1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

OECD: Jerman Dapat Nilai Tertinggi soal Integrasi Migran

10 Juli 2024

Sebuah studi terbaru OECD menyimpulkan Jerman berhasil mengintegrasikan kaum migran, meskipun masih ada kendala seperti migran yang sering kali memiliki tingkat pendidikan dan kualifikasi rendah.

Salon perawatan rambut di Berlin
Foto ilustrasi integrasi migran di JermanFoto: Ponizak/Caro/picture alliance

Banyak berita dan opini di Jerman yang menggambarkan seakan integrasi migran dan pencari suaka berjalan buruk. Namun, studi terbaru yang dilakukan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), yang beranggotakan 38 negara menunjukkan, hal integrasi di Jerman berjalan lebih baik.

Meskipun ada sejumlah tantangan – seperti pendidikan dan kualifikasi kaum migran – Jerman disebut telah melakukan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan negara-negara tetangganya di Eropa dalam mengintegrasikan pendatang baru.

Untuk penelitian ini, pakar migrasi OECD Thomas Liebig membandingkan data dari negara-negara, seperti Australia, Belgia, Denmark, Prancis, dan Italia, serta dari negara-negara Skandinavia. Untuk pertama kalinya, data komprehensif dari Uni Eropa (UE) juga digunakan.

Temuannya, meskipun banyak perhatian terfokus pada pencari suaka dan pengungsi, sebagian besar migrasi di Jerman berasal dari warga negara yang pindah dari Uni Eropa. Pada konferensi pers, Liebig mengatakan, pengungsi hanya berjumlah satu dari lima migran yang tiba di Jerman dalam 10 tahun terakhir. "Sebagian besar pendatang baru ke Jerman berasal dari Uni Eropa,” katanya.

Sekilas tentang peta migrasi Jerman memperjelas hal ini: hampir 60% orang datang karena warga negara UE dapat masuk ke Jerman dengan mudah untuk bekerja di negara ini. Studi itu juga memperjelas bahwa kaum migran telah lama menjadi bagian dari masyarakat Jerman.

This German village is embracing integration

05:28

This browser does not support the video element.

Jerman adalah negara imigran

Komisaris integrasi Jerman Reem Alabali-Radovan, yang memesan penelitian ini, memiliki pandangan yang sama. "Kami sudah lama menjadi negara imigran dan itu membuat kami kuat,” katanya. "Sejarah imigrasi Jerman sangat beragam. Terdiri dari pengungsi Perang Dunia II, pekerja tamu dan pekerja sementara, etnis Jerman yang dimukimkan kembali, dan pengungsi dari bekas Yugoslavia dan kemudian dari Suriah dan Afganistan.”

Partisipasi angkatan kerja merupakan ciri utama keberhasilan integrasi. Studi OECD menemukan, 70% dari mereka yang datang ke Jerman telah mendapatkan pekerjaan. Angka tersebut, yang sempat turun selama pandemi virus corona, lebih tinggi dibandingkan hampir semua negara UE lainnya dan merupakan rekor bagi Jerman.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Namun, masih terdapat banyak permasalahan. Meskipun hampir dua pertiga imigran dapat berbicara bahasa Jerman dengan baik dalam waktu lima tahun setelah tiba di negara tersebut, jumlah itu menurun drastis di antara mereka yang memiliki sedikit atau tanpa pendidikan formal – dan hanya seperempat dari pendatang yang berpendidikan rendah dapat berbahasa Jerman setelah lima tahun.

Tingkat keterlibatan di pasar kerja bagi kelompok ini juga lebih rendah di antara para pendatang, yaitu sekitar 50%. Di Uni Eropa, hanya Italia yang menampung lebih banyak migran tanpa pendidikan formal.

Alabali-Radovan melihat hal ini sebagai salah satu hal utama yang perlu diperbaiki: "Sistem pendidikan masih belum diarahkan untuk melayani masyarakat imigran... Itu sebabnya kita semua perlu bekerja sama."

OECD: Hanya AS terima lebih banyak imigran dibanding Jerman

Masalah lainnya adalah ketenagakerjaan di kalangan perempuan muda yang datang ke Jerman dengan setidaknya satu anak tetapi tanpa pasangan. Pada tahun 2021, sekitar 40% dari perempuan tersebut aktif bekerja, dibandingkan dengan 70% perempuan yang lahir di Jerman dengan kondisi serupa. Kesenjangan tersebut jauh lebih besar dibandingkan negara-negara lain dan baru-baru ini berdampak pada perempuan yang memiliki anak yang datang dari Ukraina.

Namun terlepas dari masalah migrasi, Jerman tidak bisa membiarkan perdebatan panjang dan berlarut-larut mengenai apakah negara tersebut merupakan negara imigran atau bukan, demikian temuan studi tersebut.

"Saat ini terdapat lebih dari 14 juta imigran di Jerman. Dan jika kita menambahkan mereka yang lahir di sini dari orang tua imigran, itu berarti satu dari lima orang di Jerman lahir di luar negeri atau lahir di Jerman dari orang tua imigran,” kata pakar migrasi Thomas Liebig.

Komisaris Integrasi Alabali-Radovan menambahkan, dia menugaskan penelitian ini untuk memberikan objektivitas yang lebih besar pada apa yang dia sebut sebagai "debat emosional.” "Integrasi berjalan jauh lebih baik daripada yang diperkirakan secara umum, jika kita melihatnya secara internasional,” katanya.

Selain 14 juta migran yang sudah tinggal di Jerman, pada tahun 2022 Jerman kedatangan satu juta warga Ukraina serta 600.000 pencari suaka lainnya. Di antara negara-negara OECD, hanya Amerika Serikat yang menerima lebih banyak imigran.

(hp/as)

Jens Thurau Jens Thurau adalah koresponden politik senior yang meliput kebijakan lingkungan dan iklim Jerman.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait