1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Nilai Tukar Euro terhadap Dolar Terendah Sejak 20 Tahun

7 Juli 2022

Nilai tukar mata uang euro terhadap dolar merosot ke level terendah sejak 2002 di tengah kekhawatiran resesi. Nilai euro terus anjlok mencapai nilai hampir setara dolar AS.

Foto ilustrasi nilai tukar euro/dolar
Foto: Panthermedia/imago images

Mata uang euro turun ke nilai terendah terhadap dolar dalam dua dekade terakhir pada hari Selasa (05/07) karena lonjakan baru harga gas di Eropa yang memperdalam kekhawatiran resesi di negara-negara industri Eropa.

Pertumbuhan ekonomi di zona euro memang sebelumnya sudah anjlok karena perang di Ukraina, dengan harga-harga melonjak dan mendorong angka inflasi terus naik. Nilai tukar euro menyentuh 1,02 per satu dolar AS, tingkat terlemah sejak Desember 2002.

Penurunan ini adalah bagian dari tren jangka panjang, dengan euro telah melemah 8% terhadap dolar tahun ini saja. Ini membawa euro lebih dekat ke paritas dolar, perkembangan yang tidak terlihat sejak penciptaan mata uang euro pada tahun 1999.

Mata uang lain yang terkait euro, seperti forint Hungaria, zloty Polandia, dan leu Rumania juga telah melemah secara signifikan terhadap mata uang AS.

Tiingkat inflasi di Jerman mencapai kisaran 8 persen, tertinggi sejak 1973Foto: Frank Hoermann/SvenSimon/picture alliance

Kekhawatiran resesi

Sementara itu, indeks saham di Frankfurt, London, dan Paris turun lebih dari 1% pada Selasa (05/07) pagi di tengah kekhawatiran penurunan ekonomi di seluruh Eropa. Aksi jual euro juga melihat mata uang itu turun ke level terendah terhadap franc Swiss sejak 2015. Euro juga melemah terhadap terhadap mata uang Inggris poundsterling.

Mata uang lain, seperti yen Jepang dan dolar Australia, juga berjuang di tengah kekhawatiran resesi global dan nilai tukar dolar yang melonjak, yang masih dipandang banyak investor sebagai tempat berlindung yang aman di masa-masa krisis.

Jatuhnya euro juga terkait dengan meningkatnya kekhawatiran tentang kemungkinan resesi di 19 negara zona euro. Data-data survei menunjukkan perlambatan pertumbuhan bisnis di seluruh zona euro. Indikator menunjukkan kawasan itu bisa tergelincir ke dalam resesi karena tingginya biaya hidup bisa menekan permintaan konsumen.

Mengapa nilai euro terus turun?

Menurut data survei yang diterbitkan S&P Global hari Selasa (05/07), indeks pembelian manajer bulanan PMI turun menjadi 52,0 pada bulan Juni dari 54,8 pada bulan Mei.

"Sektor manufaktur sudah mengalami penurunan, untuk pertama kalinya dalam dua tahun, dan sektor jasa telah kehilangan momentum pertumbuhan yang nyata di tengah krisis biaya hidup," kata Kepala Ekonom Bisnis S&P, Chris Williamson.

"Pengeluaran rumah tangga untuk barang dan jasa yang tidak penting telah berada di bawah tekanan khusus karena melonjaknya harga, tetapi pengeluaran bisnis dan investasi juga berkurang sebagai tanggapan terhadap prospek yang lebih suram dan kondisi keuangan yang ketat."

Pada hari Senin (04/07), Wakil Presiden Bank Sentral Eropa Luis de Guindos memperingatkan bahwa ekonomi zona euro dapat menghadapi resesi, jika industri dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kelangkaan energi.

Harga gas di Eropa mencapai puncaknya ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir di tengah kekhawatiran pasokan setelah penurunan aliran gas dari Rusia. Pemogokan pekerja minyak dan gas Norwegia juga memperburuk situasi dan menambah kekhawatiran tentang pasokan.

Kemerosotan euro juga terkait dengan kenaikan nilai tukar dolar AS karena Federal Reserve terus menaikkan suku bunga dalam upaya melawan inflasi. Sementara, Bank Sentral Eropa hanya merencanakan kenaikan yang lebih moderat.

hp/ha (dpa, Reuters, AFP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait