1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konkurrenz um Generika

Helle Jeppesen29 Maret 2013

Obat-obatan adalah penyelamat jiwa. Syaratnya, harus tersedia dan harganya terjangkau. Kini obat generik secara global menjadi alternatif murah bagi obat-obatan paten yang harganya mahal.

Foto: picture-alliance/dpa

Obat generik memainkan peranan makin penting, dan bukan hanya di negara berkembang saja. Di negara industri, dimana ongkos di sektor kesehatan makin tinggi, obat generika kini jadi salah satu kemungkinan untuk menurunkan biaya.

Produk generik harganya bisa 90 persen lebih murah dari obat-obatan paten. Produk obat-obatan paten yang laku keras di pasaran, lazimnya habis hak patennya dalam 20 tahun. Karena itu, kini makin banyak varian obat-obatan generik yang dibuat dengan basis unsur aktif yang sama yang ditawarkan di pasaran.

Dengan itu tercapai sasaran pengobatan murah bagi semua orang. Sistem kesehatan dan pasien menghemat ongkos, tapi tetap mendapat obat yang khasiatnya relatif sama dengan obat paten.

Nama Beda Unsur Aktif Sama

Organisasi kesehatan dunia-WHO secara rutin mempublikasikan daftar obat-obatan penting di dunia. Dengan sekitar 340 unsur aktif yang dewasa ini menjadi basis bahan obat, dapat disembuhkan lebih dari 90 persen penyakit.

Sementara di Jerman, institut federal untuk obat-obatan dan produk kedokteran mencatat 2.400 unsur aktif dan sekitar 90.000 jenis obat-obatan yang beredar di pasaran. Banyak obat yang diizinkan beredar di Jerman adalah obat generik. Bagi pasien obat ini tidak ada bedanya dengan obat paten.

"

Christian Wagner-Ahlfs, aktivis kampanye pengawas farmasi BUKO.Foto: Christian Wagner-Ahlfs

"Batasan antara obat generik dan obat paten makin samar", ujar Christian Wagner-Ahlfs dari organisasi kampanye pengawasan farmasi di Jerman- BUKO. Kini sejumlah pabrik farmasi besar, juga memproduksi sejumlah obat generik.

"Sekitar 80 persen unsur aktif diproduksi di India atau Cina, tak peduli itu obat generik atau obat paten. Pasalnya ongkos produksi di negara Asia itu bisa lebih murah hingga 40 persen dibanding produksi di Eropa, sementara kualitas tenaga kerjanya setara", ujar Wagner-Ahlfs.

Produk akhir berupa obat bermerek perusahaan farmasi Eropa yang merupakan jaminan mutu, dipasarkan ke seluruh dunia. WHO sebagai pengawas, meluluskan produknya, karena walaupun dibuat di India atau Cina, obat memenuhi standar internasional yang ketat.

Obat Buatan Lokal

Bagi banyak negara berkembang, pembuatan obat-obatan generik yang murah masih terkendala beragam persyaratan yang harus dipenuhi. "Inilah yang menyebabkan penyediaan obat-obatan yang dapat diandalkan untuk memerangi Tuberkulosa, Malaria, HIV-Aids atau penyakit gaya hidup seperti tekanan darah tinggi dan diabetes, sulit diwujudkan", ujar Christoph Bonsmann pengurus organisasi Action Medeor, yang membantu produksi obat lokal di Afrika.

Christoph Bonsmann, pengurus action medeor.Foto: Boris Breuer

Padahal produk obat secara lokal, dapat membantu memperbaiki pemasokan obat secara merata di negara bersangkutan. "Seringkali produk obat lokal hanya berfungsi sebagai proyek gengsi pemerintah. Dalam hal ini, obat dengan kualitas rendah pun akan diizinkan beredar, karena produksinya bermotif politik."

Sementara di sejumlah negara berkembang lainnya diamati, pasar obat-obatan dibanjiri obat ilegal atau obat selundupan. Obat semacam ini tidak dapat diketahui apakah preparatnya sudah lulus uji klinis atau justru membahayakan kesehatan. Uniknya, di sejumlah negara Afrika, nyaris tidak ada keluhan dari pasien terkait efek obat ilegal semacam itu.