1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Puas dengan Kunjungannya di Rusia

8 Juli 2009

Pertemuan dua pemimpin ini berlangsung dengan harmonis. MKeduanya bukan hanya saling memuji dan mengukuhkan tingkat hubungan yang lebih tinggi, tapi juga saling mengkritik dan menerimanya.

Presiden AS Obama (kiri) dan Presiden Rusia Medvedev dalam pertemuan mereka di Moskow, 07 JuliFoto: AP

Dengan tepukan di bahu, senyum lebar dan sedikit kelegaan, kedua presiden tampil dalam konferensi pers terakhir di Moskow, Selasa malam (07/07). Kami menggunakan waktu dengan sangat baik, demikian kesimpulan Presiden Medvedev yang puas dengan kunjungan presiden Amerika.

Obama merasakan hal yang sama. "Kami membuat kemajuan besar dan menunjukkan, dengan tindakan dan kata-kata, bisa sekonstruktif apa hubungan Rusia-Amerika di abad ke 21.“ Tindakan di mana tercakup 8 perjanjian yang ditandatangani selama pertemuan kedua kepala negara, dalam sektor perdagangan, kesehatan, juga militer. Seperti diumumkan, kedua presiden menyepakati perjanjian lebih lanjut tentang pengurangan senjata. Bisa dipastikan akan ada penerus bagi perjanjian START yang menetapkan batas tertinggi senjata nuklir strategis dan berakhir tahun 2009 ini. Perjanjian yang baru akan menetapkan batas lebih ketat bagi hulu ledak dan sistem pengangkutnya, demikian diputuskan kedua pemimpin.

Tidak mengherankan bahwa persoalan penting yang berkaitan dengan itu, misalnya sistem pertahanan rudal di Eropa yang dipersengketakan, tidak dirinci lebih lanjut. Waktunya sangat terbatas. Lagipula, siapa yang mau mengusik pertemuan pertama dengan masalah semacam itu? Pihak Amerika senantiasa mengisyaratkan kesediaan untuk diajak bicara.

„Pemerintahan saya memeriksa sekali lagi rencana itu dengan pertimbangan kepentingan keamanan Amerika, Eropa dan dunia. Faktanya, saya ingin bekerja sama dengan Rusia mengenai struktur pertahanan rudal yang menawarkan keamanan lebih bagi kita semua. Jika bahaya rudal nuklir Iran dilenyapkan, desakan bagi sistem pertahanan di Eropa juga akan lenyap,“ demikian papar Obama.

Bahkan di telinga Rusia pun terdengar sangat berbeda dengan pernyataan pendahulu Obama, Bush. Medvedev juga memberi kelonggaran yang tidak semua pakar di negaranya setuju. Ke depan, Amerika boleh menggunakan wilayah udara Rusia bagi transportasi senjata dan tentaranya ke Afghanistan.

Bukan cuma tindakan, tetapi, seperti kata Obama, dalam soal memilih kata-kata, kedua presiden juga berhasil. Mereka bukan hanya saling memuji dan mengukuhkan tingkat hubungan yang lebih tinggi, tapi juga saling mengkritik dan menerimanya. Bahwa presiden Rusia memuji pidato, yang didalamnya terdapat kritik terhadap kurangnya demokrasi, politik Georgia yang bertentangan dengan hukum dan pelanggaran HAM, menunjukkan bahwa ia bersunguh-sungguh memulai awal yang baru.

"Hubungan pribadi yang baik tentu saja bukan yang terpenting. Tetapi tanpa itu, sulit dijalin hubungan kenegaraan yang baik. Karena itu saya berharap, kami bisa melanjutkan dialog semcam ini,“ ungkap Medvedev.

Christina Nagel/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid