Olaf Scholz di Arab Saudi, Masa Cerah Bagi Para Otokrat Arab
Loay Mudhoon
Opini
27 September 2022
Kunjungan Kanselir Olaf Scholz ke Kawasan Teluk memperjelas betapa Jerman membutuhkan kebijakan yang konsisten terhadap para penguasa regional yang makin percaya diri. Opini editor DW Loay Mudhoon.
Iklan
Bahkan sebelum dimulainya kunjungan pertama Kanselir Olaf Scholz ke kawasan Teluk, pemerintah Jerman telah berupaya meredam ekspektasi perjalanan itu. Kalangan pemerintah di Berlin menerangkan, perjalanan ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Qatar, yang menjadi pusat kekuatan baru kebijakan energi global, bukan hanya "perjananan belanja energi” saja.
Kehati-hatian yang beralasan ini tidak dapat menyembunyikan fakta bahwa pemerintah Jerman saat ini berada di bawah tekanan besar. Ekonomi Jerman sangat membutuhkan alternatif yang andal dan murah untuk impor gas dan minyak dari Rusia, yang terhenti setelah serangan Rusia ke Ukraina.
Negara-negara Teluk memiliki sumber daya ini, dan para emir dan pangeran muda di sana sadar akan peran strategis mereka yang tiba-tiba meningkat. Mereka sekarang tampil dengan penuh percayaan diri.
Kesadaran baru ini terutama diwujudkan dalam sosok Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman, dikenal dengan singkatannya MBS. Penguasa de facto di Riyadh pasti menemukan kepuasan atas rehabilitasinya setelah bertahun-tahun isolasi dan pengucilan internasional, ketika badan-badan intelijen AS dan Turki menyalahkannya atas pembunuhan keji terhadap jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
Iklan
Episentrum baru politik dunia
Mengingat realitas geopolitik baru yang muncul setelah perang Ukraina, MBS juga sadar bahwa Arab Saudi di bawah kepemimpinannya sekarang dianggap sebagai kekuatan utama baru dalam tatanan dunia.
Banyaknya kunjungan politisi Barat ke Riyadh akhir-akhir ini menunjukkan bahwa putra mahkota Arab Saudi itu adalah pemimpin yang sekarang dicari di panggung global. Presiden AS Joe Biden dan mantan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson telah mengunjungi Arab Saudi tahun ini. Presiden Prancis Emmanuel Macron menerima MBS di Istana Elysée di Paris bulan Juli lalu.
Oleh karena itu, jabat tangan antara Olaf Scholz dan Muhammad bin Salman juga bisa lihat sebagai akhir dari ''zaman es'' antara Jerman dan Arab Saudi. Jerman saat ini bergantung pada hubungan kerja yang solid dan berfungsi baik dengan Riyadh. Padahal, hubungan ini bukannya tanpa risiko, sebab otokrasi tidak pernah menjadi mitra yang mudah.
Energi Surya di Lokasi yang Tidak Biasa
Dari luar angkasa hingga ransel olahraga, modul sel surya dapat digunakan hampir di mana saja. Berikut adalah beberapa lokasi tidak lumrah yang ternyata dapat memproduksi listrik bersih dari energi matahari.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Katamaran surya dalam tur keliling dunia
"Catamaran Race for Water" adalah kapal pesiar dengan pembangkit tenaga surya terbesar di dunia dan beroperasi sepenuhnya tanpa bahan bakar fosil. Modul sel surya di dek kapal menyuplai energi ke motor listrik dan mengisi baterai untuk kebutuhan di malam hari. Tidak menggunakan tiang dan layar, kapal pesiar menggunakan layang-layang yang bisa dikendalikan.
Foto: Race for Water/Peter Charaf
Modul dalam perjalanan
Gembala di Turki ini mengisi daya ponselnya dengan modul sel surya portabel. Modul portabel seperti ini populer di kalangan penjelajah alam bebas. Panel sel surya juga tersedia untuk ransel atau tenda. Mereka yang melakukan perjalanan namun dari jaringan listrik, kini lebih siap untuk hadapi keadaan darurat.
Foto: Halil Fidan/AA/picture alliance
Terbang tanpa bahan bakar fosil
Pesawat "Solar Impulse" terbang keliling dunia dalam beberapa tahapan dan sama sekali tanpa menggunakan bahan bakar fosil. Sel surya di badan pesawat dan sayap memberi daya pada mesin dan mengisi baterai pesawat. Dengan penerbangan keliling dunia, pionir penerbangan ini mempromosikan energi matahari dan menunjukkan apa yang mungkin dilakukan.
Foto: Solar Impulse/Revillard/Rezo.ch
Di luar angkasa dengan layar surya
Sel surya memungkinkan penerbangan luar angkasa yang lebih lama. Modul sel surya dapat dibuka di luar angkasa seperti di ISS atau satelit dan kapsul tak berawak. Para peneliti bahkan merancang taman sel surya di luar angkasa. Wahana eksplorasi matahari telah terbang hingga ke Jupiter. Namun, radiasi matahari di sana 25 kali lebih lemah daripada di orbit Bumi karena matahari sangat jauh.
Foto: NASA SPACEX/HO/dpa/picture alliance
Panggilan telepon bertenaga matahari pertama
Pada tahun 1955, modul sel surya perdana dipasang di negara bagian selatan AS untuk memberikan penguatan daya ke jaringan telepon. Setelah itu menyusul terobosan teknologi untuk perjalanan luar angkasa. Sejak itu, energi surya telah digunakan untuk hampir semua aplikasi energi.
Foto: AP Images/picture alliance
Revolusi energi matahari di bidang pertanian
Bekerja di ladang memang melelahkan. "Farmdroid" robot digerakan energi surya dari Denmark ini bekerja mandiri, otomatis dan tanpa merusak lingkungan. Robot dapat menabur bibit tanaman dan menyiangi gulma. Robot tidak butuh hari libur. Energinya berasal dari modul sel surya di atap dan dikendalikan dengan GPS.
Foto: Nikolai Tuborg/Farmdroid
Energi di atas air
Para pekerja ini bangga dengan pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama di Kenya. Instalasi memasok listrik untuk pertanian bunga di bagian utara ibu kota Nairobi. Modul sel surya dipasang pada ponton khusus. Di lokasi lain, modul sel surya terapung di danau terkadang digabungkan dengan budidaya ikan.
Foto: ecoligo GmbH
Memasok energi pulau dengan panel surya di laut
Tahun 2019, panel surya terapung dibangun di laut di Maldives untuk memproduksi listrik buat tempat wisata. Sistem berkapasitas 680-kilowatt memang kecil, tetapi sejauh ini jadi salah satu instalasi sel surya terbesar di laut. Penelitian masih dilakukan untuk pembangkit di lepas pantai karena badai, gelombang kuat dan air asin menyerang modul lebih ganas dibanding di lokasi air tawar.
Foto: Swimsol
Listrik untuk semua
Tidak ada jaringan listrik di desa Tukul di Sudan Selatan. Tapi panel sel surya sekarang memproduki listrik secara lokal untuki ponsel dan lampu. Kemiskinan energi adalah masalah besar. Tahun 2016, di seluruh dunia 840 juta orang tidak punya akses listrik. Jumlahnya diharapkan turun menjadi 650 juta pada tahun 2030, terutama berkat modul sel surya yang terdesentralisasi.
Foto: picture-alliance/J. Heeneman
Memanen sinar matahari di pegunungan tinggi
Muttsee dekat Basel adalah reservoir tertinggi di Swiss. Sebuah instalasi panel surya raksasa dipasang di dinding bendungan. Menghasilkan listrik berlimpah, terutama di musim dingin, karena modul lebih efisien dalam cuaca dingin dan salju memantulkan tambahan sinar matahari. Sinar matahari jauh lebih kuat di ketinggian, karena kabut tetap berada di lembah. (sc/as)
Foto: Axpo
10 foto1 | 10
Perlu kebijakan Teluk yang baru
Tidak diragukan lagi bahwa pemerintah Jerman berkepentingan mengembangkan kerja sama energi dengan Riyadh, Abu Dhabi dan Doha, yang semakin cepat, semakin baik. Tujuannya jelas: untuk lebih mendiversifikasi pasokan energi Jerman, dan menghindari ketergantungan pada satu mitra. Ini adalah pelajaran yang menyakitkan namun penting dari kebijakan yang gagal terhadap Rusia selama 20 tahun terakhir.
Namun, mengakui kebutuhan ini tidak cukup untuk memberikan jawaban yang meyakinkan dan, terutama, berkelanjutan untuk tantangan kebijakan energi dalam waktu dekat. Jerman perlu merumuskan panduan kebijakan Teluk yang baru karena tidak hanya Jerman yang sedang mencari mitra baru, semua Negara Teluk, terutama Arab Saudi, juga sedang melakukannya.
Di sinilah kebijakan baru Jerman terhadap monarki Teluk harus dimulai: Semua negara Teluk membutuhkan teknologi Jerman, tidak hanya untuk diversifikasi sistem ekonomi mereka sendiri. Mereka juga bergantung pada teknologi Barat untuk realisasi proyek-proyek modernisasi raksasa.
Tentu saja, kebijakan baru ini tidak harus bertentangan dengan upaya yang diperlukan untuk menemukan kepentingan bersama serta "komitmen Jerman terhadap tatanan internasional berbasis aturan". Ini lebih dapat dipercaya ketimbang khotbah-khotbah hari Minggu tentang hak asasi manusia yang berkumandang di banyak ibu kota Eropa.