1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Angkat Kembali Solusi Dua Negara bagi Konflik Israel-Palestina

3 Juni 2009

Solusi dengan membentuk dua negara untuk meredakan konflik berdarah di Timur Tengah hampir terlupakan. Di Timur Tengah sendiri, solusi dua negara semakin kehilangan dukungan.

Obama dan konflik Timur Tengah Quelle: AP; Design: DW

Tekad yang disampaikan politisi di Eropa bagi visi yang memungkinkan Israel dan Palestina sebagai dua negara, hidup secara aman dan damai, semakin merupakan ucapan di bibir saja. Misalnya seperti yang disampaikan Kanselir Jerman Angela Merkel. "Jerman memutuskan mendukung solusi dua negara, dengan menjamin eksistensi Israel sebagai negara Yahudi dan sebuah negara Palestina, yang hidup bertetangga secara damai, dengan perbatasan yang diakui.

Di Timur Tengah sendiri, solusi dua negara semakin kehilangan dukungan. Di Israel tema itu tidak lagi memainkan peranan sebagai bahan debat publik. Politik pemukiman terus dilanjutkan. Pemukiman lama diperluas dan pemukiman baru dibangun. Sementara politisi Palestina semakin meragukan prinsip solusi dua negara. Politisi Palestina Mustafa Barghouthi kepada pemancar televisi Amerika Serikat CBS mengatakan, "Meskipun hati saya masih percaya bahwa solusi dua negara adalah mungkin.Tapi kepala saya mengatakan sebaliknya. Para pemukim telah menghancurkan harapan perdamaian antara kedua bangsa, yang kami miliki, bila solusi dua negara dimungkinkan.”

Sekarang, Presiden Amerika Serikat Barack Obama kembali menjadikan solusi dua negara sebagai agenda internasional. Aktivis hak asasi Israel, Jeff Halper, menanggapinya dengan harapan dan sikap skeptis. Bagi pimpinan baru di Washington, solusi konflik Israel-Palestina merupakan persyaratan bagi Amerika Serikat untuk melakukan perujukan dengan dunia Arab dan Islam.

"Pemerintahan Obama dengan jelas menandaskan, terdapat kaitan langsung antara konflik Israel-Palestina dengan masalah lainnya di Timur Tengah. Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat James Baker beberapa tahun lalu mengatakan, konflik Israel-Palestina merupakan epicentrum ketidakstabilan di dunia Islam. Pekan lalu, Obama mengatakan, Amerika Serikat tidak akan membahas masalah Iran, selama konflik Israel-Palestina belum terpecahkan. Kami melihat terjadi beberapa perubahan penting di Washington, yang membersitkan harapan. Meskipun demikian, kita tidak dapat bersikap naif,“ demikian Jeff Halper.

Aktivis perdamaian harus waspada dan mengkaji dengan cermat rencana perdamaian Amerika Serikat. Jeff Halper mencemaskan, Obama dapat merasa terikat dengan janji yang disampaikan pendahulunya, George W. Bush, untuk tidak mengosongkan pemukiman Yahudi terbesar di Tepi Barat Yordan. Jeff Halper berpendapat, bila pemukiman Yahudi terbesar di Tepi Barat Yordan dan di sekitar Yerusalem tidak dikosongkan, maka tidak mungkin mendirikan sebuah negara Palestina yang dapat bertahan hidup.

Kubu aktivis perdamaian di Palestina dan Israel mengharapkan agar Presiden Obama memahaminya dan menempuh jalan baru bagi solusi dua negara yang sesungguhnya, sebelum terlambat.

Bettina Marx/Asril Ridwan

Editor: Yuniman Farid