Perang Israel-Hamas: Netanyahu Tolak Seruan Gencatan Senjata
31 Oktober 2023
PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel akan “berjuang sampai pertempuran dimenangkan,” seiring dengan berlanjutnya operasi darat. Menurutnya, gencatan senjata berarti menyerah pada Hamas.
Iklan
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa gencatan senjata dalam perang Gaza berarti "menyerah kepada Hamas,” sehingga ia memastikan bahwa hal itu tidak akan terjadi.
"Seruan gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah pada Hamas, menyerah pada terorisme, menyerah pada barbarisme. Ini tidak akan terjadi,” kata Netanyahu dalam sebuah konferensi pers pada Senin (30/10).
Netanyahu bersumpah bahwa Israel akan "berjuang sampai pertempuran dimenangkan,” seraya menambahkan bahwa para tentaranya akan melakukan segala upaya untuk mencegah jatuhnya korban sipil di Gaza. Ia menuding Hamas bertanggung jawab atas tingginya angka kematian di Gaza, dan menuduh kelompok tersebut menggunakan warga sipil sebagai tameng.
Di momen yang sama, Netanyahu juga mengatakan bahwa negara-negara lain harus memberikan lebih banyak bantuan dalam perjuangan membebaskan lebih dari 230 warga yang disandera oleh Hamas dalam serangan 7 Oktober silam.
Pemimpin Israel itu juga mengaku tidak ada rencana untuk mengundurkan diri, meskipun ada kegaduhan publik atas kegagalan keamanan terkait dengan serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.400 warga Israel.
Iklan
"Mereka bukan musuh kami”
Dalam wawancara dengan DW, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Jonathan Conricus juga mengemukakan hal senada dengan apa yang disampaikan oleh Netanyahu.
Ia menolak gagasan tentang gencatan senjata di Gaza.
"Kita harus tahu bahwa setiap gencatan senjata akan digunakan oleh Hamas untuk meraih tujuan mereka. Hal itu tidak masuk dalam pembahasan. Saya tidak melihatnya sebagai pilihan,” kata Conricus.
"Yang menjadi fokus kami adalah melumpuhkan Hamas dan memastikan hal ini tidak terjadi lagi dan tentu saja mengembalikan sandera kami,” tambahnya.
Ketika ditanya tentang kemungkinan adanya "jeda kemanusiaan” di Gaza, Conricus menjawab bahwa sudah menjadi kepentingan IDF "untuk menciptakan situasi terbaik bagi warga sipil” di Gaza.
"Mereka bukan musuh kami,” ujarnya saat membahas upaya AS, Mesir dan Israel dalam memfasilitasi bantuan ke Gaza.
Rangkaian Perjanjian dan Prakarsa Damai Israel-Palestina yang Gagal
Selama lebih dari setengah abad, berbagai upaya telah digalang untuk mengakhiri konflik antara Israel dan Palestina, namun semuanya gagal.
Perjanjian Camp David dan Perdamaian Israel-Mesir, 1978-1979
Perundingan Arab-Israel dimulai pada tahun 1978 di bawah penengahan AS. Bertempat di Camp David, pada 26 Maret 1979, Perjanjian Damai Israel Palestina ditandatangani oleh Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri) dan Perdana Menteri Israel Menachem Begin (kanan), melalui penengahan Presiden AS Jimmy Carter (tengah).
Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Daugherty
Perjanjian Oslo I, 1993
Negosiasi di Norwegia antara Israel dan PLO menghasilkan Perjanjian Oslo I, yang ditandatangani pada September 1993. Perjanjian tersebut menuntut pasukan Israel mundur dari Tepi Barat dan Jalur Gaza, dan otoritas sementara Palestina akan membentuk pemerintahan otonomi untuk masa transisi lima tahun. Kesepakatan kedua ditandatangani pada tahun 1995.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sachs
Pertemuan Puncak Camp David, 2000
Presiden AS Bill Clinton pada tahun 2000 mengundang Perdana Menteri Israel Ehud Barak (kiri) dan Pemimpin PLO Yasser Arafat (kanan) ke Camp David untuk membahas masalah perbatasan, keamanan, permukiman, pengungsi dan status Yerusalem. Meskipun negosiasi menjadi lebih rinci dari sebelumnya, tidak ada kesepakatan yang dicapai.
Foto: picture-alliance/AP Photo/R. Edmonds
Prakarsa Perdamaian Arab dari KTT Beirut, 2002
Negosiasi Camp David diikuti dengan pertemuan di Washington di Kairo dan Taba, Mesir - semuanya tanpa hasil. Setelahnya Liga Arab mengusulkan Prakarsa Perdamaian Arab di Beirut, Maret 2002. Rencana tersebut meminta Israel menarik diri ke perbatasan sebelum 1967. Sebagai imbalannya, negara-negara Arab akan setuju untuk mengakui Israel.
Foto: Getty Images/C. Kealy
Peta Jalan Kuartet Timur Tengah, 2003
AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB bekerja sama sebagai Kuartet Timur Tengah untuk mengembangkan peta jalan menuju perdamaian. PM Palestina saat itu, Mahmoud Abbas, menerima teks tersebut, namun mitranya dari Israel, Ariel Sharon, keberatan. Peta jalan itu memuat tentang solusi dua negara Sayangnya, hal itu tidak pernah dilaksanakan. Dalam foto: Yasser Arafat dan pejabat Uni Eropa Lord Levy.
Foto: Getty Iamges/AFP/J. Aruri
Prakarsa Perdamaian Trump, 2020
Presiden AS Donald Trump memperkenalkan rancangan perdamaian tahun 2020. Tetapi rancangan itu menuntut warga Palestina menerima pemukiman Yahudi di kawasan Tepi Barat yang diduduki Israel. Palestina menolak rencangan tersebut.
Foto: Reuters/M. Salem
Konflik kembali berkobar 2021
Rencana Israel mengusir empat keluarga Palestina dan memberikan rumah mereka di Yerusalem Timur kepada pemukim Yahudi berujung bentrokan dan aksi protes di Yerusalem. Hamas kemudian menembakkan lebih 2.000 roket ke Israel, dibalas dengan serangan udara militer Israel, yang menghancurkan banyak bangunan di Jalur Gaza. (hp/gtp)
Foto: Mahmud Hams/AFP
7 foto1 | 7
Operasi darat Israel berlanjut
Sementara itu, dengan mengutip para saksi mata, Reuters melaporkan bahwa pasukan Israel dengan menggunakan kendaraan lapis baja menyerang kota utama Gaza di utara dari dua arah pada Senin (30/10).
Pasukan Israel dilaporkan menargetkan jalan utama yang menghubungkan kota tersebut ke selatan.
Militer Israel mengatakan mereka telah menyerang lebih dari 600 sasaran militan selama beberapa hari terakhir dalam operasi daratnya di Jalur Gaza.