alliance
‘Di ambang bencana kelaparan’
Setelah bertahun-tahun alami kekeringan, lebih dari 1,14 juta orang di Madagaskar mengalami kerawanan pangan. Beberapa dari mereka terpaksa memakan kaktus mentah, daun liar, dan belalang, dalam kondisi yang mirip seperti ‘wabah kelaparan’. Nihilnya bencana atau konflik membuat situasi di sana disebut sebagai kelaparan pertama dalam sejarah modern yang semata-mata disebabkan oleh perubahan iklim.
Foto: Laetitia Bezain/AP photo/picture alliance
Melarikan diri dari bencana
Tahun 2020, jumlah orang yang melarikan diri dari konflik dan bencana alam mencapai level tertinggi dalam 10 tahun. Jumlah orang yang berpindah di dalam negera mereka sendiri mencapai rekor 55 juta, sementara 26 juta lainnya melarikan diri hingga melintasi perbatasan. Sebuah laporan dari pemantau pengungsi pada bulan Mei menemukan tiga perempat dari pengungsi internal adalah korban cuaca ekstrem.
Foto: Fabeha Monir/DW
London terendam banjir
Tidak hanya negara-negara di Eropa utara, Inggris juga dilanda banjir bandang. Beberapa bagian London dibanjiri oleh air yang naik dengan cepat karena hujan lebat dalam satu hari. Stasiun kereta bawah tanah dan jalan-jalan juga terendam banjir. Menurut Wali Kota London Sadiq Khan, banjir bandang menunjukkan bahwa “bahaya perubahan iklim kini bergerak lebih dekat ke rumah.”
Foto: Justin Tallis/AFP/Getty Images
Yunani ‘meleleh’ akibat gelombang panas
Sementara negara-negara di Eropa utara mengalami banjir, negara di bagian selatan seperti Yunani justru dicengkeram oleh gelombang panas di awal musim panas. Di minggu pertama bulan Juli, suhu melonjak hingga 43 derajat Celcius. Tempat-tempat wisata seperti Acropolis terpaksa ditutup pada siang hari, sementara panas ekstrem memicu kebakaran hutan di luar kota Thessaloniki.
Foto: Sakis Mitrolidis/AFP/Getty Images
Sardinia dilanda kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya
“Ini adalah kenyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Sardinia,” kata Gubernur Sardinia Christian Salinas tentang kebakaran hutan di sana. “Sejauh ini, 20.000 hektar hutan yang mewakili sejarah lingkungan selama berabad-abad di pulau kami telah hangus menjadi abu," tambahnya. Sedikitnya 1.200 orang dievakuasi akibat kebakaran tersebut. (gtp/hp)
Foto: Vigili del Fuoco/REUTERS
11 foto1 | 11
Ibu dari tiga anak dan tiga cucu yang tinggal di Leipzig ini lalu membentuk gerakan "Omas for Future" (Nenek untuk Masa Depan) di tahun 2019 sebagai dukungan terhadap gerakan global anak muda untuk iklim, Fridays for Future.
“Saya berpesan kepada diri saya sendiri, ‘jika lansia tidak ikut serta, maka anak muda tidak bisa berbuat apa-apa.’ Untuk itulah Omas for Future hadir.”
Weimann berharap, gerakan ini bisa meningkatkan kesadaran lansia dan memotivasi mereka untuk mengambil langkah konkrit dalam mengurangi jejak karbon — demi masa depan anak cucu mereka.
Iklan
Berbicara dari pengalaman sendiri
Populasi Jerman yang semakin menua dapat diartikan bahwa para lansia akan memiliki suara terbesar dalam pemilu federal yang berlangsung 26 September mendatang. Dari total 60,4 juta pemilih yang memenuhi persyaratan, hanya 15% di antaranya yang berada pada usia di bawah 30 tahun. Sekitar 60% pemilih justru berusia di atas 50 tahun.
“Ini adalah kenyataan yang menyedihkan bahwa kami para kakek nenek justru yang memutuskan masa depan anak-anak kami — tidak hanya dalam pemilu, tetapi juga dalam hal kebiasaan konsumsi sehari-hari,” ujar Weimann.
“Tentunya ini juga kenyataan, ketika nanti anak-anak sudah keluar dari rumah dan masa pensiun sudah di depan mata, banyak para lansia mengatakan, ‘Sekarang saya akan memanjakan diri saya.’ Dan ketika mereka lebih sering berjalan-jalan keliling dunia, mengendarai mobil besar, dan mengkonsumsi barang-barang yang tidak perlu selain untuk memanjakan diri mereka.”
Weimann, dengan wajah bersahabat dan terbuka yang dibingkai rambut beruban sepanjang pundak, berbicara dari pengalamannya sendiri. Sebelum menjadi seorang aktivis lingkungan, dia adalah seorang entrepreneur di Paderborn dalam bidang renovasi bangunan tua untuk dijadikan rumah baru. Dia dulu mempunyai mobil sport dengan atap terbuka dan mengambil penerbangan saat berlibur. Ketika sudah memiliki tiga orang anak dan karir yang bagus, dia dulu berpikir, “‘Jika saya sudah bekerja sebanyak ini, maka saya ingin sesuatu dari itu — saya harus memanjakan diri saya.’ Semakin banyak saya bekerja, semakin banyak pula saya ingin keseimbangan ini. Saya juga dulu berpikir mengendarai mobil dengan atap terbuka akan terasa elegan.”
Lalu apa yang berubah?
Weimann tumbuh dan besar di wilayah barat Jerman Niederrhein dan mengatakan dia selalu peduli dengan alam dan lingkungan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir semakin banyak dia menyadari bagaimana gaya hidup dan kebiasaannya mengkonsumsi ternyata berdampak buruk terhadap planet bumi, semakin dia menyadari pula pentingnya membuat perubahan. Kemudian dia pun mengingat mirisnya ketika melihat angka yang mengkhawatirkan di tahun 2017, lalu membuatnya semakin fokus terhadap gentingnya krisis yang sedang dihadapi.
“Saya dulu tidak mengetahui bahwa kepunahan spesies berlangsung sangat cepat, 75% serangga terbang hilang, 68% spesies burung berkicau kita sudah berkurang,” ujarnya. “Saya dulu tidak tahu itu angka konkritnya.”
Weimann mengatakan dirinya kini tinggal dalam rumah kayu yang bebas karbon di Leipzig. Dia juga mengganti mobil sportsnya dengan mobil listrik. Dia juga tidak membeli pakaian baru lagi sebagai sebuah aturan, makan sedikit daging dan belanja produk organik sebanyak mungkin. Dia juga tidak lagi bepergian dengan pesawat, meski memiliki anak yang tinggal di luar negeri.
“Dan jika saya terpaksa harus naik pesawat untuk suatu alasan, saya tentunya akan mengganti hal tersebut dengan berinvestasi terhadap upaya-upaya pengurangan karbon,” imbuhnya.
Hari Bumi Sedunia 2021: Pulihkan Bumi Kita
Selama lebih dari 50 tahun, Earth Day yang diperingati setiap 22 April menjadi ajang edukasi sekaligus protes lingkungan tahunan terbesar di dunia. DW mengulas sejarah hari itu dan upaya yang bisa dilakukan tahun ini.
Foto: Reuters/NASA
Awalnya insiden tumpahan minyak California
Pada 1969, lebih dari 11 juta liter minyak tumpah ke laut di California menyusul kecelakaan di anjungan pengeboran lepas pantai. Meningkatnya minat publik terhadap isu lingkungan membuat Senator AS Gaylord Nelson merancang "edukasi" tentang wawasan lingkungan di universitas pada April 1970. Acara ini kemudian ditetapkan menjadi peringatan Hari Bumi pertama.
Foto: Wally Fong/AP Photo/picture alliance
Perjanjian Iklim Paris
Hari Bumi 1970 diperingati dengan aksi unjuk rasa terbesar di dunia yang pernah ada. Sejak saat itu, Earth Day menjadi acara internasional untuk mengedukasi dan menyoroti masalah lingkungan. Pada 2016, Perjanjian Paris untuk membatasi kenaikan suhu global ditandatangani oleh perwakilan lebih dari 170 negara. Para diplomat menandai hari itu dengan menanam pohon di Markas Besar PBB di New York.
Foto: Andy Katz//Pacific Press/picture alliance
Hari Bumi diperingati secara virtual
Peringatan Earth Day yang ke-50 tahun pada 2020 diselenggarakan secara online akibat merebaknya pandemi COVID-19. Lebih dari 100 juta orang diperkirakan berpartisipasi dalam acara itu secara virtual. Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg menggelar diskusi online terbuka dengan para ilmuwan iklim.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Gow
Massa pengunjuk rasa menuntut perubahan
Akibat pandemi, konferensi iklim PBB, COP26, yang dijadwalkan di Glasgow pada Desember 2020 telah ditunda. Sebelumnya pada 2019, ribuan pengunjuk rasa di COP25 Madrid mendesak pemerintah untuk berbuat lebih banyak untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan. Sejak Hari Bumi 2020, beberapa negara berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon.
Foto: AFP/G. Bouys
Upaya Joe Biden menghadapi perubahan iklim
Salah satu langkah pertama Joe Biden setelah dilantik adalah kembali bergabung dengan Perjanjian Iklim Paris. Presiden sebelumnya, Donald Trump nyatakan AS keluar Perjanjian Iklim. Biden juga mengumumkan KTT iklim global pada Hari Bumi 2021. Para aktivis berharap komitmen baru Amerika Serikat terhadap kebijakan berkelanjutan akan mempengaruhi negara lain.
Foto: Michael Forster Rothbart/Zuma/picture alliance
Pulihkan Bumi Kita
Hari Bumi 2021 bertema "Pulihkan Bumi Kita". Orang-orang didorong untuk mengatur tindakan pembersihan lingkungan di komunitas mereka sendiri. Pemerintah, organisasi, dan individu semuanya memiliki peran untuk masa depan planet.
Foto: MEHR
Proyek Kanopi
Salah satu proyek restorasi utama tahun 2021 adalah Proyek Kanopi yang bertujuan membantu upaya reboisasi. Menanam lebih banyak pohon dan melestarikan hutan menjadi penting dilakukan, kata penyelenggara Hari Bumi. Sejak 2010, dana yang terkumpul pada Hari Bumi digunakan untuk menanam puluhan juta pohon.
Kunci peringatan Hari Bumi 2021 bagi banyak aktivis iklim adalah peningkatan literasi iklim untuk semua orang. Pendidikan tentang perubahan iklim harus digalakkan di seluruh dunia untuk semua generasi, kata penyelenggara Hari Bumi. (ha/as)
Foto: Reuters/NASA
8 foto1 | 8
Mengubah pola pikir dan kebiasaan
Perubahan itu terjadi secara bertahap. Sekarang Weimann sedang mencoba membantu sesama di kelompok usianya agar berbuat hal yang sama. Namun dia mengakui terdapat sejumlah tantangan, seperti contoh, meyakinkan sebuah generasi yang bertahan hidup melewati — dan mengatasi — krisis sebelumnya seperti Perang Dingin dan lubang di laposan ozon dan perubahan iklim ini berbeda.
“Dan itu bahayanya, karena sekarang sangat serius! Tidak hanya pemanasan global; ini juga tentang kepunahan spesies kita, yang bisa saja mengancam kita lebih parah jika tidak segera kita hentikan.”
Sejak diluncurkan, Omas for Future telah memiliki 40 perwakilan sektor regional yang tersebar di seluruh Jerman. Meski bernama “Omas”, mereka juga menyerukan Opas, atau kakek-kakek, untuk ikut serta terlibat.
Kelompok ini kerap menghadiri unjuk rasa iklim dan menggelar kampanye untuk mendekati kelompok penduduk lansia, yang tidak banyak aktif di media sosial seperti anak muda. Weimann juga membuat podcast dengan tips terkait bagaimana cara memiliki gaya hidup yang lebih ramah iklim — seperti beralih ke listrik hijau atau mendaur ulang pakaian.
Perubahan Iklim: Apakah Kita Terjebak Lingkaran Setan?
Mulai dari pendingin ruangan di belahan bumi yang hangat, sampai obsesi membeli segalanya yang "ramah lingkungan" — sayangnya, sebagian upaya kita untuk menanggapi perubahan iklim kemungkinan membuatnya tambah buruk.
Foto: picture-alliance
Pendingin ruangan
Ketergantungan kita pada pendingin ruangan mungkin jadi hal paling ironis yang kita ciptakan berkaitan dengan upaya mencegah perubahan iklim. Ketika suhu meningkat, kita memasang AC, yang menghasilkan lebih banyak emisi, dan akhirnya meningkatkan suhu udara. Sekarang ilmuwan sibuk mencari cara menciptakan udara lebih sejuk tanpa listrik.
Foto: Getty Images/AFP/T. Bahar
Mobil listrik
Mobil jenis ini mendapat predikat "hijau". Tapi apakah kendaraan ini benar-benar "bersih"? Memang emisi CO2 yang diproduksi lebih sedikit, jika kendaraan ini digunakan. Tetapi yang "hijau" sebenarnya hanya sumber energinya saja. Produksi kendaraan listrik perlu energi lebih banyak, karena komponen baterai yang diperlukan sangatlah kompleks.
Foto: picture-alliance/dpa
Wisata "selama masih bisa"
Mulai dari Great Barrier Reef sampai gletser. Akibat efek perubahan iklim, semakin banyak orang berusaha mengunjungi lokasi yang termasuk warisan kebudayaan dunia, dan lokasi lain yang rentan kerusakan, selama masih bisa. Memang wisata seperti ini bisa meningkatkan kesadaran akan masalah lingkungan, tetapi emisi dan tekanan atas sumber daya lokal membuat situasi lebih buruk lagi.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Mainka
Berselancar di internet
Walaupun tidak melakukan perjalanan, tinggal di rumah bukan berarti tidak berkontribusi bagi emisi CO2. Jejak digital dunia sekarang sudah melebihi kerugian yang disebabkan industri penerbangan, demikian perhitungan pakar. Semakin banyak data kita kirim dan simpan, semakin banyak listrik dibutuhkan. Dan itu dilakukan miliaran orang secara teratur.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Arriens
Tren makanan "ramah lingkungan"
Demi lingkungan, sekarang lebih banyak orang menyantap diet yang mencakup banyak sayur dan buah-buahan. Tapi tidak semua produk non-hewani juga ramah lingkungan. Misalnya, popularitas alpukat yang makin meningkat di Eropa menyebabkan petani merambah hutan untuk memperluas kebun alpukat demi dapat memenuhi permintaan konsumen.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Sakuma
Membeli produk ramah lingkungan, hanya agar...
Kita kerap mendapat seruan untuk membeli produk yang ramah lingkungan. Tapi sebenarnya, jika ingin melindungi bumi, jangan membeli sama sekali. Karena semua produk — tidak peduli seberapa ramah lingkungannya — tetap membutuhkan bahan baku dan energi. (Ed.:ml/rap)
Foto: Saarti
6 foto1 | 6
‘Kita harus membangun jembatan’ antar generasi
Berbeda dengan gerakan Fridays for Future yang dimulai Agustus 2018 lalu, para Omas tidak banyak berupaya mengubah kebijakan, tapi lebih menyadarkan sikap dan aksi individu dalam mengatasi persoalan perubahan iklim. Weimann juga menekankan bahwa ini bukan tentang membagi kesalahan atau mengambil sesuatu dari orang lain.
“Omas for Future tidak menyuarakan veganisme, seperti yang diperjuangkan beberapa anak muda. Tentu, kita sebaiknya mengurangi konsumsi daging. Tapi kami tidak dogmatis dan mengatakan semuanya harus menjadi vegan,” jelasnya.
“Menyerang seseorang dan mengatakan apa yang harus mereka lakukan itu problematis. Meski begitu saya juga memahami kemarahan anak-anak muda. Kita harus membangun jembatan, datang bersama dan berbicara pada tingkat personal tanpa harus takut.”
Sementara gerakan iklim dianggap selalu didominasi aktivis muda, menurut Weimann, hal itu tidaklah selalu antara hitam dan putih. Gerakan Omas for Future adalah buktinya.
Weimann ingin melihat kelompok ini terus tumbuh — tidak hanya di Jerman — untuk menyebarkan pesan yang membuatnya ingin terjun dalam aksi ini: “Apa yang mendorong saya adalah cinta yang saya miliki untuk anak-anak saya. Dan apa yang bisa saya perbuat sekarang untuk mereka dan masa depan mereka ialah menyelamatkan sebanyak mungkin yang saya bisa.” (th/hp)