1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

130809 Obama Web 2.0

18 Agustus 2009

Jaringan Internet mengubah hubungan antara politisi, media dan wartga. Barack Obama menggunakan media baru ini untuk kepentingannya, begitu juga lawan politiknya.

Foto: AP

Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendapat julukan Presiden Web 2.0, karena sewaktu kampanye pemilu dan juga sekarang, ia menggunakan layanan Twitter, Youtube, Facebook dan jaringan sosial internet lainnya secara efisien. Sebelum dia, tak ada politisi lain yang begitu canggih menggunakannya. Tapi ajang internet yang mengundang khalayak untuk ngerumpi ini, juga digunakan oleh lawan politiknya untuk menjegalnya.

Di Internet, tak ada teori konspirasi yang terlalu aneh, yang tak dibahas sampai melewati titik jenuh dalam berbagai forum dan blogs. Sementara media arus utama juga tak dapat begitu saja mengabaikan teori yang bermunculan itu. "Para penggandrung teori konspirasi tak akan mau menerima fakta mengenai pemalsuan akte kelahiran Obama,“ begitu dikatakan di televisi.

Kelompok yang menamakan dirinya "Birthers“ cukup lama eksis sebagai komunitas pinggiran, yang dianggap gila total. Sejak setahun mereka menyebarkan teori melalui internet, bahwa Barack Obama tidak lahir di AS, melainkan di Kenya. Dan karenanya, menurut konstitusi AS ia tidak boleh memegang jabatan presiden. Bahwa Obama sudah menunjukan akte kelahirannya, yang membuktikan ia lahir di Hawaii, tidak menggoyahkan keyakinan kelompok "Birthers“. Mereka menuding akte itu palsu.

Akhir Juni ketika video tentang akte palsu itu muncul kembali, ramai pulalah perdebatan di internet.

Dalam sebuah acara pertemuan warga, seorang perempuan menanyakan kepada seorang anggota parlemen, kenapa ia tidak berbuat sesuatu sehubungan akte kelahiran Obama. Pertanyaan itu mendapat sambutan hadirin. Media pun kemudian membuat laporan panjang mengenai kelompok "Birthers“ ini. Sedangkan lawan politik Obama kini mengolah undang-undang yang menetapkan bahwa kandidat presiden harus menunjukkan akte kelahiran.

Tiga pekan lalu muncul sebuah teori baru. Teori konspirasi yang kini disorot lagi oleh media arus utama. Disebutkan, pemerintah Obama berkomplot untuk meluncurkan program euthanasia bagi kaum manula dan penyandang cacat, guna mengurangi biaya reformasi sektor kesehatan. Tema inipun menjadi bahan diskusi. Sementara anggota kubu Republik, mulai mengingatkan adanya ancaman pembunuhan masal.

Obama dan kaum Demokrat lainnya, awalnya hanya menertawakan omong kosong itu, karena terdengar begitu gila dan tak masuk akal. Kini mereka terpana, tak tahu bagaimana menghentikannya.

Media tradisional juga kini semakin sering mengakses informasi dari blogs, forum internet dan berita twitter. Yang parah, kadangkala tanpa memeriksa latar belakangnya dengan baik. Padahal di jalur internet, begitu banyak teori konspirasi yang menunggu sorotan. Berikut hanya sebuah contoh soal. Disebutkan, pemerintahan Amerika sedang mengembangkan virus selesma untuk disebarkan. Nantinya masyarakat akan menjalani vaksinasi paksa dan dikarantina.

Desas-desuspun tak kurang bahwa Barack Hussein Obama sebenarnya adalah penganut agama Islam yang menyamar. Lebih jauh, Obama mengundang Iran untuk membicarakan masalah nuklir, agar nantinya Iran bisa memproduksi bom atom untuk menghancurkan Israel. Sampai sekarang, ini masih merupakan rumpian di internet. Tapi siapa tahu, mungkin teori konspirasi ini tak lama lagi disorot juga oleh media.

Sabine Müller/Edith Koesoemawiria

Editor: Hendra Pasuhuk