Pengarang kondang Philip Roth yang memenangkan penghargaan bergengsi Pulitzer untuk beberapa bukunya meninggal dunia. Dia mengumumkan pengunduran dirinya dari menulis tahun 2012.
Iklan
Philip Roth, salah satu novelis AS yang paling terkenal pada abad ke-20, meninggal dunia hari Selasa (22/5). Agen sastra Philip Roth Andrew Wylie mengatakan, dia meninggal di rumah sakit New York City karena gagal jantung. Dia meninggal pada usia 85 tahun.
Penulis biografi Philip Roth, Blake Bailey, mengkonfirmasi kematiannya lewat Twitter. Dalam sebuah posting dia menulis, Philip Roth meninggal dengan "dikelilingi oleh teman-teman seumur hidup yang sangat mencintainya."
Philip Roth dianggap sebagai salah satu penulis modern terbesar di Amerika Serikat dan sering disebut bersama penulis besar lain seperti Saul Bellow, John Updike, Norman Mailer, dan Gore Vidal. Dia terkenal karena menuliskan pengalaman-pengalaman berlatar belakang Yahudi-Amerika. Dia sendiri pernah mengatakan "Saya tidak menulis tentang Yahudi, saya menulis tentang Amerika."
Penulis lebih dari 30 buku itu tinggal di New York dan Connecticut dan merupakan salah satu penulis paling produktif dari generasinya. Tahun 2012 dia mengumukan pengunduran diri dari kegiatan menulis.
Pemenang Nobel Kontroversial: Yang Layak dan Tidak Layak Memperoleh
Hadiah Nobel sudah berulang kali menyebabkan terbelahnya opini publik dan menyulut debat sejak mulai diberikan tahun 1910. DW mengajak Anda untuk menengok kembali beberapa pemenang Nobel yang kontroversial.
Foto: AP
Pembuat Pupuk dan Senjata Kimia
Ilmuwan Jerman Fritz Haber dianugerahi Nobel untuk bidang kimia tahun 1918 dengan menemukan metode sintesa amoniak. Ini penting untuk produksi pupuk yang merevolusi produksi pangan global. Tapi Haber juga terkenal sebagai "bapak senjata kimia" karena mengembangkan gas beracun Chlor yang digunakan dalam Perang Dunia I.
Foto: picture-alliance/akg-images
Penemuan Mematikan
Ilmuwan Jerman lain, Otto Hahn (tengah), memenangkan Nobel bidang kimia tahun 1945 dengan penemuan fisi nuklir. Walaupun ia tidak pernah memakainya untuk kebutuhan militer, penemuannya langsung dikembangkan jadi bom atom. Komite Nobel rencananya menganugerahkan hadiah kepada Hahn tahun 1940, tapi ia baru memperolehnya 1945, beberapa bulan setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Foto: picture-alliance/G. Rauchwetter
Nobel bagi Terobosan Yang Ditolak Dunia
Ilmuwan Swiss Paul Müller dianugerahi hadiah Nobel Kedokteran tahun 1948, dengan temuannya DDT yang bisa membunuh serangga inang penyakit seperti malaria. Penggunaan pestisida itu selama Perang Dunia II dan setelahnya menyelamatkan jutaan nyawa. Tapi pakar lingkungan kemudian menyebutnya ancaman bagi kesehatan manusia dan satwa liar. Penggunaan DDT dalam pertanian kini dilarang secara global.
Foto: picture-alliance/dpa/UN
Nobel bagi Perdamaian Yang Gagal
Nobel Perdamaian tahun 1994 diberikan kepada tiga orang, Pemimpin Palestina Yasser Arafat, PM Israel Yitzhak Rabin dan Menlu Israel Shimon Peres. Tujuannya untuk mendorong proses perdamaian di Timur Tengah. Kenyataannya, perundingan gagal, dan Rabin dibunuh warga nasionalis Israel 1995. Seorang anggota komite tanggalkan jabatan karena tidak setuju keputusan itu, dan menyebut Arafat teroris.
Foto: Jamal Aruri/AFP/Getty Images
Terlalu Dini Dapat Hadiah Bergengsi
Banyak orang kaget ketika Barack Obama mendapat Nobel Perdamaian 2009, termasuk Obama sendiri. Belum setahun menduduki jabatan presiden AS, Obama dihargai karena "upaya gigihnya untuk memperkuat diplomasi internasional dan kerja sama antar semua pihak." Kritikus, dan sebagian pendukung Obama mengatakan penghargaan diberikan terlalu dini, karena ia belum sempat menunjukkan kemampuan.
Foto: picture-alliance/dpa
Dapat Anugerah Setelah Meninggal
Tahun 2011, hadiah Nobel diperoleh Jules Hoffman, Bruce Beutler dan Ralph Steinman untuk penemuan prinsip yang memicu pengaktifan sistem kekebalan tubuh. Masalahnya, Steinman meninggal beberapa hari sebelumnya akibat kanker. Menurut peraturan, hadiah tidak bisa diberikan setelah pemenang meninggal. Hadiah tetap diberikan dengan alasan, dewan pengambil keputusan tidak tahu tentang kematiannya.
Foto: picture-alliance/dpa/Rockefeller University
Kelalaian Terbesar
Hadiah Nobel Perdamaian terbukti kontroversial, karena siapa yang terpilih menerima dan yang tidak. Mahatma Gandhi, pemimpin perjuangan tanpa kekerasan di India, dinominasikan lima kali tapi tidak pernah memperolehnya. Geir Lundestad dari komite Nobel Norwegia, 2006, mengakui: "Dalam 106 tahun sejarah kita, kesalahan terbesar adalah tidak memberikan hadian Nobel Perdamaian kepada Mahatma Gandhi."
Foto: AP
7 foto1 | 7
Dihindari Komite Nobel
Philip Roth telah memenangkan banyak penghargaan sastra, termasuk hadiah bergengsi Pulitzer pada tahun 1998 untuk bukunya "American Pastoral". Namun dia tidak pernah mendapat penghargaan Nobel untuk sastra.
Kantor berita Associated Press menggambarkan Philip Roth sebagai "seorang satiris yang galak dan realis yang tidak kenal kompromi, menghadapi para pembaca dengan gaya yang berani dan langsung, yang mencemooh perasaan-perasaan palsu atau harapan palsu."
Philip Roth adalah seorang Yahudi, namun dia sering dikritik karena dianggap sering menggambarkan pengalaman Yahudi-Amerika yang negatif dan karena dia menggambarkan perempuan hanya sebagai obyek dan sumber pertengkaran dan kemarahan.
hp/vlz (afp, rtr, dpa)
Indonesia Terus Kembangkan Sayap di Pameran Buku Frankfurt 2017
Di Frankfurt Book Fair 2017, Indonesia memboyong ratusan judul buku. Bagaimana sepak terjang Indonesia di pameran buku terbesar di dunia ini?
Foto: DW/A.Purwaningsih
Kembali tampil di Frankfurt
Indonesia kembali berpartisipasi dalam ajang pameran buku 'Frankfurt Book Fair'. Dalam ajang salah satu pameran buku terbesar sedunia ini, Indonesia memboyong sekitar ratusan judul buku.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Sejak jadi tamu kehormatan...
Ketua Komite Buku Nasional, Laursa Prinsloo menjelaskan, sejak Indonesia menjadi tamu kehornatan pameran buku Frankfurt 2015, cukup banyak perkembangan dalam dunia literasi di tanah air, dimana kini mulai diciptakan strategi untuk bisa memasarkan buku-buku Indonesia berkualitas di mancanegara, misalnya lewat bantuan subsidi riset dan pelatihan promosi bagi penulis.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Program residensi bagi penulis
Subsidi riset bagi penulis diberikan lewat program residensi bagi penulis untuk melakukan riset di mancanegara. Mereka tersebar hingga ke Inggris, Belanda dan Portugal. Salah satu peserta residensi adalah Zaky Yamani penulis buku "Bandar: Keluarga, Darah dan Dosa yang Diwariskan". Untuk keperluan risetnya, ia bermukim selama tiga bulan di Portugal.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Diminati pengunjung
Stand Indonesia cukup banyak diminati pengunjung. Banyak di antara mereka yang melakukan janji temu dengan sejumlah perwakilan penerbit Indonesia yang berpartisipasi dalam pameran kali ini.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Buku anak digemari
Buku anak Indonesia yang dipamerkan di Frankfurt Book Fair 2017 banyak peminat. Beberapa penerbit Indonesia yang memamerkan buku anak mengatakan banyak sekali penerbit dari luar negeri yang tertarik untuk membeli hak cipta buku-buku tersebut.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Di tanah air bersaing dengan Korea
Meski demikian Noni Timotius dari penerbit Bhuana Ilmu Populer menjelaskan, buku-buku Indonesia di tanah air sendiri juga masih harus bersaing dengan buku-buku dari mancanegara terutama Korea Selatan, yang banyak diminati orangtua untuk diberikan kepada buah hati mereka, mengingat banyaknya unsur pendidikan dalam buku-buku tersebut.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Ajang diskusi dalam pameran buku
Dalam pameran buku kali ini, Indonesia juga tampil dengan berbagai diskusi. Salah satu di antaranya adalah diskusi tentang toleransi di Indonesia, yang menghadirkan penulis Zaky Yamami, Avianti Armand dan Ben Sohib. Ketiganya juga mengikuti program residensi Komite Buku Nasional.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Pembacaan buku
Sejumlah buku juga dibacakan oleh para penulis Indonesia, seperti Wajah Terakhir karya Mona Slyviana dan karya-karya Zen Hae yang terkenal dengan tulisan-tulisannya yang ironi dan penuh humor. (Ed: Ayu Purwaningsih/TS)