1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Canangkan Program Pemerintah Amat Ambisius

as22 Desember 2008

Barack Obama menetapkan target cukup tinggi bagi kabinetnya, yang membentang dari tema penanggulangan krisis keuangan dan ekonomi, perlindungan lingkungan hingga rotasi pasukan dari kawasan konflik.

Obama canangkan politik hijau dan penanggulangan krisis keuangan serta ekonomi.Foto: AP Graphics/DW

Program pemerintahan AS mendatang di bawah presiden Barack Obama menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional. Juga tuntutan reformasi di China berkaitan krisisi global menjadi topik komentar harian Eropa.

Harian liberal kiri Inggris The Independent yang terbit di London menyoroti dengan tajam program perlindungan lingkungan dari presiden AS terpilih Barack Obama.

Tidak ada keraguan, bahwa tim pemerintahan dari Barack Obama mewakili pendapat, bahwa memerangi pemanasan global memerlukan program terkoordinasi dari masyarakat internasional. Tapi apa yang akan dilakukan secara konkrit oleh pemerintahan baru AS ini? Sejumlah negara hanya mampu bertindak secara terbatas menghadapi ancaman besar seperti pemanasan global. Termasuk juga negara sebesar AS. Sebagian besar aksinya, juga sangat tergantung dari niat baik negara-negara besar yang saat ini sedang tumbuh pesat memasuki industrialisasi, seperti Cina dan India. Mereka juga dituntut melaksanakan reformasi politik lingkungan. Tapi juga tidak diragukan lagi, Obama telah mengirimkan sinyal penting. Bahwa ia akan memberikan dukungan tanpa syarat dalam perang melawan pemanasan global. Inilah reformasi yang diperlukan dunia.

Sementara harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milano lebih menyoroti program penanggulangan krisis ekonomi dan keuangan dari pemerintahan AS mendatang.

Pemerintahan AS mendatang dari Barack Obama akan berusaha menggerakan kembali perekonomian AS. Rencana paket penyelamatan sebesar 775 milyar Dolar dikonsultasikan dengan para pakar ekonomi, termasuk pakar dari partai Republik. Obama melakukan perubahan politik, dari rencana Bush untuk membantu pelaku bisnis di sektor keuangan, menjadi program untuk menciptakan lapangan kerja. Programnya diubah, dari rencana bantuan ke Wall Street menjadi bantuan ke Main Street. Obama mengarahkan paket bantuan untuk lima sektor besar. Infrastruktur, pendidikan, energi, kesehatan dan kesejahteraan rakyat. Program yang sebelumnya digagas secara sederhana pada saat kampanye Obama, kini berubah menjadi program raksasa bagi sektor publik AS.

Masih berkaitan dengan penanggulangan krisis keungan dan ekonomi global, harian liberal kiri Denmark Information lebih mengarahkan sorotan kepada Cina yang ibaratnya naga yang baru bangun tidur. Harian yang terbit di Kopenhagen ini dalam tajuknya menulis komentar berkaitan dengan ulang tahun ke 30 reformasi ekonomi di Cina:

Ketua partai komunis di Beijing merasa, kini mereka menjadi tuan di rumah sendiri. Tapi rumah ini ibaratnya hanya separuh jadi. Cina memiliki perabot baru yang bernama kapitalisme, dan dengan tegas membuat kehidupan mayoritas rakyatnya menjadi lebih nyaman. Akan tetapi perabot lama belum diganti. Di sana masih tercium bau busuk dari sistem totaliter dan pelanggaran hak asasi. Tidak terlihat renovasi besar yang dilakukan partai komunis Cina. Ketua partai sekaligus presiden Cina, Hu Jintao mengatakan, negaranya akan melanjutkan reformasi ekonomi, akan tetapi tidak pernah mengumumkan reformasi demokrasi liberal gaya barat.

Dan terakhir harian Italia La Stampa yang terbit di Turin berkomentar :

Naga Cina sama seperti raksasa AS, merupakan potensi sumber penularan dari krisis keuangan yang melanda dunia tahun 2008. Negara mana diantara kedua adidaya itu yang akan sukses menepis pukulan telak krisis keuangan dan ekonomi, dan menemukan cara terbaik mengatasi ramalan suram masa depan? Apakah Cina, dimana kelompok reformisnya masih menghadapi onak dan duri, yang akan sukses mengatasi gejolak krisis dengan menunjukan jalan keluar yang aman dan akan membuat semua negara besar takjub? Boleh jadi. Karena kita tidak boleh lupa, bahwa Beijing tetap merupakan ibukota sebuah negara yang paling sulit diramalkan perilakunya di dunia ini.