#DWNesia pekan ini mengangkat tema Hari Buruh dan nasib Papua. Opini tentang lawatan Jokowi di Jerman juga hadir untuk pekan ini.
Iklan
Salam #DWnesia,
Tanpa terasa kita telah memasuki bulan kelima di tahun ini. Berbagai peringatan penting terjdi di Indonesia pada bulan Mei, di antaranya peringatan tumbangnya rezim Orde Baru.
Awal Mei ditandai dengan peringatan Hari Buruh. Memperingati hari Buruh, #DWNesia ingin mengingatkan kembali perjuangan Wiji Thukul dalam membela kaum tertindas, termasuk buruh. Lewat puisi dan teater, Wiji melawan pemerintahan tirani.
Hingga kini ia tak diketahui rimbanya. Wiji Thukul, sastrawan yang giat menyuarakan kaum tertindas, hilang ketika penculikan terhadap para aktivis terjadi antara 1996-1998. Yaitu menjelang runtuhnya Orde Baru.
Foto: Wahyu Susilo
Mencintai puisi sejak kecil
Sastrawan dan aktivis yang melawan penindasan rezim Orde Baru ini lahir di Solo, 26 Agustus 1963. Ia mencintai puisi sejak kecil. Anak tukang becak ini menjadi buruh plitur, ngamen puisi dan mengalah putus sekolah demi pendidikan adik-adiknya.
Foto: Wahyu Susilo
Menyuarakan orang pinggiran
Di tengah kesulitan keuangan ia tetap giat menelurkan karya-karya puisi dan berteater di Sarang Teater Jagat. Ia juga mengajar anak-anak kecil melukis di Sanggar Suka Banjir dan menyuarakan nasib orang kecil dalam Jaringan Kerja Kesenian Rakyat JAKKER.
Foto: Wahyu Susilo
Dengan puisi melawan penindasan
Foto ini diambil ketika Wiji Thukul latihan teater di Sarang Teater Jagat, Jagalan, Solo tahun 1987. Salah satu petikan puisi Wiji berjudul PENYAIR: " Jika tak ada kertas, aku akan menulis pada dinding.. Jika aku menulis dilarang, aku akan menulis dengan tetes darah!"
Foto: Wahyu Susilo
Dianiaya ketika membela kaum tertindas
1992 ia memprotes pencemaran lingkungan oleh pabrik tekstil PT Sariwarna Asli Solo. 1994 dalam aksi petanidi Ngawi, Jawa Timur, Thukul dipukuli tentara. Tahun 1995 mengalami cedera mata kanan karena dibenturkan pada mobil oleh aparat sewaktu ikut dalam aksi protes karyawan PT Sritex. Istri Wiji Thukul, Siti Dyah Sujirah (Sipon) selalu mendukung perjuangan suaminya.
Foto: Wahyu Susilo
Tanpa jejak
Pasca peristiwa 27 Juli 1996, jelang kejatuhan Soeharto tahun 1998, dia masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Di masa itu ia tetap berkarya. Pada masa tersebut sejumlah aktivis ditangkap, diculik dan dihilangkan secara paksa, termasuk Thukul. Sekitar bulan Maret-April 1998 jejaknya tak lagi diketahui. Tuduhan ia menyulut kerusuhan dlam peristiwa 27 Juli 1996 tak pernah terbukti.
Foto: Wahyu Susilo
Puisinya tetap abadi
Sajak-sajak Wiji Thukul populer di kalangan aksi massa. Di antaranya: Peringatan, Sajak Suara, dan Bunga dan Tembok. Tanpa henti, puisinya selalu menggambarkan perjuangan kaum tertindas. Kumpulan puisinya dibukukan. Puisi nyanyian akar rumput melambangkan dendang para rakyat yang tidak terima dengan perlakuan pemerintahan yang tirani.
Foto: Wahyu Susilo
Keabadian dalam Sajak
Apa Guna: “Apa guna punya ilmu tinggi, kalau hanya untuk mengibuli Apa guna banyak baca buku, kalau mulut kau bungkam melulu Dimana-mana moncong senjata berdiri gagah Kongkalikong dengan kaum cukong” (Wiji Thukul) Gambar: wijithukul.tk/BarisanPengingat
Foto: Barisan Pengingat / Wahyu Susilo
Janji Jokowi
Sebelum menjadi presiden, Joko Widodo menyatakan, baik hidup atau meninggal dunia, kejelasan nasib Wiji Thukul harus menjadi perhatian pemerintah. Dalam kunjungannya ke Eropa, April 2016, Jokowi berujar, pemerintah masih mendalami kasus pelanggaran HAM berat, termasuk di antaranya penghilangan aktivis 1997-1988.
Foto: DW/R.Nugraha
Perjuangan tiada akhir
Istri Wiji Thukul, Siti Dyah Sujirah (Sipon) tak kenal lelah mencari keadilan, setelaah suaminya dihilangkan secara paksa. Pasangan Thukul-Sipon dikaruniai anak pertama bernama Fitri Nganthi Wani, kemudian pada tanggal 22 Desember 1993 anak kedua mereka lahir yang diberi nama Fajar Merah. Hingga kini Sipon, keluarga dan kawan-kawannya masih terus berjuang mencarinya. Kembalikan Wiji Thukul.
Foto: Wahyu Susilo
9 foto1 | 9
1 Mei juga menjadi tanggal bersejarah bagi Papua. Dengan jaminan perjanjian New York dan lewat Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1 Mei 1963, Irian Jaya (Papua) diserahkan dari Belanda kepada Indonesia. Pemerintah Orde baru kemudian melarang bendera dan lagu kebangsaan Papua.
Penentuan pendapat rakyat (Pepera ) kemudian dilaksanakan untuk memberi kesempatan warga Papua menyatakan pilhannya, apakah mau atau tidak mau berintegrasi dengan Indonesia sampai batas waktu tahun 1969. Namun sebagian kalangan menganggap Pepera sebagai rekayasa pemerintahan pusat untuk menguasai Papua. Akibatnya, konflik bersenjata menyelimuti perjalanan panjang tanah yang kaya sumber dalam alam tersebut.
Kami tunggu tanggapan Anda di facebook DW Indonesia dan twitter @dw_indonesia. Seperti biasa, sertakan tagar #DWNesia dalam mengajukan pendapatmu.
Salam #DWNesia.
Dari Pemberontakan sampai Soal Upah Minimum
Telah banyak yang dicapai gerakan buruh dalam 150 tahun terakhir ini. Semuanya berawal dari pemberontakan para pekerja terhadap pemilik-pemilik pabrik.
Foto: Getty Images
Kutukan dan Berkah Industrialisasi
Industrialisasi yang dimulai pada abad ke- 18 di Inggris bukan saja membawa kemajuan di bidang teknologi, tapi juga menimbulkan krisis sosial. Buruh pabrik, yang merupakan tulang punggung produksi industri, berusaha membela diri atas tindakan eksploitatif pemilik pabrik. Kerusuhan pertama pecah di Inggris, saat para buruh menghancurkan mesin pabrik, menewaskan banyak buruh.
Foto: imago/Horst Rudel
Manifesto Komunis
Juga para pekerja lainnya di bidang industri menghadapi kondisi yang tidak lebih baik dibandingkan para buruh: jam kerja yang panjang, upah dan hak yang rendah. Karl Marx (foto) dan Friedrich Engels menggagas satu program bagi para pekerja yang tertindas: Manifesto Komunis, yang menyerukan "perjuangan kelas“ dengan tujuan untuk satu kemenangan bagi kelas proletar atas borjuis.
Foto: picture-alliance /dpa
Gerakan Buruh menjadi Politis
Tahun 1864 berbagai gerakan buruh bergabung untuk bekerja sama secara internasional. Selain itu, bermunculan partai dan serikat buruh, seperti Asosiasi Pekerja Jerman ADAV dan Partai Pekerja Sosial Demokrat SDAP pimpinan Wilhelm Liebknecht (dalam foto tengah mengangkat tangan) serta August Bebel (di kanan Liebknecht). SDAP menjadi cikal bakal partai Partai Sosial Demokrat Jerman SPD.
Foto: AdsD der Friedrich-Ebert-Stiftung
Sosial Demokrat vs Komunis
Sosial Demokrat Jerman menjadi model bagi negara-negara Eropa lainnya. Perjuangan mereka bagi hak pekerja sangat dipengaruhi ideologis. Setelah akhir Perang Dunia I, gerakan buruh di banyak negara Eropa terpecah, memisahkan diri menjadi gerakan sosialis dan komunis, di mana Lenin (foto) merupakan salah seorang motor gerakan ini.
Foto: Getty Images
Nazi Bubarkan Serikat Buruh
Perpecahan di tahun 1920-an tidak menghentikan masa kejayaan gerakan buruh: serikat-serikat buruh berhasil merangkul rekor jumlah anggota. Berkuasanya Nazi menjadi akhir gerakan buruh di Jerman: serikat-serikat buruh dibubarkan, aktivis buruh dikerja dan bahkan beberapa di antara mereka dihukum mati. Foto: Paramiliter Partai Nazi mengambil alih satu kantor serikat buruh.
Foto: picture-alliance/dpa
Pemberontakan di Jerman Timur
Setelah Perang Dunia II berakhir di bawah pengawasan Sekutu, serikat-serikat buruh kembali diakui. Di Jerman Timur serikat-serikat buruh bernaung dalam Federasi Serikat Buruh Bebas FDGB. Pada 17 Juni 1953 terjadi pemberontakan: ratusan ribu buruh memprotes kebijakan politik Jerman Timur. Pemberontakan dibasmi oleh pasukan Soviet. FDGB berpihak pada rezim Jerman Timur.
Foto: picture-alliance / akg-images
Gerakan Buruh tanpa Buruh
Setelah tahun 1945, gerakan buruh meredup di negara-negara demokratis. Semakin sedikit pekerja industri yang terlibat dalam gerakan buruh. Selain itu, antara tahun 1960 dan 70-an muncul berbagai gerakan lain seperti gerakan perempuan atau gerakan lingkungan.
Foto: picture-alliance/dpa
Dari Pemimpin Serikat menjadi Presiden
Satu serikat buruh yang terkenal secara internasional: Solidarność di Polandia. Dalam waktu hanya beberapa bulan, gerakan yang didirikan tahun 1980 ini berubah menjadi gerakan massa, yang turut berperan dalam peralihan haluan politik di Polandia. Ketua Solidarność yang pertama, Lech Walesa (foto), berhasil menjadi presiden Polandia di tahun 1990.
Foto: picture-alliance/dpa
Gerakan Buruh Hari Ini
Saat ini di Jerman, serikat-serikat buruh dan partai-partai kiri terus berjuang menuntut perbaikan hak para pekerja, seperti menentang upah dumping, diskriminasi di tempat kerja atau memperjuangkan pensiun yang memadai.