1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Lontarkan Isyarat PBB Harus Direformasi

9 November 2010

Barack Obama mendorong dilakukannya reformasi PBB, dengan mendukung keinginan India menjadi anggota tetap Dewan Keamanan. Dengan begitu, presiden AS tsb memandang India setara sebagai negara adi daya.

Presiden AS Barack Obama, dalam kunjungannya ke India mendukung tuntutan New Delhi untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB.Foto: AP

Kunjungan presiden AS, Barack Obama ke India menjadi tema komentar dalam tajuk sejumlah harian internasional. Kunjungan tsb seharusnya dilakukan sejak awal ia memangku jabatannya.

Harian liberal Italia La Stampa yang terbit di Turin dalam tajuknya berkomentar : AS mengumumkan dukungannya terhadap tuntutan India, untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan. Presiden Barack Obama mempertimbangkan langkah ini dengan maksud, agar reformasi di PBB juga dapat bergulir. Dengan begitu, pemain utama di panggung internasional, nantinya juga termasuk negara ambang industri terbesar di dunia. Hal tsb juga telah dilakukan di tatanan ekonomi global, dengan pembentukan G-20. Langkah Washington bertepatan waktunya dengan posisi India yang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan untuk dua tahun mendatang. Obama dengan berani mengupayakan reformasi PBB, dan berusaha agar New Delhi tetap berada di kursi negara-negara adidaya dunia.

Harian Italia lainnya yang berhaluan liberal kiri La Repubblica yang terbit di Roma berkomentar : Barack Obama hendak mengangkat India ke posisi negara adidaya. Dengan mendukung tuntutan New Delhi untuk menjadi anggota tetap Dewan Keamanan, Obama sekaligus juga menantang Cina. Ini merupakan sebuah pengakuan sekaligus sebuah isyarat, yang belum pernah dilontarkan oleh presiden AS yang manapun. Dengan itu, hendak dirangkum kemenangan dari kunjungan Obama ke tiga negara demokrasi terbesar di dunia. Isyarat yang diajukan Barack Obama menuntut imbalan, yang juga segera disampaikannya. India harus menjalankan politik luar negeri yang selaras dengan tata nilainya. Dan harus menjadi sebuah kutub yang memancarkan citra demokrasi ke negara Asia lainnya. Dengan itu, presiden AS memberikan isyarat tegas kepada pemilu di Myanmar yang dinilai hanya merupakan lelucon.

Harian konservatif Austria Die Presse yang terbit di Wina dalam tajuknya berkomentar : Kunjungan Obama ke India seharusnya dilakukan sejak lama. Sebagai pimpinan sebuah negara adidaya, adalah tidak cerdik, selama dua tahun lamanya mengabaikan negara kedua terbesar di dunia yang sekaligus negara demokrasi terbesar. Sebaliknya Obama malahan memuji-muji negara kecil di Eropa. Kesalahan di masa lalu adalah terlalu tefokus ke Cina yang terus mengalami booming. Bahkan di bidang militer, Cina semakin menjadi rival berat AS. Melawan kecemerlangan Cina, India yang kelihatannya lamban, citranya memang tidak akan menang. Seekor gajah memang berjalan amat lamban. Akan tetapi jika sudah berjalan, ia akan terus berjalan.

Tema lainnya yang juga dikomentari harian internasional adalah politik atom di Jerman, dikaitkan dengan aksi protes menentang transportasi kontainer Castor pengangkut sampah radioaktif. Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung yang terbit di Zürich berkomentar : Tempat pembuangan sementara sampah atom Gorleben memecah citra Jerman. Sengketa atom itu tidak memberikan nilai yang bagus bagi pemerintah maupun oposisi. Juga diragukan, bahwa di garis depan aksi protes itu ditujukan pada perpanjangan waktu pengoperasian pembangkit listrik tenaga atom. Sebab transportasi sampah atom, sudah dilakukan di masa pemerintahan sebelumnya. Hanya saja, cara pemerintah Hitam-Kuning mengkomunikasikan kesepakatan atom terbaru, samasekali tidak ideal. Juga kesepakatan rahasia antara Kabinet dengan perusahaan energi, amat merugikan rakyat.

AS/AR/dpa/afpd