Presiden Barack Obama umumkan rencana ambisius mereduksi emisi pemicu pemanasan global. Langkah diambil setelah pakar iklim umumkan 2014 sebagai tahun rekor terpanas dalam sejarah. Editorial Grahame Lucas
Iklan
Amerika Serikat bersama Cina dan India dalam beberapa dekade terakhir jadi aktor utama dalam kesepakatan internasional untuk mereduksi gas rumah kaca. Semua juga tahu, Amerika adalah kubu utama para peloby kuat yang menolak skenario adanya perubahan iklim. Mereka adalah orang-orang yang berargumentasi, bahwa aktivitas manusia tidak menimbulkan dampak pada perubahan iklim.
Kini wawasan tegas Presiden Obama mengenai pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, yang dilontarkan menjelang KTT iklim di Paris bulan Desember mendatang, membawa angin segar bagi prospek tercapainya kesepakatan. Obama menghendaki kesepakatan mengikat bagi reduksi karbon dioksida sebesar 32 persen dari level emisi tahun 2015 hingga tahun 2030 mendatang. Ini langkah radikal yang bisa punya konsekuensi terhadap cara hidup semua orang.
Mengurangi Emisi Global
Kalangan pakar berkali-kali menekankan bahwa emisi gas rumah kaca global terus meningkat. Tanpa perubahan yang radikal, generasi penerus akan hidup di bumi yang jauh lebih hangat. Namun ini masih bisa dicegah.
Foto: dapd/O. Lang
Membantu Generasi Penerus
Tren kenaikan emisi gas rumah kaca masih bisa dibalikkan. Menurut laporan Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), energi terbarukan dapat memenuhi hampir 80 persen kebutuhan energi global pada tahun 2050.
Foto: Frederico di Campo - Fotolia.com
CO2: Keprihatinan Utama
Karbondioksida dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim. Kalau manusia terus menghasilkan CO2 seperti sekarang, rata-rata suhu bumi akan naik 6 derajat Celsius pada akhir abad ini, menurut temuan sebuah studi.
Foto: dapd/O. Lang
Harus Berpikir Ulang
Meski ingin keluar dari energi nuklir, Jerman masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil. Menurut IPCC, umat manusia hanya dapat menghentikan pemanasan global dengan meninggalkan penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Karena alasan ini, 80-90 persen cadangan batubara, minyak bumi dan gas yang masih ada tidak boleh disentuh.
Foto: Sean Gallup/Getty Images
Energi Bebas CO2
Tim riset dari Pusat Penerbangan dan Antariksa Jerman (DLR) memprediksi kombinasi sumber energi global pada tahun 2050. Dari total energi yang dibutuhkan, 28 persen bisa tertutupi oleh tenaga surya, 24 persen datang dari energi panas bumi, 15 persen dari biomassa, 10 persen terpenuhi dari tenaga angin dan 4 persen dari tenaga air.
Foto: picture-alliance/dpa
Membangun ke Atas
Teknologi yang diperlukan untuk transisi energi global sudah tersedia. Nantinya lebih banyak rumah akan terlihat seperti Solar Settlement ini di Freiburg, bagian barat daya Jerman. Dalam komunitas 59 rumah ini, setiap bangunan memproduksi lebih banyak energi ketimbang yang dikonsumsi.
Foto: Rolf Disch Solararchitektur
Harus Lebih Efisien
Kompleks menara dari tahun 1968 ini baru saja diinsulasi ulang dan setiap apartemen dilengkapi sistem ventilasi baru, mengurangi biaya energi hingga 80 persen. Bangunan ini juga terletak di Freiburg.
Foto: PresseCompany GmbH Stuttgart/DW Fotomontage
Aturan Penghematan Energi
Standar aturan dan standar energi juga dapat membantu menghemat penggunaan energi. Lampu LED modern hanya membutuhkan sepersepuluh energi yang diperlukan bohlam lampu tradisional. Pelarangan secara bertahap dalam menjual bohlam tradisional di Uni Eropa telah berhasil mempercepat peralihan.
Foto: Lightcycle.de
Efisiensi Skala Besar
Taman energi angin ini memenuhi kebutuhan energi sekitar 1.900 rumah di Jerman. Tenaga angin saat ini menyuplai 30 persen kebutuhan listrik di Denmark, 10 persen di Jerman dan 3 persen di Cina. Di tingkat global, energi angin merupakan sumber energi yang berpotensi besar untuk tumbuh.
Foto: Jan Oelker
Tumbuh Tanpa Pemanasan Global
Seperti di Ethiopia, pekerjaan baru dan energi murah tanpa emisi CO2 adalah sesuatu yang mungkin, menurut para ahli. Tidak hanya penting dalam menghentikan pemanasan global, namun mereka berargumen bahwa transisi ke ekonomi hijau juga dapat membantu pembangunan serta pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.
Foto: Stiftung Solarenergie
9 foto1 | 9
Di Amerika politik iklim Obama ini menjadi sinyal bagi diakhirinya operasi ratusan pembangkit listrik batubara. Industri pertambangan batubara akan mati. Ribuan lapangan kerja yang tergantung bahan bakar fosil akan lenyap. Pola semacam ini akan terjadi di negara-negara industri maju lainnya. Jawaban Obama atas masalah ini adalah ekspansi besar-besaran sektor energi terbarukan.
Ini akan jadi tantangan besar. Pasalnya industri yang terkena imbasnya sudah bergerak menentang pemerintahan Obama.
Banyak rakyat Amerika tidak mau menerima alasan ilmiah yang mendukung politik baru Obama.
Masih banyak yang beranggapan, energi alternatif tidak akan mampu mengisi jurang yang menganga dari ditingalkannya penggunaan bahan bakar fosil.
Juga muncul oposisi publik secara massal, karena perubahan yang membela perlindungkan iklim akan berdampak perubahan drastis dari "American way of life", pasalnya banyak rakyat di negara itu yang baru menyadari bahwa cadangan energi ada batasnya dan harganya akan terus naik.
Sejujurnya, Obama tidak perlu takut menjalankan politiknya. Ia tahu, bahwa pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan pembangkit listrik nuklir disubsidi besar-besaran oleh pemerintah. Pemanasan global juga sudah terbukti menunjukan dampaknya.
Masa Depan Tanpa Energi Fosil
Energi fosil membawa kemakmuran. Namun jenis energi itu menyebabkan perubahan iklim dan mengancam peradaban manusia. Hingga pertengahan abad ini, dunia sudah harus terbebas dari energi fosil.
Foto: picture-alliance/dpa/Julian Stratenschulte
Musuh Terbesar Iklim
CO2 yang berjumlah 65 persen dari semua gas rumah kaca, diproduksi selama proses pembakaran batu bara, minyak dan gas. Sebelas persen melalui penebangan hutan dan pembukaan lahan. Sementara Methana yang bertanggungjawab atas 16 persen gas rumah kaca, berasal dari peternakan sapi dan pengolahan gas. Adapun Dinitrogen oksida yang berjumlah enam persen, tercipta melalui penggunaan pupuk kimia.
Foto: Reuters
Perubahan Drastis
Jika situasinya tidak berubah, iklim di Bumi akan meningkat sebanyak 3,7 hingga 4,8 derajat Celcius hingga akhir tahun 2100, kata Dewan Iklim Dunia (IPCC). Namun begitu ambisi PBB membatasi pemanasan global menjadi maksimal dua derajat masih bisa tercapai. Untuk itu dunia harus meninggalkan energi fosil, maksimal sebelum tahun 2050, menurut pengamat iklim.
Foto: pommes.fritz123/flickr cc-by-sa 2.0
Hijau Berkat Energi Matahari
Energi surya saat ini adalah sumber energi terbarukan yang paling murah, terutama di negara-negara kaya matahari. Melalui pengembangan teknologi baru dan produksi masal, harga panel surya di pasar internasional terus menurun. Sekitar sepertiga kebutuhan energi dunia bisa dipenuhi oleh energi surya hingga tahun 2050.
Foto: BELECTRIC.com
Semakin Besar dan Efisien
Satu kincir angin ini mampu mengaliri listrik untuk 1900 rumah tangga di Jerman. Energi angin saat ini menutupi kebutuhan energi Jerman sebesar sembilan persen, di Cina tiga persen dan di Denmark 40 persen. Terutama Cina sedang getol menggenjot pembangunan kincir angin dan berambisi menggandakan produksi energi anginnya dalam waktu lima tahun kedepan.
Foto: Jan Oelker
Rumah Tanpa Energi Fosil
Rumah yang memiliki insulasi panas atau dingin tidak terlalu banyak menyedot listrik. Terlebih atap yang dipenuhi panel surya mampu memproduksi energi yang lebih dari cukup untuk peralatan elektronik rumah tangga atau sekedar menghangatkan air.
Foto: Rolf Disch Solararchitektur
Efisiensi Menghemat CO2 dan Uang
Efisiensi energi adalah faktor terbesar yang menjamin berhasilnya perlindungan iklim. Lampu LED yang bagus cuma membutuhkan sepertiga jumlah energi ketimbang bohlam biasa. Teknologi itu tidak cuma menghemat biaya listrik, tetapi juga CO2.
Foto: DW/Gero Rueter
Mobilitas Tanpa Minyak
Sistem transportasi saat ini masih berbasis minyak bumi. Namun teknologi penggerak berbahan bakar alternatif mulai bermunculan. Di kota Köln, Jerman, pemerintah mulai mengujicoba bus umum yang digerakkan oleh bahan bakar Hidrogen. Dengan aliran listrik, Elektrolisis dapat memproduksi Hidrogen dari air.
Foto: RVK
Bahan Bakar dari Kotoran dan Sampah
Bus yang melaju di Bristol, Inggris, ini berbahan bakar Bio-Metana, yang diproduksi dari kotoran manusia dan sampah makanan. Untuk menempuh jarak 300 kilometer, bus ini cuma membutuhkan kotoran dan sisa makanan yang diproduksi oleh lima orang dalam waktu satu tahun. Menurut perkiraan, bahan bakar Bio-Metana bisa menutupi sepuluh persen kebutuhan energi Inggris.
Foto: Wessex Water
Mobil Hidrogen Pertama dari Toyota
Toyota menjadi produsen pertama yang mengusung kendaraan berbahan bakar hidrogen ke pasar otomotif dunia. Mobil ini bisa menepuh jarak 650 kilometer dengan sekali isi. Pengamat meyakini masa depan otomotif terletak pada teknologi bahan bakar hidrogen dan baterai listrik.
Foto: AFP/Getty Images/Y. Tsuno
9 foto1 | 9
KTT Iklim di Paris sekarang menunjukan peluang baru, dengan didukung politik Amerika Serikat, untuk dapat mencapai terbosan sebuah kesepakatan mengikat mengenai pengurangan emisi gas rumah kaca. Semua negara harus mengikuti teladan dari Obama. Kita harus bertekad melindungi iklim. Kita semua adalah Obama.