1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Temui Paus Fransiskus

27 Maret 2014

Presiden AS Barack Obama melanjutkan kunjungan di Eropa dan bertemu dengan Paus Fransiskus. Ia sebelumnya mengimbau Eropa bersatu dengan Amerika menghadapi sikap keras Rusia.

Foto: Reuters

Presiden Barack Obama tiba di Italia dalam rangka kunjungan enam hari ke Eropa dan bertemu dengan Paus Fransiskus hari Kamis (27/08). Inilah pertemuan pertama antara Obama dan pimpinan gereja Katolik yang berasal dari Amerika Selatan itu.

Pertemuan di Vatikan menjadi selingan bagi Obama setelah agenda kunjungannya ke Eropa didominasi oleh pembicaraan seputar krisis di Ukraina dan aneksasi Krimea oleh Rusia.

Obama dan Paus Fransiskus membicarakan masalah kemiskinan global, kesenjangan antara kaya dan miskin dan berbagai isu sosial lain, termasuk masalah aborsi dan kontrasepsi.

Setelah itu, Obama akan melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Italia yang baru, Matteo Renzi dan membahas kerjasama kedua negara. Renzi adalah tokoh muda yang mencapai popularitas besar dengan gaya kampanye mirip cara Obama.

Bersatu hadapi Rusia

Sebelumnya dalam kunjungan ke kantor pusat Uni Eropa di Brussel, Obama menekankan pentingnya Amerika dan Eropa bersatu menghadapi politik Moskow. Ia mengatakan, suatu saat nanti, Rusia akan menyadari bahwa "kekuatan brutal" tidak akan menang.

Pendudukan Krimea oleh militer Rusia melanggar hukum internasional, kata Obama di Brussel dan melanjutkan, perbatasan sebuah negara tidak bisa diubah begitu saja. Rakyat sebuah negara harus bisa menentukan masa depannya sendiri.

Obama juga berkunjung ke kuburan korban perang dunia di Brussel. Ketika berpidato di hadapan sekitar 2000 undangan resmi, Obama mengatakan, barat tidak terancam secara langsung oleh tindakan Rusia. Tapi dunia harus belajar dari "pelajaran yang tertulis di pekuburan" para korban perang di seluruh dunia.

Tidak mencari konfrontasi

Sekretaris Jendral NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan, aliansi militer antara Amerika dan Eropa harus diperkuat. NATO juga perlu memperhatikan kawasan Eropa timur yang dulu pernah berada di bawah kekuasaan Uni Soviet.

Obama dan Rasmussen menekankan, mereka tetap memberi prioritas pada solusi diplomatik. "Ini bukan sebuah era perang dingin yang baru. Amerika Serikat dan NATO tidak mencari konfrontasi dengan Rusia", kata Obama.

Namun ia menegaskan, sebagai aliansi transatlantik, NATO akan secara tegas mempertahankan kedaulatan semua negara anggotanya, sesuai prinsip "satu untuk semua".

"Kami tidak akan pernah meragukan janji ini", kata Obama. "Setiap anggota NATO tidak akan berdiri sendirian."

Hari Rabu (26/03) militer Rusia menyatakan bahwa mereka sudah menguasai semua instalasi militer yang ada di Krimea. Di Kiev, presiden interim Ukraina Oleksandr Turchynov meminta parlemen meluluskan permohonan latihan militer dengan NATO.

hp/ab (afp, rtr)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait