Menyambut hari Bumi dan hari Kartini, pekan ini #DWNesia mengangkat topik tentang perjuangan perempuan dan perlindungan bumi.
Iklan
Salam hangat, Sahabat #DWNesia.
Menyambut Hari Bumi yang jatuh tanggal 22 April, tema kita pekan ini adalah kepedulian terhadap Bumi, yang menjadi rumah kita. Berkenaan dengan peringatan Hari Kartini, kami juga mengangkat profil perempuan-perempuan hebat yang melindungi Bumi dan lingkungannya.
Lebih dari 120 negara sepakat menandatangani perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memerangi pemanasan global dan perubahan iklim. Di berbagai belahan dunia, dampak dari pemanasan global sudah terasa. Di antaranya penyusutaan gletser di pegunungan Alpen, Swiss, kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia akibat mencairnya lapisan es di Antartika dan Greenland, topan badai, gagal panen besar-besaran akibat kemarau panjang, kepunahan berbagi spesies, termasuk terumbu karang, akibit meningkatnya suhu dan kadar asam air laut. Di Indonesia berbagai dampak itupun terasa.
Deforestasi dan Perburuan Ancam Harimau Sumatera
Apakah anak cucu kita masih bisa melihat harimau Sumatera? Kerusakan hutan dan perburuan menjadi ancaman kepunahan harimau Sumatera. Nasib mereka dikhawatirkan akan punah sebagaimana harimau Jawa dan harimau Bali.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Terluka akibat perburuan
Perempuan ini bernama Erni Suyanti Musabine. Ia tampak memonitor kondisi harimau yang terluka akibat ulah pemburu. Selain jadi sasaran perburuan, harimau rawan terlibat konflik dengan manusia dan rentan tertular penyakit dari hewan domestik. Semua faktor tersebut dapat mengancam jiwanya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Sahabat harimau
Erni Suyanti Musabine tak kenal lelah mengobati dan merawatharimau-harimau terluka. Foto: Erni membantu relokasi harimau yang terluka ke kawasan konservasi Taman Wisata Alam Seblat Bengkulu Utara, 28 Okt 2015.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Kehilangan Habitat dan Diburu
Dari tahun ke tahun habitat harimau Sumatera makin menyempit, sementara perburuan harimau untuk perdagangan gelap masih terus terjadi. Jumlah harimau Sumatera diperkirakan tinggal 400 ekor.
Foto: Getty Images/AFP/T. Fabi
Bahaya dalam penyelamatan
Tampak dalam foto, Erni dan timnya menyelamatkan harimau bernama Elsa di Kabupaten Kaur Bengkulu dan dua ekor harimau lainnya di dekatnya, pada tahun 2014. Jerat Elsa putus sebelum dibius dan ini bersembunyi di semak belukar. Menyuntik bius harimau dalam kondisi seperti itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan membahayakan tentunya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Perdagangan gelap
Meski pemerintah mencanangkan upaya meningkatkan jumlah hewan buas ini sejak tahun 2010, keberadaan harimau Sumatera masih memprihatinkan. Perdagangan gelap merajalela. Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko kerajinan tangan dan penjual obat.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Ditangkarkan di Luar Negeri
Untuk menjaga kelestariannya, harimau Sumatera ditangkarkan di beberapa negara lain, seperti di Inggris.. Baru-baru ini, seekor harimau Sumatera, yang diyakini sebagai harimau tertua di penangkaran, telah meninggal dunia di Hawaii dalam usia 25 tahun.
Foto: Reuters/R. Naden
6 foto1 | 6
Para peneliti masalah perubahan iklim di Indonesia, melihat kebakaran hutan menjadi biang keladi meningkatnya emisi gas rumah kaca secara signifikan. Dalam rubrik #DWNesia pekan ini, pakar perubahan iklim Kuki Soejachmoen yang selama puluhan tahun bergulat dengan isu ini menyampaikan peringatannya sekaligus rekomendasi dalam memerangi pemanasan global di tanah air.
Dalam rangka hari Kartini, pekan ini #DWNesia didominasi penulis perempuan, sekaligus mengangkat peran perempuan-perempuan hebat di tanah air. Di antaranya perjuangan para Perempuan Kendeng. Para petani perempuan asal pegunungan Kendeng tersebut baru-baru ini datang ke jakarta berunjuk rasa.
Opsi bagi Perlindungan Iklim
Emisi gas rumah kaca semakin tinggi. Tanpa dihentikannya penggunaan energi dari fosil, bencana iklim semakin mungkin terjadi. Para pakar berpendapat, bencana masih bisa dicegah, tapi tindakan harus diambil segera.
Foto: Reuters
Musuh Nomor Satu
Di seluruh dunia produksi emisi gas rumah kaca makin tinggi. Lebih dari 50 milyar ton dilepaskan ke atmosfir, yang berarti dua kali lipat dari 1970. Musuh terbesar adalah energi dari bahan bakar fosil. Ini menyebabkan 70% dari semua emisi.
Foto: Reuters
Terutama Negara Kaya Bertanggungjawab
Tanggungjawab terbesar bagi tingginya emisi gas rumah kaca di abad lalu adalah negara-negara industri. Sekarang terutama Asia, Timur Tengah dan negara-negara ambang industri. Emisi rata-rata per orang di negara miskin 1,5 ton, sementara di negara kaya 13 ton.
Foto: pommes.fritz123/flickr cc-by-sa 2.0
Ambil Tindakan!
Sejak tahun1880, suhu global naik sekitar 0,9 derajat, sedangkan konsentrasi CO2 di atmosfir naik dari 290 ppm (parts per milion) menjadi 400 ppm. Tanpa tindakan nyata, kenaikan bisa jadi lebih dari 450 ppm hingga 2030, dan suhu diduga naik dua derajat Celcius. Sampai 2100 bisa sampai enam derajat.
Foto: picture alliance/Bildagentur-online
Dampak Besar bagi Manusia
Dampak perubahan iklim bagi banyak orang tidak bisa dibayangkan. Banyak peneliti iklim memperkirakan, permukaan laut pasti naik, pulau-pulau menghilang, kota tepi panti tertutup air, dan suhu tinggi akan membuat banyak daerah dan kota tidak bisa dihuni lagi.
Foto: Reuters
Tindakan Cepat di Berbagai Bidang
Ilmuwan desak ambil tindakan secepat mungkin. Tujuan utama: penggunaan energi tanpa batu bara, minyak bumi dan gas. Selain itu, energi harus digunakan seefisien mungkin. Di samping perubahan teknologi dan struktur, sikap konsumsi juga diubah.
Foto: DW/G. Rueter
Menghentikan Penggunaan Batu Bara
Sumbangan terbesar untuk pengurangan emisi gas rumah kaca bisa diberikan pemasok energi. Penghentian secepat mungkin penggunaan batu bara bisa membantu, karena pembakaran batu bara menyebabkan sekitar 30% emisi gas rumah kaca.
Foto: picture-alliance/dpa
Melindungi Lingkungan dengan Nyaman
Di seluruh dunia, hampir 20% emisi gas rumah kaca berasal dari bangunan. Bangunan modern sekarang berfungsi tanpa energi dari fosil. Bangunan itu diisolasi dengan baik, sehingga hemat penggunaan energi. Energi bagi listrik dan suhu hangat biasaya berasal dari tenaga surya.
Foto: Rolf Disch Solararchitektur
Inovasi Sokong Upaya Perlindungan
Pemasokan energi tanpa CO2 bisa dilaksanakan. Yang paling menguntungkan adalah energi angin, air dan matahari. Dengan adanya pemberian dana dan produksi massal, listrik tenaga surya yang dulunya mahal jadi lebih murah dan mendesak energi dari fosil.
Foto: BELECTRIC.com
Mengikat CO2 dari Atmosfir
Untuk tumbuh, tumbuhan perlu CO2. Penanaman hutan adalah salah satu kemungkinan untuk mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfir.
Foto: Roberto M. Reis
9 foto1 | 9
Dalam aksi itu mereka mengecor kakinya sendiri dengan semen, sebagai bentuk protes petani terhadap pendirian pabrik PT Semen Indonesia. Mereka memilih menyemen kaki sebab protes yang kerap digelar di tenda-tenda Kendeng tak juga didengar. Keberadaan pabrik semen tidak hanya menghancurkan lingkungan dan sumber daya alam, pertanian dan sumber mata air, tapi juga membelenggu hidup masyarakat lokal.
Kami tunggu tanggapan Anda di facebook DW Indonesia dan twitter @dw_indonesia. Sertakan tagar #DWNesia dalam mengajukan pendapatmu. Salam #DWNesia.
Aksi Para Kartini Kendeng
9 perempuan Kendeng Rembang, Jawa Tengah berjuang keras menolak pembangunan pabrik semen di kampung halamannya. Setelah berkali-kali unjuk rasa di wilayahnya, mereka ke Jakarta dan mengecor kaki dengan semen.
Foto: picture-alliance/NurPhoto
Dari Kendeng ke Jakarta
Sembilan perempuan Rembang ini mengecor kakinya sebagai protes terhadap rencana pembangunan pabrik semen milik PT Semen Indonesia di lahan pertanian mereka di Pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah.
Foto: picture-alliance/NurPhoto
Demi lingkungan dan kehidupan masyarakat lokal
Dipimpin Sukinah, mereka menyemen kedua kakinya pada Selasa 12 April 2016, di depan istana. Mereka mengecor kaki di kotak kayu ukuran 100 x 40 sentimeter. Sejak 2014 puluhan perempuan Watu Putih mendirikan tenda untuk melawan penghancuran lebih jauh biodiversitas, tangkapan air, dan kawasan Cekungan Air Tanah (CAT) Watu Putih Rembang.
Foto: picture-alliance/NurPhoto
Perjuangan sejak lama
Tahun 2014, mereka juga pernah melaporkan kepada Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) atas tindakan kekerasan dan persoalan yang mereka alami, akibat keberadaan perusahaan semen di wilayah tersebut.
Foto: picture-alliance/NurPhoto
Melawan pabrik semen
Setelh terpasung semen selama dua hari, sembilan perempuan dari Kendeng mengakhiri aksi dengan membongkar semen yang sejak Selasa siang telah membelenggu kaki mereka, setelah aksi mereka dipastikan mendapat perhatian Presiden. Kawasan CAT Watu Putih Pegunungan Kendeng Rembang merupakan kawasan lindung geologis karena karakternya yang khas dan spesifik.
Foto: picture-alliance/NurPhoto
Gugat kerusakan lingkungan
Para Kartini ini merupakan para petani perempuan dari wilayah sepanjang pegunungan Kendeng yaitu Rembang, Pati, dan Grobogan, Jawa Tengah. Warga Kendeng menggugat pendirian pabrik semen di wilayah mereka karena dituding merusak lingkungan.