Nikel Raja Ampat Disorot, Bahlil Sebut Campur Tangan Asing
6 Juni 2025
Tagar #SaveRajaAmpat ramai diperbincangkan. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyinggung dugaan campur tangan asing yang memanfaatkan isu tambang dan hilirisasi nikel untuk menghambat proyek strategis Indonesia.
Pulau Gag, Kawe, dan Manuran tercatat sebagai pulau-pulau kecil di Raja Ampat yang telah terdampak aktivitas tambang nikel. Kini, ancaman serupa juga mengintai Pulau Batang Pele dan Manyaifun yang letaknya hanya sekitar 30 kilometer dari ikon pariwisata Raja Ampat, Piaynemo.Foto: Sumaryanto Bronto/Greenpeace
Iklan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa ada pihak asing yang tak suka dengan proyek hilirisasi yang telah dijalankan Indonesia sejak beberapa tahun lalu. Dia menduga pihak asing mencoba menunggangi isu-isu sensitif terkait proyek hilirisasi di Indonesia.
Terlebih lagi, Bahlil mengatakan saat ini kondisi geopolitik dan geoekonomi sedang tidak menentu. Padahal menurutnya, dengan kondisi tersebut proyek hilirisasi dinilai mampu mengerek ekonomi Indonesia.
"Di saat bersama, dalam berbagai kesempatan saya katakan bahwa ada pihak-pihak asing yang tidak senang atau kurang berkenan dengan proyek hilirisasi ini," katanya di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Kamis (5/6).
Perburuan Hiu di Raja Ampat
Perburuan yang marak, membuat hiu di kawasan Raja Ampat, Papua Barat semakin berkurang. Kresna Astraatmadja, seorang penyelam membagi pengalamannya lewat foto, saat bertemu kelompok nelayan pemburu hiu di kawasan itu.
Foto: DW/K. Atmadja
Raja Ampat surga hiu
Raja Ampat di Papua Barat adalah surga bagi para penyelam yang ingin menikmati kekayaan alam bawah laut. Kawasan ini juga terkenal memiliki populasi hiu yang sayangnya belakangan semakin menurun.
Foto: ROMEO GACAD/AFP/Getty Images
Hiu martil tanpa sirip
Hiu martil adalah jenis hiu langka yang ingin dilihat oleh banyak penyelam. Ironis, spesies langka ini ditemukan telah mati dengan kondisi menyedihkan: tanpa sirip, di sebuah pantai di Raja Ampat yang belum lama ini menyatakan diri sebagai kawasan perlindungan hiu dan pari manta.
Foto: DW/K. Atmadja
Bangkai hiu bergelimpangan
Pemandangan menyedihkan: bangkai-bangkai hiu bergelimpangan di pantai salah satu pulau di Raja Ampat. Setelah mengambil sirip, para pemburu sengaja merendam hiu yang telah mati di pinggir pantai dan setelah itu akan mengambil dagingnya untuk dijual.
Foto: DW/K. Atmadja
Sirip-sirip hiu ini dikeringkan dan siap dijual.
Lebih dari sepuluh juta hiu dibunuh di perairan nusantara setiap tahun. Itu membuat Indonesia menjadi pemasok utama dalam rantai bisnis yang bertanggung jawab atas kematian 73 juta hiu setiap tahun.
Foto: Kresna Astraatmadja
Ketidaktahuan menyebabkan kepunahan
Kemiskinan dan ketidakfahaman tentang perlunya melindungi hiu mendorong para nelayan memburu spesies yang terancam punah itu. Bisnis pariwisata Raja Ampat tidak menyentuh para nelayan, sehingga mereka terus memburu hiu yang sebetulnya menjadi daya tarik utama Raja Ampat.
Foto: Kresna Atmadja
Sirip hiu siap dijual ke Sorong
Sirip-sirip hiu dari perairan Raja Ampat yang telah kering siap dijual kepada penadah di Sorong, Papua. Sirip hitam laku Rp 1 juta per kilogram, sementara sirip hiu yang berwarna putih di ujung dijual dengan harga Rp 1,5 juta per kilogram. Permintaan yang tinggi membuat bisnis pembantaian hiu terus hidup.
Foto: Kresna Astraatmadja
Perahu tradisional pemburu hiu
Inilah perahu tradisional yang dipakai para nelayan memburu hiu di perairan Raja Ampat. Perahu ini dilengkapi tali sepanjang hingga seribu meter yang dipenuhi kail. Para pemburu biasanya terdiri dari kelompok nelayan yang ada di sekitar Raja Ampat.
Foto: DW/K. Atmadja
7 foto1 | 7
Aktivitas pertambangan dihentikan sementara
Isu yang sedang ramai diperbincangkan saat ini adalah proyek hilirisasi nikel. Vral di media sosial ada aktivitas tambang nikel di Raja Ampat yang merusak ekosistem. Terkait isu tersebut, Bahlil telah mencabut sementara Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel milik PT Gag Nikel, anak perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Iklan
Bahlil mengatakan, penghentian sementara operasi tersebut juga dilakukan untuk menunggu hasil verifikasi dari tim yang diterjunkan langsung ke lokasi tambang tersebut.
"Saya ingin ada objektif. Nah, untuk menuju ke sana agar tidak terjadi kesimpangsiuran maka kami sudah memutuskan lewat Dirjen Minerba untuk status daripada IUP PT Gag yang sekarang lagi mengelola itu kita cuma satu ya, itu kami untuk sementara kita hentikan operasinya sampai dengan verifikasi lapangan," katanya.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Bahlil menyebutkan ada lima IUP di wilayah tersebut, namun hanya satu perusahaan yang beroperasi hingga saat ini yakni PT Gag Nikel, anak Antam. Hal ini ia ketahui setelah mendapatkan laporan dari Dirjen Minerba.
Ia mengatakan, bahwa IUP kepada PT Gag Nikel diberikan pada 2017, dan mulai beroperasi pada 2018. Sebelum beroperasi, perusahaan ini juga telah mengantongi dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
"Jadi teman-teman, IUP di Raja Ampat itu ada beberapa. Mungkin ada lima setelah saya mendapat laporan dari Dirjen (Dirjen Minerba). Nah, yang beroperasi sekarang itu hanya satu yaitu PT Gag Nikel. PT Gag Nikel ini yang punya adalah ANTAM, BUMN," kata Bahlil.
Polemik Emas Ilegal dari Limbah Freeport
Ribuan penduduk mengais emas dari limbah tambang Freeport di Timika. Pemerintah ingin menutup kegiatan ilegal itu karena memicu kerusakan lingkungan. Tapi banyak oknum yang terlanjur menikmati bisnis gelap tersebut
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Tambang Ilegal di Aikwa
Penambang emas mendulang emas di sungai Aikwa di Timika, Papua. Meski banyak penduduk suku Kamoro yang masih berusaha mencari uang sebagai nelayan, kegiatan penambangan emas merusak dasar sungai yang kemudian memangkas populasi ikan di sungai Aikwa.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Emas Punya Siapa?
Sejumlah penduduk bahkan datang dari jauh untuk menambang emas di sungai Aikwa. Indonesia memproduksi emas yang mendatangkan keuntungan senilai 70 miliar Dollar AS setahun, atau sekitar 900 triliun Rupiah. Tapi hanya sebagian kecil yang bisa dinikmati penduduk lokal.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Buruh Papua Mencari Kerja
Kebanyakan penduduk asli setempat telah terusir oleh kegiatan perluasan tambang. Saat ini Freeport mengaku memiliki hampir 30.000 pegawai, sekitar 30% berasal dari Papua, sementara 68% dari wilayah lain di Indonesia dan kurang dari 2% adalah warga asing. Berkat tekanan dari Jakarta, Freeport berniat menambah komposisi pekerja Papua menjadi 50%.
Foto: Getty Images/AFP/O. Rondonuwu
Sumber Kemakmuran
Tambang Grasberg adalah sumber emas terbesar di dunia dan cadangan tembaganya tercatat yang terbesar ketiga di dunia. Dari sekitar 238.000 ton mineral yang diolah setiap hari, Freeport memproduksi 1,3% emas, 3,4% perak dan 0,98 persen tembaga. Artinya tambang Grasberg menghasilkan sekitar 300 kilogram emas per hari.
Foto: Getty Images/AFP
Berjuta Limbah
Grasberg berada di dekat Puncak Jaya, gunung tertinggi di Indonesia. Setiap hari, tambang tersebut membuang sekitar 200.000 ton limbah ke sungai Aikwa. Pembuangan limbah tambah oleh Freeport ujung-ujungnya membuat alur sungai Aikwa menyempit dan dangkal.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Nilai Tak Seberapa
Setiap tahun sebagian kecil dari jutaan gram emas yang ditambang di Grasberg terbuang ke sungai Aikwa dan akhirnya didulang oleh penduduk. Semakin ke hulu, maka semakin besar kemungkinan mendapatkan emas. Rata-rata penambang kecil di Aikwa bisa mendulang satu gram emas per hari, dengan nilai hingga Rp. 500.000.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Simalakama Penambangan Ilegal
Pertambangan rakyat di sungai Aikwa selama ini dihalangi oleh pemerintah. Tahun 2015 silam TNI dan Polri berniat memulangkan 12.000 penambang ilegal. Pemerintah Provinsi Papua bahkan berniat mengosongkan kawasan sungai dengan dalih bahaya longsor. Namun kebijakan tersebut dikritik karena menyebabkan pengangguran dan memicu ketegangan sosial.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Kerusakan Lingkungan
Asosiasi Pertambangan Rakyat Papua sempat mendesak pemerintah untuk melegalisasi dan menyediakan lahan bagi penambangan rakyat di sungai Aikwa. Freeport juga diminta melakukan hal serupa. Ketidakjelasan status hukum berulangkali memicu konflik antara kelompok penambang. Mereka juga ditengarai menggunakan air raksa dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang dampaknya ditanggung penduduk setempat
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Persaingan Timpang
Konflik antara penambang antara lain disebabkan persaingan yang timpang. Ketika penduduk lokal masih mengais emas dengan kuali atau wajan, banyak pendatang yang bekerja dengan mesin dan alat berat. Berbeda dengan penambang kecil, penambang berkocek tebal bisa meraup keuntungan hingga 10 juta Rupiah per hari.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Bisnis Gelap di Timika
Pertambangan rakyat di sungai Ajkwa turut menciptakan struktur ekonomi sendiri. Karena banyak pihak yang diuntungkan, termasuk bandar yang menampung hasil dulangan emas penduduk di Timika dan oknum pemerintah lokal yang menyewakan lahan penambangan secara ilegal. Situasi tersebut mempersulit upaya penertiban pertambangan rakyat di Papua. Penulis: Rizki Nugraha/ap (dari berbagai sumber)
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
10 foto1 | 10
Tambang nikel bukan di area pariwisata
Bahlil mengatakan bahwa lokasi tambang nikel tersebut bukan destinasi pariwisata Raja Ampat, yakni Piaynemo. Lokasi tambang nikel tersebut kata Bahlil berada kurang lebih 30-40 kilometer (km) dari lokasi destinasi Wisata.
"Sekarang dengan kondisi seperti ini kita harus cross-check, karena di beberapa media yang saya baca ada ada gambar yang diperlihatkan itu seperti di Pulau Piaynemo itu pulau pariwisatanya Raja Ampat. Saya sering ke Raja Ampat. Pulau Piaynemo dengan Pulau Gag itu itu kurang lebih sekitar 30 km sampai dengan 40 km. Dan di wilayah Raja Ampat itu betul wilayah pariwisata yang kita harus lindungi," katanya.
Bahlil menambahkan, dirinya akan mengecek langsung aktivitas tambang di Raja Ampat. Hal ini dilakukan berbarengan dengan rencana ia untuk mengecek sumur-sumur minyak dan sumur-sumur gas di wilayah Papua.
"Saya kebetulan ini kebetulan saja dalam waktu minggu-minggu ini itu saya lagi mau ke Sorong sesuai dengan agenda saya beberapa minggu lalu untuk mengecek sumur-sumur minyak dan sumur-sumur gas di wilayah Kepala Burung Sorong, Fak-Fak, Bintuni Saya sendiri akan turun tapi mungkin sambil itu saya akan mengecek langsung di lokasi Pulau Gag," katanya.
Sebelumnya, Aktivis Greenpeace bersama empat anak muda dari Raja Ampat menggelar aksi damai di Indonesia Critical Minerals Conference 2025 di Jakarta pada Rabu (03/6). Mereka menerbangkan banner “What’s the True Cost of Your Nickel?” dan membentangkan spanduk bertuliskan “Nickel Mines Destroy Lives” serta “Save Raja Ampat from Nickel Mining” sebagai protes atas dampak buruk tambang nikel terhadap lingkungan dan masyarakat.
Greenpeace menyoroti kerusakan yang ditimbulkan industri nikel, termasuk deforestasi, pencemaran, dan krisis iklim akibat penggunaan PLTU. Raja Ampat kini ikut terancam, dengan aktivitas tambang di pulau-pulau kecil seperti Gag, Kawe, dan Manuran yang secara hukum seharusnya dilindungi. Tambang ini telah menghancurkan lebih dari 500 hektare hutan dan memicu kerusakan ekosistem laut di kawasan yang dikenal sebagai ‘surga terakhir di Bumi’. Buntut dari aksi ini, tagar #SaveRajaAmpat ramai menjadi perbincangan di linimasa media sosial.