Pandemi COVID-19 berdampak pada kegiatan belajar mengajar di seluruh dunia. Kondisi diperburuk dengan banyaknya sekolah yang tidak memiliki strategi komprehensif menuju era digital, termasuk di Jerman.
Iklan
Sekolah-sekolah Jerman dilaporkan berada dalam masalah besar. Banyak yang tidak terhubung secara digital, hal ini disebabkan oleh lockdown yang dibuka tutup secara berulang sehingga mengubah kebiasaan para siswa dalam kegiatan belajar.
"Kami saat ini bekerja dengan pemerintah negara bagian dalam program bersama untuk membantu siswa mengejar ketinggalan akibat dampak pandemi," kata Menteri Pendidikan Jerman Anja Karliczek.
Butuh bantuan ekstra
Hampir seperempat siswa Jerman membutuhkan bantuan ekstra. Saat ini pemerintah federal dan negara bagian berfokus pada menciptakan "lingkungan belajar yang aman," salah satunya mencakup proses pembelajaran jarak jauh.
Satu tahun pandemi berlalu, para siswa, guru, dan orang tua merasakan kelelahan dan frustrasi.
Menurut laporan yang diterbitkan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), sekitar 1,5 miliar siswa di 188 negara terdampak penutupan sekolah selama pandemi COVID-19.
Suasana Sekolah di Seluruh Dunia Saat Pandemi Corona
Masa liburan sekolah telah berakhir, infeksi COVID-19 juga kembali meningkat di berbagai negara. Sekolah di seluruh dunia melakukan penyesuaian terhadap kegiatan belajar di kelas agar tidak kembali ditutup.
Foto: Getty Images/L. DeCicca
Thailand: Belajar dalam kotak
Sekitar 250 murid yang belajar di sekolah What Khlong Toey di Bangkok kini harus belajar dari dalam kotak plastik dan memakai masker sepanjang hari. Di luar ruang kelas tersedia wastafel dan dispenser sabun. Suhu tubuh murid juga diukur setiap pagi. Aturan ketat ini berhasil: sekolah ini tidak melaporkan infeksi baru sejak Juli.
Foto: Getty Images/L. DeCicca
Swedia: Tidak ada aturan khusus untuk corona
Murid di sekolah-sekolah Swedia memang masih libur. Namun foto ini, yang diambil sebelumnya, melambangkan pendekatan negara ini terhadap penanganan COVID-19. Swedia belum pernah mewajibkan warganya untuk memakai masker. Bisnis, bar, restoran dan sekolah di sana juga tetap boleh beroperasi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/TT/J. Gow
Jerman: Pakai masker di kelas
Murid di SD Petri di Dortmund, negara bagian Nordrhein-Westfalen (NRW), jadi teladan yang patut ditiru. Sebagaimana sekolah di seluruh NRW yang merupakan negara bagian terpadat di Jerman, sekolah ini juga mewajibkan murid untuk memakai masker, termasuk di dalam ruang kelas. Sampai sekarang belum bisa dinilai apakah aturan ini berhasil atau tidak. Sekolah baru saja mulai tanggal 12 Augustus.
Foto: Getty Images/AFP/I. Fassbender
Tepi Barat: Masuk kelas lagi setelah 5 bulan
Sekolah juga kembali dibuka di Hebron, 30 kilometer di selatan Yerusalem. Murid di wilayah ini diwajibkan memakai masker, bahkan di beberapa sekolah, mereka juga harus memakan sarung tangan. Meskipun memakai masker, semangat guru dalam foto saat mengajar terlihat jelas. Sekolah-sekolah di Palestina tutup sejak bulan Maret dan Hebron dinyatakan sebagai pusat infeksi.
Foto: Getty Images/AFP/H. Bader
India: Pelajaran lewat pengeras suara
Sekolah di Dandwal, di negara bagian Maharashtra, India, menyediakan sarana khusus untuk murid yang tidak bisa mengakses internet. Di sini, murid bisa mengikuti kegiatan belajar dan mengejar tugas-tugas yang tertinggal dengan mendengarkan rekaman yang kemudian diputar dan disiarkan dengan bantuan pengeras suara. Maharashtra termasuk daerah yang terpukul parah oleh pandemi.
Foto: Reuters/P. Waydande
Kongo: Wajib cek suhu tubuh sebelum masuk kelas
Pihak berwenang di Lingwala, di pinggiran ibu kota Kongo, Kinshasa, menanggapi ancaman infeksi virus corona di kalangan siswa dengan amat serius. Setiap siswa yang belajar di Sekolah Reverend Kim diharuskan untuk mengukur suhu tubuh sebelum diizinkan masuk gedung. Masker wajah juga wajib dipakai.
Foto: Getty Images/AFP/A. Mpiana
Amerika Serikat: Kelas di daerah hot spot pandemi
Sekolah-sekolah di AS juga melakukan cek suhu tubuh setiap hari agar bisa menemukan potensi kasus COVID-19. Aturan ini dibutuhkan di negara yang masih mencatatkan angka infeksi tertinggi di dunia tersebut. Pada tanggal 13 Agustus, Universitas Johns Hopkins melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, ada lebih banyak orang meninggal bila dibandingkan dengan periode sejak akhir Mei.
Foto: picture-alliance/Newscom/P. C. James
Brasil: Sarung tangan dan pelukan
Maura Silva (kiri), guru sekolah umum di Rio de Janeiro barat, di dekat salah satu daerah kumuh terbesar kota itu, berusaha mengunjungi murid-muridnya di rumah mereka. Ia juga membawa sebuah perlengkapan untuk memeluk para muridnya. Sebelum menggendong mereka, Silva dan muridnya memakai masker dan membantu mereka mengenakan sarung tangan plastik. (bo/ae)
Foto: Reuters/P. Olivares
8 foto1 | 8
Bukan sekadar tempat belajar
Sekolah merupakan tempat untuk mengembangkan kecakapan diri dan "bersentuhan" dengan generasi muda lainnya. "Ini lebih dari sekadar tempat siswa belajar," kata Direktur Pendidikan OECD Andreas Schleicher.
Banyak sekolah menengah di Jerman tutup selama 15 hingga 30 hari. Hal serupa juga terjadi di negara tetangganya, seperti di Prancis, Belanda, dan Belgia. Sementara di Italia, sekolah ditutup hingga 101 hari.
Pakar pendidikan setuju penutupan sekolah memiliki dampak buruk yang sangat besar bagi kaum muda. "Perlu dicatat bahwa tingkat insiden keseluruhan tampaknya tidak bergantung pada berapa hari sekolah ditutup," kata Schleicher.
Angka konkret mungkin sulit didapat, tetapi banyak pejabat kesehatan masyarakat khawatir banyak siswa "membawa pulang COVID-19" ke keluarga mereka, tanpa menunjukkan gejala.
Iklan
Digitalisasi paling lambat
Tidak heran jika negara yang memiliki perlengkapan digital lebih baik sebelum pandemi menjadi lebih siap untuk mengatasi segala hambatan. Di Jerman, peralihan tiba-tiba ke kegiatan belajar secara online meninggalkan "banyak hal yang diinginkan," kata Schleicher.
Negara-negara Eropa lainnya termasuk Spanyol dan Portugal, kata Schleicher, memanfaatkan media massa untuk belajar selama pandemi. "Susunan media digital menjadi faktor penentu kesuksesan di sana,” ujarnya. "Mungkin ini adalah sesuatu yang bisa dipelajari Jerman."
Sebuah asosiasi yang mewakili keluarga Jerman telah menyerukan diakhirinya penutupan sekolah secara langsung. "Selama berbulan-bulan, anak-anak kami hidup dalam isolasi sosial, tidak dapat belajar dengan anak-anak lain," kata asosiasi itu.
Di tengah pertimbangan menangani pandemi nasional, Jerman juga sedang mempertimbangkan untuk menutup sekolah ketika penyebaran infeksi corona selama tujuh hari melebihi 200 kasus per 100.000 orang. Banyak wilayah di Jerman sudah mendekati ambang itu. (ha/vlz)